Mohon tunggu...
Putra P
Putra P Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Antropologi Universitas Airlangga

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Antropolog Muslim dalam Gerakan Literasi di Indonesia

31 Mei 2023   17:50 Diperbarui: 31 Mei 2023   18:10 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Menurut UNESCO (2017), budaya literasi juga mencakup penggunaan teknologi informasi dan komunikasi sebagai alat untuk memperoleh, memproses, dan menyebarkan informasi. Hal ini sejalan dengan perkembangan teknologi dan media sosial yang semakin pesat. Dalam konteks ini, individu perlu memiliki keterampilan literasi yang lebih luas, yaitu keterampilan digital atau literasi digital. Budaya literasi juga penting dalam membantu individu memahami dan memproses informasi yang semakin kompleks dan beragam. 

Budaya literasi yang baik meliputi kemampuan memahami dan menganalisis informasi yang diperoleh dari berbagai sumber, termasuk media sosial dan internet. Dalam era digital seperti sekarang ini, individu perlu mampu membedakan informasi yang benar dan berkualitas dari informasi yang tidak benar dan tidak berkualitas atau yang sering disebut sebagai hoaks. Budaya literasi ini juga penting untuk menciptakan masyarakat yang kritis dan mampu berpartisipasi dalam pembangunan masyarakat. Dengan memiliki kemampuan literasi, individu dapat memperoleh pengetahuan dan mengambil keputusan yang lebih baik dalam kehidupan sehari-hari serta turut berkontribusi dalam pembangunan masyarakat (Nasution, 2015). Budaya literasi merupakan sebuah konsep yang merujuk pada kemampuan individu dalam membaca, menulis, dan berpikir kritis, serta kebiasaan dalam melakukan aktivitas literasi tersebut sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. 

Budaya literasi dapat diartikan sebagai sebuah budaya yang mempromosikan kemampuan membaca, menulis, dan berpikir kritis untuk memperoleh pengetahuan, memperoleh pekerjaan yang layak, mengambil keputusan yang tepat, dan berpartisipasi dalam masyarakat. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa terdapat lima manfaat budaya literasi. 

Pertama, budaya literasi dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis individu. Hal ini karena dengan membaca dan menulis, individu akan terbiasa mengolah informasi dengan lebih kritis, mempertimbangkan sudut pandang yang berbeda, dan mengembangkan argumentasi yang lebih matang (Reinking, 2016). 

Kedua, budaya literasi juga dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan individu. Dengan membaca, individu dapat memperoleh informasi dan pengetahuan baru dari berbagai sumber, serta mempelajari keterampilan baru seperti keterampilan menulis dan berbicara yang efektif (UNESCO, 2017). 

Ketiga, individu yang memiliki budaya literasi yang baik memiliki peluang yang lebih baik dalam mencari pekerjaan dan berkembang di tempat kerja. Hal ini karena kemampuan membaca, menulis, dan berpikir kritis merupakan keterampilan dasar yang diperlukan dalam dunia kerja yang semakin kompetitif (Nasution, 2015). Keempat, Budaya literasi juga dapat meningkatkan kesehatan mental individu. Menurut penelitian, membaca dan menulis dapat membantu mengurangi stres, meningkatkan rasa percaya diri, dan memperbaiki kesehatan mental secara keseluruhan (Carr, 2010). Kelima, budaya literasi juga penting untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan sosial dan politik. Individu yang memiliki kemampuan membaca dan menulis yang baik lebih mampu untuk terlibat dalam kegiatan sosial dan politik, serta mengambil bagian dalam proses pembangunan masyarakat (Nasution, 2015). Dari berbagai manfaat tersebut, dapat disimpulkan bahwa budaya literasi memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan individu dan masyarakat secara keseluruhan. Oleh karena itu, pemerintah dan berbagai pihak terkait perlu terus meningkatkan upaya untuk mempromosikan budaya literasi di masyarakat. Salah satu pihak yang memiliki potensi dan peran yang sangat penting adalah antropolog muslim karena antropolog merupakan pihak yang ahli dalam menjelaskan dan mengkaji kebudayaan. Peran antropolog muslim dalam meningkatkan budaya literasi di era digital sangat penting untuk mempromosikan pembelajaran budaya dan bahasa di masyarakat. Antropolog muslim dapat memberikan pemahaman tentang pentingnya literasi di era digital, mengajarkan bagaimana memanfaatkan teknologi untuk memperkaya pengetahuan, serta membantu memahami implikasi sosial dan kultural dari literasi digital. 

Dalam hal ini, antropologi Muslim dapat membantu dalam pengembangan kurikulum pendidikan literasi digital yang berbasis Islam. Antropolog muslim juga dapat membantu mempromosikan literasi di kalangan masyarakat Muslim dengan melibatkan ulama, tokoh masyarakat, dan kelompok masyarakat dalam kampanye literasi. Hal ini penting karena ulama dan tokoh masyarakat dapat memberikan pengarahan dan dukungan kepada masyarakat dalam upaya meningkatkan literasi (Jomhari and Nayan, 2019). 

Antropolog muslim juga dapat membantu dalam pengembangan literasi kritis di kalangan masyarakat. Hal ini karena literasi kritis adalah kemampuan untuk membaca dan memahami pesan-pesan dalam media, serta menganalisis pesan-pesan tersebut secara kritis dan reflektif. Antropolog muslim dapat memberikan pemahaman tentang bagaimana memahami pesan-pesan media secara kritis, termasuk memahami implikasi sosial dan kultural dari media digital. 

Dalam mempromosikan literasi di era digital, antropolog muslim juga dapat memberikan penekanan pada nilai-nilai Islam, seperti nilai-nilai moral dan etika dalam penggunaan teknologi dan media digital. Hal ini dapat membantu masyarakat untuk menggunakan teknologi dan media digital dengan bijaksana dan bertanggung jawab (Jomhari and Nayan, 2019). 

Terdapat lima hal yang dapat menjadi pilihan bagi antropolog muslim sebagai cara memantapkan budaya literasi di era digital. Pertama, menyadarkan pentingnya literasi digital. Sebagai seorang antropolog muslim, dapat memulai dengan mengedukasi masyarakat tentang pentingnya literasi digital dan bagaimana hal tersebut dapat membantu dalam pengembangan pribadi, sosial, dan ekonomi. Dapat juga menunjukkan bahwa kemampuan literasi digital dapat membantu seseorang untuk mengakses informasi dan pengetahuan yang berharga, mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan untuk bekerja di era digital, dan memperluas jaringan sosial. 

Kedua, mendorong pengembangan keterampilan literasi digital. Antropolog muslim juga dapat membantu masyarakat untuk mengembangkan keterampilan literasi digital. Antropolog muslim dapat memberikan pelatihan tentang cara menggunakan perangkat lunak dan aplikasi digital yang penting, seperti Microsoft Word, Excel, dan PowerPoint, dan cara menggunakan media sosial dengan bijak. Dalam hal ini, antropolog muslim dapat memanfaatkan metode yang lebih interaktif dan melibatkan masyarakat untuk memastikan pemahaman yang lebih baik. Ketiga, membantu masyarakat memahami konsep privasi dan keamanan digital. Dalam era digital, privasi dan keamanan digital menjadi sangat penting. Antropolog muslim dapat membantu masyarakat untuk memahami konsep-konsep ini dan cara melindungi diri dari ancaman keamanan digital, seperti penipuan dan peretasan. Mereka juga dapat mengedukasi masyarakat tentang cara menggunakan password yang kuat, menghindari terlalu banyak berbagi informasi pribadi di media sosial, dan memperbarui perangkat lunak mereka secara teratur. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun