Banjarnegara (27/07/2022) -- Perubahan tata guna lahan merupakan salah satu penyebab menurunnya daya resap air. Pembangunan sarana dan prasarana untuk mendukung aktivitas masyarakat tentu sangat menguntungkan.Â
Seperti halnya pembuatan jalanan aspal untuk meningkatkan aksesibilitas masyarakat. Namun, apabila jalanan aspal tidak memiliki sistem drainase yang baik, maka dapat menyebabkan limpasan permukaan ketika terjadi hujan lebat. Akibatnya, air yang melimpas dari jalanan aspal akan mengalir ke area yang posisinya lebih rendah.Â
Sehingga, menyebabkan genangan air yang meluas di area tersebut. Wilayah Pete yang masuk dalam lingkungan RT 002/ RW 004, Desa Gumiwang merupakan salah satu area yang terdampak banjir. Selain karena posisinya yang berada lebih rendah dari jalanan aspal, Pete terletak di dekat aliran sungai. Akibatnya, sekitar 5 rumah warga tergenang air ketika hujan lebat.
Pembuatan lubang resapan biopori menjadi salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi genangan air di daerah area yang terdampak banjir tersebut.
 Lubang resapan biopori merupakan lubang yang dibuat tegak lurus ke dalam tanah dengan diameter sekitar 10-25 cm dan kedalaman sekitar 1 m. Diharapkan dengan adanya lubang resapan biopori ini mampu meningkatkan daya resap air ke dalam tanah sehingga turut meningkatkan cadangan air tanah dan mengurangi banjir.
Pelaksanaan program diawali dengan penyebaran poster yang berisi pengertian, manfaat, cara pembuatan lubang resapan biopori, dan undagan. Program pembuatan lubang resapan biopori disambut dengan baik oleh warga Pete, RT 02/ RW 04, Desa Gumiwang.Â
Kegiatan dilaksanakan pada 27 Juli 2022 bertempat di halaman rumah warga di daerah Pete, RT 02/RW 04. Diikuti oleh 10 warga yang mengisi daftar hadir ditambah beberapa warga lainnya yang menyusul untuk bergabung.Â
Pembuatan lubang resapan biopori diawali dengan penentuan titik penempatan lubang resapan biopori dan dilanjutkan dengan pemahaman terkait lubang resapan biopori, manfaatnya, alat dan bahan yang dibutuhkan, serta praktik pembuatannya.
Proses pengerjaanya dengan melakukan penggalian tanah sedalam panjang pipa biopori yang telah disediakan, yakni 40 cm dan diameter lubang 10 cm menggunakan alat linggis besi.Â
Selanjutnya, pipa PVC berlubang yang telah disiapkan ditanam ke dalam lubang yang telah dibuat dan lubang diisi dengan sampah-sampah organik, misal daun kering dan kulit buah. Kemudian lubang ditutup dengan penutup pipa PVC yang berlubang. Proses pengerjaan diakhiri dengan pengurugan kembali area di sekitar pipa biopori agar penanaman pipa lebih kokoh.
Program ini berhasil membuat 2 lubang resapan biopori yang terbuat dari pipa PVC berlubang dan botol bekas yang dilubangi. Terlaksananya program ini diharapkan dapat meningkatkan kepedulian warga terhadap ketahanan cadangan air tanah dan keberlanjutan lingkungan hidup.
Penulis  : Kurnia Muliawati - Teknik Lingkungan 2019
DPL Â Â Â Â : Dr. Ir. Dwi Haryo Ismunarti, M.Si.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H