Dari temuan ini tenanglah hati saya, ternyata intepretasi pesan eyang Habibe tidak seperti apa yang menjadi viral. Â Tapi disudut hati yang lain menyayangkan tulisan ini.Â
Secara tidak langsung mengisyaratkan bahwa umat Islam tidaklah perlu untuk menimba ilmu dunia. Padahal bagi saya pribadi, ilmu dunia ini bisa menjadi jembatan kita mengenal Allah lebih dekat.
Karena dari pengalaman saya, saat saya mempelajari sistem pertahanan tubuh manusia. Disitulah saya memahami bahwa tubuh kita ini sebuah keajaiban. Sebuah rancangan Sang Pencipta yang Maha Sempurna.Â
Allah menciptakan mekanisme pertahanan tubuh kita berlapis-lapis, agar kita tidak mudah terserang penyakit dari luar. Dari situ saya baru memahami betapa Rahman dan Rahimnya Allah kepada hambaNya. Allah tak pernah menghendaki kita sakit.
Dan saat saya mempelajari ilmu genetika, saya pun bisa tersungkur untuk bersyukur, karena saya jadi tahu betapa rumitnya software yang melekat dalam setiap sel yang membangun tubuh kita yang jika satu saja-hanya satu saja-yang bermutasi dari puluhan juta gen, maka akan timbul kelainan yang beragam rupa. Dari cacat tubuh hingga timbulnya kanker.
Belum lagi saat mempelajari bagaimana setiap sel berkomunikasi, hati saya pun berdebar, tak sanggup lagi mengukur Kebesaran Ilahi. Mediator-mediator pengantar pesan dari sel satu ke sel yang lain itu tidak punya mulut dan telinga, tapi kepandaiannya berkomunikasinya lebih dari kecerdasan gadget.Â
Dan jika satu saja dari jutaan macam mediator itu gagal mengintepretasikan pesan, maka muncul pula jutaan keluhan yang membuat tubuh kita sakit.
Dan semua mekanisme itu bergerak dan bekerja secara otomatis, tanpa kita suruh, tanpa kita kendalikan. Hanya sedikit yang bisa kita kendalikan. Lalu siapa yang mengendalikan itu semua? Tentu Allah yang Maha Sempurna.
Dari ilmu-ilmu dunia itulah yang membuat saya merasa tak berdaya dan semakin mengenal Sang pencipta, jadi sangat disayangkan jika kemudian ada dikotomi atas ilmu tersebut, menganggap ilmu yang satu lebih penting dari yang lain.Â
Sedang menurut saya dalam Islam tidak ada perbedaan dalam ilmu, asal ilmu itu bermanfaat  bagi manusia, makhluk hidup dan sekitarnya, serta menjadi sarana mengenal dan mendekatkan diri pada Allah, maka ilmu itu akan sama posisinya disisi Allah.
Jadi benarlah apa yang dikatakan Eyang Habibie, andai diberi kesempatan mendapatkan semuanya, maka ambilah semuanya.
Kurnia Hayati Rahman
Peserta Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Ilmu Penyakit Mulut FKG Unair