Aktivitas harokah politik dari kalangan Islam politik ini termasuk kencang di Tasikmalaya. Jika ada peristiwa lokal maupun nasional yang dianggap bersinggungan dengan spirit harokah politik Islamnya, maka berbagai elemen harokah Islam menyatu dan berkumpul dan meneriakkannya dalam ritual rutin ba'da Jumat dalam wujud aksi demonstrasi dan unjuk rasa menyuarakan suara suara dukungan ataupun protes terhadap sosok pejuang islam yang didzalimi atau penguasa negara yang dianggap merugikan Islam.
Salah satu contoh terbaru adalah aksi Jumat 1812 kemarin. Ribuan masa umat Islam turun ke jalan menyuarakan dukungan terhadap IB FPI Habib Rizieq Sihab dan memprotes tindakan hukum yang dilakukan oleh negara terhadap beliau dan langkah represif aparat kepolisian terhadap pengikutnya.
Di mana beberapa laskar FPI ditindak tegas aparat dan yang melakukan aksi yang dianggap melanggar Prokes juga di tindak dan di proses hukum.
Semua kita pasti mengakui bahwa gerakan Islam politik di Kota Tasikmalaya cukup kuat. Bahkan nyaring terdengar hingga ke level nasional. Tasik identik dengan simbol gerakan politik dengan simbol keagamaannya. Syariatisasi politik juga kencang terdengar.
Akan tetapi, muncul pula anomalinya secara politik juga. Bahwa ada peristiwa politik terkini yang bisa dikatakan anomali dari bacaan beberapa paragraf di atasnya. Bahwa kalangan Islam Politik tersebut bereaksi atas ditahannya wali kota Tasikmalaya Budi Budiman karena tindak pidana korupsi oleh KPK RI. Bagaimana reaksinya?
Beberapa Kalangan aktifis Politik Islam tertentu dan bahkan dikategorikan ulama malah menunjukkan dukungannya. Pagar Mesjid Agung dipenuhi oleh spanduk-spanduk dukungan terhadap Wali kota yang sudah menjadi tersangka KPK. dan suaranya juga tegas dibunyikan di berbagai media cetak dan online.
Makanya tidaklah aneh masyarakat awam menilainya koq begini. Sampai sampai penulis mendengar ungkapan polos seorang ibu di sebuah rumah makan "Aneh nya di Tasik mah geus puguh Walikota teh di tahan KPK sabab Korupsi, naha aya ajengan nu ngabarela. Atuh ngabenerkeun kana tindakan salah kitu mah". Saya hanya tersenyum mesem mendengar ucapan seorang ibu tua itu. Fenomena itu walau bagaimanapun adalah anomali.
Fenomena sosial ekonomi dan keagamaan seperti di atas tentu saja menunjukkan bahwa ada anomali. Ada situasi yang terbalik. Bertentangan antara apa yang seharusnya dengan apa yang terjadi sesungguhnya. Antara cita dan fakta tidak nyambung. Bertolak belakang.
Ketika fenomena sosial dan ekonomi serta politik maupun keagamaan tidak nyambung, maka harus dicari akar masalah dan penyebabnya. Mengapa derasnya pembangunan fisik materi yang menunjukkan branding kota jasa dan kota perdagangan tidak linear dengan tingkat kesejahteraan dan menurunnya angka kemiskinan.
Sokongan politik dari kekuatan Islam politik juga mengapa tidak linear dengan keterciptaan tertib sosial dalam wujud menurunnya angka HIV AIDS, Prostitusi, Narkoba, Gank Motor dan penyakit sosial lainnya di Kota Tasikmalaya termasuk dalam tata kelola pemerintahannya.
Ini tentu saja tantangan serius bagi semua stakeholder yang ada. Baik pemerintah, kalangan swasta maupun masyarakat pada umumnya. Identifikasi masalah dalam perumusan kebijakan publik secara komprehensif wajib dilakukan. Agar kita bisa mempersempit gap anomali yang terjadi di sekitar kita.