"Tapi apa?"
"Kau memang iblis. Tidak punya hati"
"Apa aku terlihat seburuk Kalong wewe? Kau sendiri siapa suruh mencintaiku, sudah tahu aku seperti iblis"
Diam menyelimuti percakapan mereka berdua selama hampir sepuluh detik. Sementara itu angina sepoi mendesah melewati rongga-rongga dedaunan, mengangkangi selah ranting dan dahan pohon dadap. Cahaya rembulan sebenarnya tidak sampai menyoroti kedua wajah yang sedang berunding itu. Hanya suara dan desah nafas mereka yang terdengar. Namun bahkan tak lebih keras dari suara jangkrik malam.
"Ayo jawab, apa kamu sanggup?"
****
"Baiklah, aku siap"
"Ini resikonya besar, Sum!"
"Aku tahu, Mbah"
"Tapi ilmunya tinggi. Kamu jangan main-main!"
"Saya tau, Mbah. Itu kenapa saya percayakan ini pada Mbah"