Pencok? pencak kali? bukan...ini pencok talas makanan jaman dahulu yang sudah jarang kita temui sekarang ini. Kuliner khas Salatiga ini memang cukup asing di telinga kita "anak jaman now" karena sudah jarang ada yang jualan makanan ini. Padahal, kuliner yang satu ini memiliki peluang bisnis yang cukup besar lho.
Salah satu pengusaha yang menjual pencok yaitu, Bapak Catur. Beliau cukup antusias dalam merintis usaha ini. Dan dibukanyalah usaha "ja'ber" yang bertempat di Jalan Argoyuwono nomor 42  Kecamatan Argomulyo Salatiga pada mei 2017 silam. Memang usaha beliau masih terbilang baru, namun produknya sudah  banyak diminati orang-orang bahkan sampai ke Amerika.
Aslinya Pencok tidak hanya berbahan dasar talas saja, bisa memakai singkong, ubi atau pun kentang. Namun Bapak Catur lebih memilih talas karena harganya yang murah, didiamkan beberapa minggu pun tidak apa-apa, dan jarang berpenyakit bila berpenyakit pun hanya mempengaruhi satu umbi saja.
Cara membuat pencok talas pun cukup mudah, tidak membutuhkan resep khusus yang penting ketulusan hati dan cinta saat membuatnya.
2. Talas dibersihkan dengan larutan kapur sirih, gunanya agar menghilangkan dari lendir talas. Kalau tidak dibersihkan, saat dikonsumsi mulut akan terasa gatal-gatal karena lendir tersebut.
3. Di goreng sebanyak 2 kali agar terasa crispy, setelah itu ditiriskan terlebih dahulu.
4. Masak bumbu pencok dengan ditumis yang berisikan cabai, bawang putih, bawang merah, garam, daun salam, dan laos. Ketika sudah terasa wangi, masukkan setengah kilogram gula merah lalu diaduk sampai gula merah mencair.
5. Masukkan talas ke tumisan tadi dan diaduk-aduk hingga meresap ke talas.
Pencok talas yang sudah jadi lengket satu sama lain karen gula jawa tadi. Rasanya cukup unik seperti balado, ada manis dan ada pedasnya juga. Bertekstur lembut dan renyah saat dimakan. Tidak kalah dengan keripik dari luar negeri yang bernama nacho dari meksiko.
Sayangnya talas ini tidak bisa di produksi setiap bulan karena masa penanamannya hanya pada musim penghujan saja. Pencok talas "Ja'ber" hanya diproduksi bulan juni sampai november saja.
Tidak semua petani pun menanam talas mengingat talas hanya sering dipakai dalam pakan ternak. Ibu Sri menuturkan bahwa Ia sangat menantikan inovasi dari mahasiswa pertanian agar talas dapat di tanam saat musim kemarau dan hasil panennya sama besar dengan musim penghujan.
Tidak ada salahnya bagi pengusaha muda untuk menjajal kuliner ini, selain keuntungannya yang cukup besar juga mampu menghadirkan kembali kuliner yang hampir hilang ditelan jaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H