Alasan Utsmani membangun armada laut super karena daulah Islam Utsmani adalah negara maritim. Wilayah kekuasaannya meliputi jazirah Arab dan negara-negara yang mengitari Laut hitam, Laut Merah, Laut Tengah, dan di sebagian Laut Kaspia. Utsmani juga memperluas kekuasaannya ke negara-negara Eropa seperti Rusia, Italia, Spanyol, Perancis, dan Portugal. Armada laut Utsmani sangat ditakuti oleh negara lain terutama masa pemerintahan Sultan Muhammad al-Fatih.
Di era Al-Fatih armada laut sangat diperhatikan. Ia membangun tempat industri militer untuk kebutuhan alutsista, tempat logistik, gudang senjata dan meletakkan benteng-benteng di tempat strategis. Pada persiapan penaklukkan Konstantinopel mereka memperkuat armada laut, membuat kapal besar dengan menjadikan kapal yang ia dapat di Saub sebagai contoh untuk dibuat ulang oleh para ahli dengan modifikasi dan inovasi baru. Menjadikan armada laut memiliki peran penting dalam keberhasilan penaklukkan Konstantinopel. Akademi militer yang berkembang pesat menghasilkan alumni insinyur, dokter, ahli hewan, ahli ilmu alam, dan masalah ruang. Inilah yang membuat pasukan Utsmani begitu terkenal di berbagai belahan dunia.
Dari sini didapatkan poin bahwa untuk melindungi negara maritim terutama menjaga teritorial laut diperlukan armada laut yang sangat kuat. Armada laut kuat tidak hanya dilihat dari kemampuan fisik tentara saja, tetapi juga harus memiliki intelektual tinggi, logistik, senjata, dan kendaraan tempur yang memadai. Kekuatan ekonomi yang luar biasa dan tidak tergantung bantuan asing juga menjadi pertimbangan sehingga mampu mendukung segala aktivitas akademi, penelitian, produksi, modifikasi, dan inovasi alutsista. Tidak tertinggal bahwa semua ini bisa didapat jika sebuah negara menerapkan sistem Islam secara menyeluruh.
Tegakkan Islam!
Satu-satunya cara agar negara lain termasuk Cina tidak mudah mengoyak kedaulatan Indonesia adalah dengan membaiat penguasa yang mau menerapkan ideologi dan syariat Islam secara menyeluruh. Dalam ideologi Islam, batas wilayah ditentukan oleh futuhat (pembebasan). Berbeda dengan penjajahan, futuhat adalah pembebasan Islam. Masyarakat dibebaskan dari pemikiran sesat kemudian diriayah menggunakan sistem Islam.
Cara Negara Islam melakukan futuhat sama seperti yang dilakukan oleh Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin, yakni dengan mengirim surat kepada penguasa negeri lain yang isinya seruan untuk mau tunduk kepada Islam. Namun jika penguasa tersebut menolak untuk tunduk pada syariat Islam, maka jihad secara fisik ditempuh sebagai jalan selanjutnya. Berikut salah satu contoh surat yang dikirim Rasulullah kepada pemimpin al-Ghubaira (Oman), Jaifar dan Abd bin al-Julanda:
"Bismillahirrahmanirrahim. Dari Muhammad bin Abdullah, kepada Jaifar dan Abd bin al-Julanda. Kesejahteraan bagi siapa pun yang mengikuti petunjuk, amma ba'du.
Sesungguhnya saya menyeru Anda berdua dengan seruan Islam. Masuklah Islam, niscaya Anda berdua akan selamat. Sesungguhnya saya adalah utusan Allah kepada semua manusia, untuk memberi peringatan kepada orang yang hidup dan membenarkan perkataan terhadap orang-orang kafir. Jika Anda berdua berkenan mengikrarkan Islam, saya akan mengukuhkan kerajaan Anda. Namun, jika Anda enggan mengikrarkan Islam maka kerajaan Anda pasti akan berakhir. Kuda saya pasti akan menginjakkan kaki di halaman Anda dan nubuwwah saya akan mengalahkan kerajaan Anda."
Surat ini dibawa oleh Amr bin al-Ash, yang kelak di era Umar bin Khaththab, ia menjadi jenderal pasukan Islam penaklukan Mesir dan Palestina (640 M). Ketika Abd bin Julanda meminta keterangan tentang apa perintah dan larangan Muhammad, Amr bin al-Ash menjelaskan, "Rasulullah memerintahkan untuk selalu taat kepada Allah dan melarang mendurhakai-Nya; memerintahkan kepada kebajikan dan menyambung tali persaudaraan; melarang dari kezaliman dan permusuhan. Rasulullah juga melarang zina, minum khamar, menyembah batu, patung, dan salib." Abd bin Julanda terkesan dan berharap saudaranya bersedia menerima ajakan Muhammad. Namun, ia tidak yakin. Menurutnya, Jaifar akan lebih memilih posisinya sebagai penguasa. Amr bin al-Ash memberikan informasi, "Jika dia mau masuk Islam, Rasulullah tetap akan mengakui kekuasaannya. Beliau akan mengambil sedekah dari penduduk yang kaya, lalu memberikannya kepada mereka yang miskin."
Jaifar meminta waktu untuk mempertimbangkan keputusannya. Namun sebelum Amr meninggalkan Oman, keduanya menyatakan diri masuk Islam dan beriman kepada Muhammad saw. Agama Islam diterima dengan damai di Oman dan mereka berhasil keluar dari tekanan Persia. Di era Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq dan Umar bin Khaththab, pemimpin Oman ditunjuk oleh khalifah. Sepanjang itu, kekuasaan tetap berada di tangan Dinasti al-Julanda hingga Khalifah Ustman bin Affan menganeksasi Oman dan memasukkannya dalam wilayah Basrah.
Negara yang mau menganut Islam sebagai sistem adalah negara yang siap menjadi negara adidaya, karena syariat Islam memberikan kekuatan pada ekonomi dan militer.Â