Mohon tunggu...
Kadiman Kusmayanto
Kadiman Kusmayanto Mohon Tunggu... -

I listen, I learn and I change. Mendengar itu buat saya adalah langkah awal dalam proses belajar yang saya tindaklanjuti dengan upaya melakukan perubahan untuk menggapai cita. Bukan hanya indra pendengaran yang diperlukan untuk menjadi pendengar. Diperlukan indra penglihatan, gerak tubuh bersahabat dan raut muka serta senyum hangat. Gaul !

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Gempabumi -- How Safe is Safe?

4 September 2009   09:34 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:45 1066
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kebebasan akademik yang mendorong para ilmuwan menyampaikan bukan hanya dalam forum ilmiah namun juga pada media masa tentang berbagai potensi ancaman gempa bumi dan tsunami. Namun demikian keterbukaan dan kebebasan ini sering kali jugasecara psikologis menimbulkan kekhawatiran bahkan kepanikan masyarakat. Contoh: Gempa di Tasikmalaya ini berpeluang menjadi pemicu terjadinya gempa yang jauh lebh besar yaitu sampai 8.3 Skala Richter mengingat patahan besar yang berlokasi dipantai selatan Jawa yang tidak pernah aktif menimbulkan gempa sejak terakhir kali sekitar 100 tahun lalu. Secara ilmiah, pernyataan itu tidak salah. Namun telah menimbulkan keisengan beberapa oknum yang tak bertanggung jawab dengan mengirimkan pesan via SMS seolah-olah itu datang dari otoritas yaitu BMKG. Haruskah kebebasan akademik itu dikekang? Tidak ! Pembelajaran publik adalah kunci jawabannya.

Perhatikan kembali pesan yang disampaikan di SMS, disitu tertera bahwa gempa terjadi pukul 14.55.00 sedangkan di HP saya SMS tersebut diterima pukul 14.58 (PS. Sebagai eks-ilmuwan dan kini pejabat telah menjadi kebiasaaan dan kini kewajiban bagi saya untuk secara periodik melakukan sinkronisasi waktu di jam tangan, jam dinding, HP dan komputer dengan jam acuan yaitu jam standar di Telkom yang dapat kita akses dengan memutar tombol tilpun 103). Ini prestasi anak negeri, dalam 3 menit sejak gempa, SMS telah terkirim dan diterima oleh pihak-pihak yang berwajib. Tentu 3 menit ini masih jadi perdebatan karena enough is never enough ! Penyempurnaan sistem peringatan dini akan bencana terus disempurnakan.

Perlengkapan lain yang mendukung pemantauan gempa juga terus beroperasi menyampaikan data. Khusus untuk tsunami maka buoy, tide gauge, sea level dll aktif memantau gerakan air laut. Hasil pemantauan mengarah pada kesimpulan bahwa tsunami memang terjadi namun reatif kecil (sekitar 20 cm) dan ini tidak berbahaya. Informasi ini yang kemduian memicu dikirimnya SMS susulan yang mengatakan bahwa peringatan akan ancaman tsunami sudah tidak berlaku. Ini dikirim vis SMS, radio, TV dan media lain yang tersedia.

Peringatan dini akan bencana tsunami hanya merupakan bagian kecil dari mitigasi yaitu meminimumkan dampak bencana alam. Bagian yang lebih besar dan lebih komplekas adalah membangun budaya siaga bencana, misalnya:

  • Bagaimana menjadikan peringatan dini dipahami atau dimengerti masyarakat?
  • Sesudah paham akan peringatan dini, apa yang musti dilakukan agar kepanikan terhindari dan dapat menuju ketempat aman?

  • Bagaimana terus menerus membangun semangat untuk berlatih, berlatih dan berlatih menangani bencana agar sigap dan siaga .

  • Membangun keterpaduan pemerintah dengan masyarakat dalam membuat peta, petunjuk arah (signage) dan lokasi evakuasi.

Gedung dan Bangunan : Terancam Gempa

Khusus untuk gedung dan bangunan lain. Tidak ada kata bebas gempa bumi !

Lingkaran api (ring of fire) sepanjang 1200 km senantiasa ada memberi berkah dan sekaligus menjadi ancaman musibah berupa gempa.

Apa yang musti diperhatikan untuk menjadikan gedung dam bangunan lain aman dari ancaman gempa?

  • Skala Richter yang paling dipahami publik tentang kekuatan gempa bukanlah ukuran absolut karena hanya menmberi info berpa kuat gempa di titik lokasi gempa.
  • HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
    Lihat Sosbud Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun