"Perempuan sekolah tinggi buat apa?"
"Udahlah, ngapain sih perempuan harus sekolah tinggi?"
"Sekolah tinggi nanti ujung-ujungnya urus rumah tangga juga?", demikian kalimat yang sering saya dengar.
Kalimat toxic seperti itu sering saya dapatkan ketika orang baru saja mengetahui jika saya menempuh studi S2. Terkadang gerah dengan kalimat-kalimat seperti ini, padahal zaman udah modern tapi pemikiran masih agak-agak gimana gitu.
Bagi perempuan di luar sana yang masih bingung mau studi S2 atau enggak, yuk bulatkan lagi tekadnya.
Pendidikan itu enggak sesempit pemikirian mencari gelar. Menempuh ilmu tak sesederhana menjemput ijazah dengan toga. Pendidikan tentang mencari ilmu untuk bekal diri.
Mau jadi ibu rumah tangga, dokter insinyur, guru, wartawan atau apapun itu semua butuh ilmu.
Bukankah Nabi Muhammad SAW setuju bahwa untuk dapat dunia, akhirat, ataupun keduanya kita memang butuh ilmu?
Terutama perempuan, saking besarnya beban dipundaknya, bahkan ada ungkapan perempuan adalah punggung peradaban.
Bagaimana mungkin peradaban bisa kokoh, bila penopangnya saja roboh? Bagaimana dia bisa mewariskan kecerdasan bila ia terlalu berpikir sempit dan dangkal?
Pendidikan itu tak sesempit juga kita artikan sebagai wawasan. Pendidikan berasal dari kata didik, tentang perubahan akhlak dan pendewasaan pikiran.
Bagi kaum perempuan yang saat ini menempuh studi S2 atau mengambil banyak kelas kursus dan membagi waktu dengan pekerjaan, kalian luar biasa. Â Tetaplah kembali ke niat baik kalian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H