Mohon tunggu...
Kusmana
Kusmana Mohon Tunggu... Lainnya - SMKN 1 Sumedang Jawa Barat

-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mulutmu Harimaumu

7 Desember 2024   12:08 Diperbarui: 7 Desember 2024   15:32 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap individu memiliki cara berbeda dalam berinteraksi dengan orang lain. Kadang-kadang kita menemukan perilaku yang menghina atau merendahkan orang lain. Ungkapan "Mulutmu Harimaumu, mulutmu kuburanmu" menyiratkan bahwa kata-kata yang kita ucapkan bisa kembali kepada kita, baik dalam bentuk konsekuensi positif maupun negatif. Dalam artikel ini, saya ingin mengajak pembaca untuk merenungkan pentingnya menjaga perkataan dan pengaruhnya terhadap diri sendiri serta orang lain.

Kita harus memahami bahwa kata-kata memiliki kekuatan luar biasa. Mereka dapat membangun, tetapi juga dapat menghancurkan. Saat kita menghina orang lain, kita tidak hanya merendahkan mereka tetapi juga menciptakan atmosfer negatif di sekitar kita.

 Setiap hinaan yang kita lontarkan bisa menjadi bumerang yang akhirnya mempengaruhi diri kita sendiri. Misalnya, seseorang yang gemar mengucapkan kata-kata kasar mungkin akan mengisolasi diri dari lingkungan sosial yang positif. Sebaliknya, orang yang menggunakan kata-kata yang membangun akan menarik orang baik ke sekitarnya.

Dalam pengalaman pribadi saya, pernah ada masa ketika saya berkomentar negatif tentang seorang rekan kerja. Dalam situasi tersebut, saya merasa lebih baik sejenak, namun tak lama setelah itu saya menyadari bahwa tindakan itu telah menciptakan jurang di antara kami. 

Ternyata, kata-kata yang saya lontarkan bukan hanya merusak hubungan kerja, tetapi juga mengganggu suasana tim. Saya belajar bahwa penghinaan bukan hanya tidak etis, tetapi juga kontraproduktif. Dari pengalaman tersebut, saya berusaha untuk mempromosikan komunikasi yang positif, dan hal ini membawa dampak baik dalam dinamika tim.

Lebih jauh lagi, saya ingin menyoroti efek jangka panjang dari penghinaan terhadap kesehatan mental. Di era digital saat ini, menghina orang lain menjadi semakin mudah dan sering terjadi melalui media sosial. Banyak orang merasa berani melakukan hal itu tanpa mempertimbangkan dampaknya.

 Ada banyak kasus di mana korban penghinaan online mengalami kecemasan, depresi, bahkan pikiran untuk mengakhiri hidup. Kita harus ingat bahwa setiap kata yang keluar dari mulut kita memiliki bobot yang bisa menghancurkan jiwa seseorang.

Adalah bijaksana untuk merenungkan arti sebenarnya dari kata-kata kita sebelum melontarkannya. Apakah kita sudah mempertimbangkan perasaan orang yang kita tuju? Apakah kita mengambil risiko menciptakan luka yang tidak dapat sembuh? Menggambarkan orang lain dengan kata-kata yang menyakitkan hanya mencerminkan kelemahan karakter kita sendiri. Sebagai lindungan, kita perlu membenamkan nilai empati dalam perilaku kita sehari-hari.

Kita harus menerapkan prinsip-prinsip moral yang kuat dalam berbicara. Mengembangkan sikap saling menghormati dan menghargai satu sama lain adalah langkah awal menuju perbaikan. Ketika kita berfokus pada hal-hal positif dalam diri orang lain, kita tidak hanya memberikan dukungan moral tetapi juga memperkuat pandangan kita tentang dunia. Melalui penghargaan dan pengakuan, kita menciptakan iklim yang lebih harmonis dalam komunitas kita.

Waktu demi waktu, kita sering mendengar kisah-kisah orang sukses yang mengedepankan sikap positif dan saling menghormati. Mereka tidak hanya berhasil dalam kariernya, tetapi juga membangun jaringan relasi yang sehat dan produktif. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun