Mohon tunggu...
Mawan Sastra
Mawan Sastra Mohon Tunggu... Koki - Koki Nasi Goreng

penggemar fanatik Liverpool sekaligus penggemar berat Raisa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Teror, Mantan Istri

30 Desember 2020   17:26 Diperbarui: 30 Desember 2020   18:04 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kenapa tidak sejak dulu kau menikahi perempuan selingkuhanmu itu? Atau mencari wanita lain. Saya pikir itu lebih baik daripada mencampuri kehidupan pribadi mantan istrimu," ucapan terakhir dari Marliang sebelum memutus telepon.

***

Setiba di Makassar, tempat pertama yang Kasimin kunjungi selepas meninggalkan bandara adalah jasa rental mobil. Ia membawa toyota yaris hitam metalik menuju mal di pusat kota. Ada beberapa potong pakaian yang ia beli untuk putri kecilnya yang tahun ini akan masuk sekolah dasar; piama bermotif bunga, gaun indah berwarna violet tampak seperti pakaian yang dikenakan tokoh-tokoh dalam film Barbie, dan tak ketinggalan boneka beruang agak besar.

Sebelum keluar dari mal, tiba-tiba ia terpikirkan Marliang, di pelupuk matanya hadir bayang-bayang mantan istrinya sebagaimana yang terakhir ia lihat. Usia sudah 38 tahun, namun baginya Marliang masih menarik, dengan tubuh yang terjaga, terlebih-lebih sejak hidup menjanda. Kasimin masih mencintai wanita itu sampai kapan pun, itu yang selalu ia tanamkan dalam lubuk hatinya. 

Maka wajar ia rada-rada tak restu bila Marliang dekat dengan Pram atau laki-laki lain. Tapi ia sadar statusnya hanya sebagai bekas suami, dan sangat menyesalkan perceraian mereka.

Kasimin tergerak mempersembahkan tas tangan merek ternama dari bahak kulit untuk Marliang. Sebenarnya ia selalu ingin melakukan itu kepada Marliang, tapi di tahun pertama perceraian pemberiannya ditolak mentah-mentah Marliang. Ia mencoba kembali dan harapannya Marliang mau menerima.
Tiga tahun tak lagi hidup bersama, tapi Kasimin masih hapal betul-betul merek mekap yang sering digunakan Marliang. Ia merogoh dompet dalam-dalam, untuk menebus semua itu.

Di penghujung hari, ia menikmati senja di Pantai Losari, seorang diri menatap kilau air laut, memerhatikan keramaian di sana, sampai malam datang mengusir langit jingga. Sebelum pukul tujuh, ia meninggalkan Pantai Losari, membawa toyota yaris ke rumah mantan istrinya. Di tengah jalan ia sempat menelepon Marliang mengabarkan kedatangannya.
Dan sekali lagi turun dari mobil membeli martabak.

Betapa Kasimin senang bakal terjadi pertemuan kembali, tidak hanya merindukan putri kecilnya yang katanya sakit, tapi juga ingin kembali melihat mantan istrinya. Tapi kejadian yang tidak disangka-sangka menghampirinya. Membuatnya dirawat di rumah sakit, berhari-hari.

***

"Apa yang sebenarnya terjadi pada saya? Mengapa saya dihajar oleh mereka?" Pertanyaan pertama yang keluar dari mulut Kasimin, masih lemah, setelah siuman. Lebam di wajahnya masih tampak, ada perban di perutnya. Marliang tak sanggup menyembunyikan perasaan senangnya.

Tapi Marliang sempat bingung harus memulai dari mana menjelaskan semua yang terjadi padanya. Agak lama saling diam, Tasya tertidur di pangkuan Marliang duduk di sisi ranjang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun