Mohon tunggu...
kusfandiari abu nidhat
kusfandiari abu nidhat Mohon Tunggu... Editor - Mengekspresikan Diri dengan Berbagai Cara

Sembilan belas tahun di Mojokerto, satu tahun di Surabaya, dan empat puluh tahun lebih di Ngawi. Hidup itu mengalir. Mengikuti irama, menangkap segala makna, dan menikmati. Memberi manfaat bagi sesama, tanpa batas dan sebisa mungkin. Peduli, kritis, dan mencarikan solusi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Noorlela

30 November 2021   05:23 Diperbarui: 30 November 2021   05:28 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Noorlela

Pentigraf Kusfandiari MM Abu Nidhat

Namanya Noorlela. Ia salah satu alumni pesantren yang dibangun di sisi bantaran sungai. Bersama alumni lainnya, ia pernah terkenal sebagai kelompok santri yang bisa membangkitkan semangat para santri berikutnya. 

Salah satu di antaranya, ialah Noorlela jadi santri yang mampu mengemas Haflah Akhirussanah yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. 

Ada dua macam acara, yaitu Malam Haflah Akhirussanah dan Ziarah Antarpesantren. Acara  haflah akhirussanah yang digelar difokuskan pada  pelepasan para santri yang sudah menamatkan pendidikan di Kelas Unggulan. Acara berlangsung meriah tetapi khidmat. 

Sejumlah tamu undangan, termasuk wali santri mulaikelas 7 sampai 9 turut hadir dalam acara tersebut. Puluhan santri diwisuda oleh Pengasuh Pesantren. 

Karena sukses menggelar acara yang "spektakuler", ia pun direkrut jadi ustadzah di pesantren yang bersangkutan. Sedangkan alumni lainnya, kembali ke kampung halamannya guna mengamalkan ilmunya yang mereka terima di pesantren.

Tahun-tahun berikutnya, Noorlela malah jadi kordinator Ziarah Antarpesantren. Rute hanya perjalanan hanya di Jawa Timur. Sedangkan Ustadz Mungim sebagai imam ziarah. Ia berlangganan dengan Bus Mitra Marga Tech dengan Seat High Desk-nya. Jaminan kenyamanan sepanjang perjalanan. 

Soal biaya kontribusi jangan ditanya kepada siapapun. Yang penting dijamin puas antara biaya yang dikeluarkan dan fasilitas yang dinikmati. 

Seperti biasanya, seluruh peserta ziarah harus berkumpul di pesantren, berangkat pada pukul 06.30 tepat. Ziarah dari pesantren yang satu ke pesantren lainnya berjalan dengan lancar. Perjalanan ditempuh tiga hari dua malam.

Tiba di salah satu pesantren di Lamongan. Suasana begitu akrab. Seluruh santri yang berziarah harus benar-benar bisa menjalin silaturrahiim sebagaimana layaknya muslim dan muslimah itu bersaudara. Dan yang lebih mencengangkan, Noorlela ternyata sudah cukup lama bertaaruf dengan Noorsaliim, anak laki-laki pimpinan pesantren Badranahaya. 

Tak disangka, Noorlela dilamar oleh Kiai Badruzzaman saat itu juga. Suasana jadi gempar, sekaligus timbul kekhawatiran. Benar juga. Belum sampai satu tahun, Noorlela harus pindah ke Lamongan, ikut Noorsaliim suaminya. Sedangkan pesantren yang ditinggalkannya hingga saat ini belum ada pengganti Noorlela.

Ngawi, 20211128.14430423.14.08

Tesaurus : Kalau memang sudah jodoh, mau lari ke mana? Begitulah ungkapan pada umumnya ketika seseorang ketemu jodohnya. Itulah yang dialami Noorlela.

Tag : ziarahpesantren haflahakhirussanah antarpesantren bantaransungai belumadapengganti ustadzmungim

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun