Mohon tunggu...
kurnianto purnama
kurnianto purnama Mohon Tunggu... Pengacara - Pengacara

Pendiri Law Office KURNIANTO PURNAMA , SH, MH. & PARTNERS, Jakarta since 1990.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Nyonya LIM

16 September 2022   15:57 Diperbarui: 16 September 2022   16:13 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Bukan hanya mata kananku yang luka, namun wajahku pun penuh luka, satu gigi patah dan tangan kiriku patah juga.  Salah satu kaki temanku juga patah.

Tak lama datang sebuah mobil ambulance, lalu aku dibawa ke sebuah rumah sakit terdekat. Namun, rumah sakit ini tidak bisa menerimaku, karena peralatan medisnya tidak memadai. Lalu aku dibawa ke sebuah sakit lain di Kota Palembang juga.  

Dokter bilang padaku:

"Eva, mata kananmu lukanya sangat serius, sehingga tidak dapat kami selamatkan. Mata bola kananmu terpaksa harus dioperasi dan dibuang". Setelah mendengarnya, lantas badan langsung lemas seketika. Dadaku berdebar-debar.  

Operasi pun dimulai dan memakan waktu sekitar empat jam. Sebab mata begitu rumit karena terdapat syaraf-syaraf penting. Lebih dari dua minggu, aku dirawat dan terbaring di rumah sakit ini, kemudian berobat jalan.

Setelah luka bekas operasi mataku betul-betul kering dan sembuh, baru dipasang mata bola palsu. Maka sejak saat itu, aku memakai mata bola batu atau mata bola palsu di mata kananku.

Setelah aku kehilangan mata bola, hatiku terasa begitu pilu dan sedih. Kini aku sulit menyesuaikan diri dengan mata satu. Karena jarak pandang menjadi berbeda. Jarak yang jauh terasa dekat. Aku pun sulit melangkah dan sulit turun naik tangga.

Bahkan menuang air ke dalam gelas pun,  tidak bisa tepat. Aku merasa sudah tepat dan masuk ke gelas, tahu-tahu tidak masuk ke dalam gelas dan airnya tumpah.

Saat aku hendak menjemur baju di tali, tangan ku terasa dekat dengan tali jemuran, tanganku terasa mencapai tali jemuran, tapi ternyata tak sampai-sampai. Seperti seorang buta, tangannya menggapai-gapai, tapi tak sampai-sampai.

Sempat hatiku berkata "Lebih baik aku mati saja" Tetapi aku punya keluarga yang baik, penuh perhatian dan sabar. Sehingga aku punya semangat berjuang untuk hidup.  Aku baru dapat penyesuaian diri, sekitar enam bulan setelah kehilangan sebelah mataku.

Aku berusaha menghilangkan kepedihan dan kesedihanku dengan bergabung dengan komunitas orang-orang catat seperti diriku ini. Disini, aku baru menyadari, ternyata banyak orang catat yang lebih berat dan parah ketimbang diriku. Sehingga dapat menambah semangatku untuk terus hidup dan berjuang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun