Mohon tunggu...
Kusdiantoro Mohamad
Kusdiantoro Mohamad Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, Embriologi, Pemerhati Lingkungan

Memberi manfaat untuk masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Mungkinkah Bayi Lahir Tanpa Peran Sperma?

31 Oktober 2023   12:20 Diperbarui: 31 Oktober 2023   12:28 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fenomena perkembangan normal embrio membutuh genetik yang berasal dari ibu (sel telur) dan dari ayah (sperma). Meskipun setiap gen memiliki pasangan alel yang homolog dari gen ayah dan gen ibu, akan tetapi selama proses perkembangan gamet dan embrio, ekspresi kedua gen ini berbeda. Perbedaan ekspresi gen yang berasal dari tetua yang mana ditentukan oleh mekanisme genomic imprinting.

Genomic imprinting merupakan fenomena epigenetik yang menyebabkan gen terekspresi atau tidak, bergantung pada apakah gen tersebut diwarisi dari ibu atau ayah. Beberapa gen yang berperan dalam perkembangan plasenta hanya aktif dari gen asal ayah saja, sementara gen yang homolog asal ibu mengalami inaktif. Dengan demikian, ketika embrio partenogenesis hanya memiliki gen asal ibu saja, maka gen-gen yang aktif hanya dari gen asal ayah, menjadi tidak tersedia. Beberapa gen untuk perkembangan plasenta yang aktif hanya gen asal ayah sehingga perkembangan plasenta menjadi abnormal. Hal ini yang menyebabkan embrio partenogenesis tanpa sperma pada mamalia tidak mungkin berkembang sampai lahir.

Penelitian tahun 2022 oleh Wei dkk. [4] berhasil mengatasi hambatan dari fenomena genomic imprinting pada perkembangan embrio partenogenesis. Para peneliti tersebut menulis ulang (mengedit) tujuh daerah pengatur imprinting. Dengan mengedit ulang daerah pengatur ini, para peneliti ini berhasil menunjukkan perkembangan normal embrio partenogenesis hingga lahir.

Bekerja dengan mencit sebagai salah satu jenis mamalia, penelitian ini menunjukkan bayi asal partenogenesis dari hewan mamalia dapat berkembang hingga lahir tanpa peran sperma.

Referensi:

[1] Groot, T. V., Bruins, E., & Breeuwer, J. A. (2003). Molecular genetic evidence for parthenogenesis in the Burmese python, Python molurus bivittatus. Heredity, 90(2), 130--135. https://doi.org/10.1038/sj.hdy.6800210  

[2] Dudgeon, C. L., Coulton, L., Bone, R., Ovenden, J. R., & Thomas, S. (2017). Switch from sexual to parthenogenetic reproduction in a zebra shark. Scientific reports, 7, 40537. https://doi.org/10.1038/srep40537

[3] Watts, P. C., Buley, K. R., Sanderson, S., Boardman, W., Ciofi, C., & Gibson, R. (2006). Parthenogenesis in Komodo dragons. Nature, 444(7122), 1021--1022. https://doi.org/10.1038/4441021a

[4] Wei, Y., Yang, C. R., & Zhao, Z. A. (2022). Viable offspring derived from single unfertilized mammalian oocytes. Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America, 119(12), e2115248119. https://doi.org/10.1073/pnas.2115248119

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun