Mohon tunggu...
Usman Kusmana
Usman Kusmana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Seorang Lelaki Biasa Dan Pegiat Sosial Politik

Menulis itu kerja pikiran, yang keluar dari hati. Jika tanpa berpadu keduanya, Hanya umpatan dan caci maki. Menulis juga merangkai mozaik sejarah hidup, merekam hikmah dari pendengaran dan penglihatan. Menulis mempengaruhi dan dipengaruhi sudut pandang, selain ketajaman olah fikir dan rasa. Menulis Memberi manfaat, paling tidak untuk mengekspresikan kegalauan hati dan fikir. Menulis membuat mata dan hati senantiasa terjaga, selain itu memaksa jemari untuk terus bergerak lincah. Menari. Segemulainya ide yang terus meliuk dalam setiap tarikan nafas. Menulis, Membuat sejarah. Yang kelak akan dibaca, Oleh siapapun yang nanti masih menikmati hidup. Hingga akhirnya Bumi tak lagi berkenan untuk ditinggali....

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Regionalisasi Kompasiana, Catatan Ngariung Kompasianers Bandung

7 Juli 2012   18:01 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:12 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam Diskusi dengan para Kompasianers bandung tersebut, memang banyak sekali pendapat dan masukan. Diantaranya dari Kang Dudi Rustandi, Kang Gelar, Kang Najib, Saya sendiri, Lalu Mba Maria Hardiyanto, Pak Aswin Pulungan serta Kang Dzulfikar. Pada dasarnya Kompasianers Bandung menyambut baik, meskipun banyak memberikan masukan dan gagasan dalam beberapa hal. Salah satunya Kang Pepih menemukan kata “Tepas” untuk mengganti kata Home, lalu rubrik Opini seputar Politik, Hukum, Birokrasi dll hendaknya diakomodir, karena dalam format awal tidak tersedia dalam rubrik Kompasiana Bandung, lalu muncul nama rubriknya “Wawacan”.

Lalu muncul tanggapan dari Mba Maria seputar kekhawatiran menulis di Kompasiana Bandung ini akan sepi pembaca, rubrik green, usulan agar admin memilah para Kompasianers yang orang regional Bandung, hingga pertimbangan nama Kompasiana regional untuk Bandung itu sendiri diganti dengan Kompasiana Parahiyangan atau apa yang identik dengan daerah Bandung atau Jawa Barat lainnya.

Tapi dari semuanya itu, Saya melihat philosofi dan niatan awal Kompasiana membuat “Regionalisasi Kompasiana” ini sangat baik. Setidaknya akan lebih mendekatkan Kompasiana dengan lokalitas khas sebuah daerah. Regionalisasi Kompasiana ini akan lebih bisa mengeskplorasi berbagai informasi, kekayaan budaya daerahnya sendiri dari para penulis yang memang mengenal dan memahami budaya, karakter dan kehidupan masyarakatnya.

Boleh jadi Pengelola Kompasiana berfikir, bahwa dengan dibuat regionalisasi Kompasiana ini, para penulis atau Kompasianers tidak bertumpuk di Kompasiana pusat/induk dengan jumlah akun sekitar lebih dari 169.000 orang. Meskipun sebagaimana diungkapkan Mas Isjet, bahwa Regionalisasi Kompasiana ini tidak dimaknai sebagai cabang terpisah, formatnya tetap dalam rumah besar Kompasiana.

13416838761343926360
13416838761343926360
*narsis bareng katanya orang terganteng saat udar-ider ka Hongkong..Mas Isjet"

Sekali lagi, sebagai sebuah inovasi kreatif, upaya pengelola Kompasiana membuat Regionalisasi Kompasiana ini memang cukup menarik. Dan semoga saja design formatnya benar-benar dipikirkan dan disiapkan dengan matang, sehingga upaya ini akan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Membangun sebuah rumah besar citizen jurnalism yang membantu masyarakat dengan ragam tulisan yang mencerahkan dan bermanfaat. Selain itu Kompasiana sendiri nantinya akan benar-benar menjadi Media sosial terbesar di Indonesia khususnya, dan diperhitungkan pula di dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun