Tasikmalaya kota kecilku yang asyik. Di sana aku lahir dan dibesarkan. Meskipun hampir 10 tahun  aku berkelana di Ibu kota. Kenangan kecilku hingga usia tamat SMA tentu amatlah membekas.
Kota Tasik identik dengan kata santri. Karenanya ada lagu qasidah yang populer dengan lirik "Suasana di kota santri, asyik senangkan hati. Tiap pagi dan sore hari, muda mudi berbusana rapi. Menyandang kitab suci. Hilir mudik silih berganti, pulang pergi mengaji"
Tasikmalaya sebelum terpisah secara teritorial Kabupaten dan Kota adalah memang daerah pusat lembaga pendidikan pesantren di wilayah Priangan Timur Jawa Barat. Ada ribuan pesantren dengan ribuan santri dari berbagai pelosok daerah Tasikmalaya sendiri maupun luar Tasikmalaya.
Perkembangan dan transformasi ilmu agama di Jawa Barat sebelum banyaknya muncul fakultas keagamaan di berbagai perguruan tinggi baik negeri maupun swasta adalah lahir dari pondok pesantren.
Banyak tokoh ulama dan cendekiawan muslim lahir dari didikan pondok pesantren. Meskipun banyak juga yang alumnus pesantren saat ini bertransformasi dalam ruang ruang pengabdian di luar pendidikan keagamaan. Apakah menjadi birokrat, politisi maupun mobilitas sosial ekonomi lainnya.
Semata karena memang semakin terbukanya peluang dan kesempatan pengkhidmatan santri dalam ruang ruang sosial karena perkembangan kehidupan saat ini.
Kekhasan Tasik sebagai kota Santri juga seakan menyeimbangkan diri dengan dinamika dan perkembangan sosial ekonomi dan politik daerah dan nasional.Â
Banyaknya terjadi panjat sosial dan mobilitas sosial santri yang masuk ranah politik dan pemerintahan apakah jadi Bupati, wali kota maupun jadi Anggota DPRD dan jadi pengusaha lokal menjadikan ada nuansa sosial dan politik serta ekonomi yang berbeda dan  khas juga di Tasikmalaya.
Secara sosial dan ekonomi Tasikmalaya kini berkembang menjadi daerah yang identik sebagai kota jasa dan kota perdagangan. Kemajuannya boleh dibilang sangatlah pesat.Â
Terlebih pasca pemekaran menjadi 2 daerah yaitu Kabupaten Tasikmalaya sebagai induknya yang mengalah ke pinggiran Singaparna sebagai ibu kotanya dan Kota Tasikmalaya sebagai anak mengelola 10 kecamatan yang berada di wilayah pusat perkotaan awal Tasikmalaya. Akan tetapi di balik semuanya itu terdapat anomali yang patut dikaji dan dipelajari lebih lanjut.