Mohon tunggu...
Dian Ashari
Dian Ashari Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Just a student - Information System - Gunadarma University 2012

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ruang Terbuka Hijau yang Tak Lagi Menghijau

30 September 2015   22:11 Diperbarui: 30 September 2015   22:11 3132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lahirnya Para Prajurit Hijau

Akibat semakin minimnya ketersediaan RTH dan ruang publik yang betul-betul layak maka lahirlah banyak komunitas-komunitas untuk menyelamatkan RTH ataupun ruang publik. Salah satu komunitasnya adalah HiddenPark. HiddenPark merupakan suatu kampanye pengaktifan taman kota sebagai ruang publik kreatif sehingga menciptakan pengalaman baru berinteraksi dengan RTH. HiddenPark juga merupakan sebuah eksperimen sosial yang terus berjalan untuk mengidentifikasi aspirasi masyarakat urban terhadap RTH dan memfasilitasi diskusi antar berbagai pemangku kepentingan untuk membuahkan kemitraan. Pada saat yang bersamaan diharapkan juga banyak lahir pula gerakan budaya bertaman yang bertanggung jawab dan menumbuhkan sense of belonging warga kota terhadap taman-tamannya. Banyak taman-taman yang berhasil kembali dihidupkan. Salahnya satunya adalah Taman Langsat, Kebayoran Baru dan Taman Kota Tebet.

See more at: Here

[caption caption="Kampanye Hiddenpark (Sumber: Hiddenpark.com)"]

[/caption]

Kemudian selain HiddenPark lahir juga gerakan PARK(Ing) Day. PARK(Ing) Day merupakan kampanye yang dilakukan dengan merubah sebuah lahan parkir menjadi area ruang publik. Kampanye yang selalu dilakukan setiap tahun pada minggu ketiga di bulan September secara serentak di seluruh dunia. Selama berlangsungnya kampanye PARK(Ing) Day, lahan parkir diubah menjadi taman buatan yang memfasilitasi masyarakat untuk beraktifitas dan saling berinteraksi. Kampanye ini sebetulnya mengajak bukan hanya mendorong pemerintah membangun dan menyediakan fasilitas ruang publik yang baik tapi juga memberi contoh kepada masyarakat bahwa banyak hal yang dapat dilakukan di ruang publik bila tidak digunakan untuk lahan parkir.

Masih banyak komunitas ataupun gerakan-gerakan lainnya. Dari banyak gerakan ini kesemuanya memberikan ajakan kepada semua pihak untuk secara lebih sadar untuk mengkonservasikan RTH dan keberadaan ruang publik yang semakin berkurang.

Butuh Upaya dan Perhatian Khusus

Pemerintah DKI Jakarta melalui Kepala Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta menargetkan penambahan RTH dengan total luas 50 hektare hingga akhir 2015. Target ini bertujuan memenuhi syarat ruang terbuka hijau 30 persen dari total luas wilayah. Suatu angin segar bagi warga Jakarta yang rindu akan ketersediaan RTH. Semoga RTH yang akan dibuat oleh pemerintah akan berfungsi dengan baik. Selain itu, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menargetkan pembangunan 54 lokasi Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) hingga akhir tahun ini. Pembangunan RTH dan RPTRA akan dibangun di atas lahan-lahan milik Pemprov DKI yang telantar.

Berkaca dari kota Bandung yang menghadirkan konsep-konsep taman ataupun RTH bertemakan tematik membuat ruang publik di kota tersebut hidup kembali. Wajah kota yang sebelumnya tampak layu, kini seolah disiram dan diberi pupuk kembali. Segar hasilnya. Kesuksesan ini juga seharusnya bisa ditiru oleh Pemprov DKI untuk menghadirkan RTH dan ruang publik yang manusiawi. Kota Jakarta yang sudah tercemar butuh banyak RTH sebagai penyerap polusi, upaya penghijauan, dan menghadirkan kota yang lebih sehat.

[caption caption="Sumber: twitter.com/hiddenparkid"]

[/caption]

Penantian Masyarakat Akan Hadirnya Ruang Publik

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun