Mohon tunggu...
Mawan Sastra
Mawan Sastra Mohon Tunggu... Koki - Koki Nasi Goreng

penggemar fanatik Liverpool sekaligus penggemar berat Raisa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pada Hari Liverpool Juara

31 Desember 2020   17:14 Diperbarui: 31 Desember 2020   17:42 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Pikirkan kembali apa yang kutegaskan tadi," tutur Marliang, "Siding tetaplah anakmu. Jangan selalu posisikan dirimu sebagai seorang bapak yang kejam. Setiap aku datang ke sana, dia selalu menanyakanmu. Tiada rasa bosan sama sekali."

Kasimin tidak bicara apa-apa. Dalam situasi begitu, ia masih enggan membeberkan pada Marliang tujuannya sehingga keluar rumah. Ia hanya mengcup kening istrinya, lalu membalik badan.

Pemilik yaris itu bernama Buce, seorang pemuda 21 tahun. Adalah tahun keduanya menjadi driver grab. Ia merupakan pelanggan tetap mereka, jika ada urusan perjalanan di luar tinggal menghubungi Buce, mula-mula harus masuk ke aplikasi grab, tetapi semakin ke sini mereka kalau ada perlu tinggal menelpon langsung. 

Buce tetap memenuhi panggilan itu.
Kedekatan mereka semua berawal sejak Kasimin enggan lagi berurusan dengan aktivitas menyetir. Padahal, pajero di garasi dalam keadaan baik. Namun sudah berbulan-bulan tidak digunakan. Keputusan Kasimin ini sering disinggung Marliang, aneh baginya, Kasimin masih bisa menyetir tapi memilih tidak melakukannya.

"Aku masih ingat," ucapan Buce setelah Kasimin mengamabil posisi di jok depan tepat di sampingnya, "Ketika aku mengantar Ibu pakan lalu, katanya sudah setengah mati membujuk Bapak untuk ikut bersama-sama membesuk Siding. Tapi Bapak tetap kekeh tak ingin bertemu. Makanya hari ini aku terkejut sekali, Bapak menelpon ingin dibawa ke lapas," Buce lekat-lekat memandangi Kasimin, terutama baju yang sedang dikenakan.

"Aku tidak menyaksikannya, tapi tadi sempat kuikuti beritanya: dua malam yang lalu Liverpool membungkam Crystal Place di Anfield. Dan hari ini sudah mengunci gelar juara Liga Inggris, setelah Manchester City keok dikandang Chelsea yang tidak mungkin menyamai poin Liverpool lagi. Liverpool layak juara memang, mereka terlalu superior musim ini sedangkan yang lain inkonsisten."

"Ya, aku bahagia sekali," balas Kasimin memasang sabuk pengaman, "Liverpool terakhir juara 1990, beberapa bulan sebelum anakku itu lahir ke dunia."

"Dan Bapak sekarang memakai jersi Liverpool jadul, hendak menjenguk Siding, apakah ada kaitannya karena hari ini Liverpool juara?"

Kasimin bungkam, tampak tidak ingin Buce menyinggung lebih jauh soal itu sehingga ia mengalihkan pembicaraan, "Aku ingin mendengar Bee Gees." Buce mudah paham, ia menghubungkan ponselnya ke tape mobil.

Dari ruas jalan di hadapan, berpindah ke wajah Kasimin di samping, begitulah perhatian Buce sembari mengemudikan mobil. Ingin bicara, tapi ragu-ragu. Kasimin dengan kepala bersandar di kaca jendela, menunjukkan gelagat sedang malas bicara. Menyesapi lagu pertama dari Bee Gees, mengiringi perjalanan mereka yang mulai menjauhi rumah.

Dalam posisi seperti itu, pikirannya kembali ke adegan yang terjadi beberapa menit lalu, saat masih di meja makan menikmati sarapan bersama Marliang. Kesekian kali Marliang melakukan bujuk rayu kepadanya: untuk sudi menjenguk Siding, paling tidak sekali saja. Awal-awal diingatkan begitu, Kasimin akan mencak-mencak, keras sekali mengatakan tidak. Belakangan, hanya diam tanpa suara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun