Satu-satunya kegagalan Salah yaitu tak bisa memenuhi ekspektasi pendukung Liverpool, yang mengharuskan Salah selalu tampil impresif di setiap laga. Jika Salah memainkan 49 laga dalam satu musim, maunya pendukung, Salah selalu memberikan yang terbaik untuk tim.
Begitulah. Padahal Salah bukanlah robot yang dirancang untuk selalu menuruti apa keinginan kita. Ada suatu waktu Salah underperform. Harusnya kita bisa berdamai dengan itu, bukan malah sekonyong-konyong memberikan kritikan tak pantas terhadap performanya, sampai-sampai menganggap Salah tak layak lagi berada di Liverpool, dengan mengabaikan apa yang telah dicapai selama ini.
Kekalutan itu semakin diperparah, pada matchday terakhir fase grup Liga Champions, dua pekan lalu, laga menghadapi Midjtylland. Konon Salah kecewa dengan keputusan pelatih, Jurgen Klopp yang lebih memilih Trent Alexander Arnold menjadi kapten tim dibanding dirinya. Wajar jika perasaan tidak dihargai lagi di klub dirasakan oleh Salah.
Dan yang tak kalah menarik lagi, ini baru-baru terjadi, pertandingan Liverpool menghadapi Crystal Place, agak mengejutkan sebab Salah tak diturunkan sebagai starter. Jurgen Klopp tentu punya alasan di balik keputusannya itu. Orang-orang mulai berspekulasi bahwa Salah tidak senang dijadikan cadangan dalam laga tersebut, dia baru dirurunkan di babak kedua dan mampu memberikan assist serta di sepuluh menit terakhir pertandingan mencatatkan brace.
Mengejutkan, mimik wajah Salah tampak datar, bisa dibilang adalah anomali dari setiap perayaan golnya seperti yang kita lihat selama ini. Padahal dua gol tersebut adalah gol penting baginya sebab menjauh dari tangga persaingan top skor. Banyak yang mengaitkan ekspresi Salah seperti itu adalah bahasa tanpa kata-kata akan ketidakbahagiaannya di Liverpool.
Seandainya sampai akhir musim, keadaan ini belum berubah, dan Salah ngotot ingin hengkang. Pihak klub sebaiknya memenuhi keinganan tersebut. Untuk apa lagi menahan pemain yang memang ingin pergi? Apalagi nilai transfer Salah sejauh ini masih terbilang tinggi, bisa semakin meningkat apabila Salah gemilang di sisa kompetisi yang ada. Hasil penjualan Salah dapatlah digunakan untuk membeli pemain baru menempati pos yang ditinggalnya.
Salah memang pembeda dalam tim, aktor yang hebat, tetapi di satu sisi dia juga tak mungkin selalu menjadi titik tumpuan harapan tim. Tanpa Salah, Liverpool masih punya stok penyerang yang tak bisa diremehkan dan akan tetap disegani lawan jika mendatangkan penyerang baru.
Pemain seperti Salah akan masuk ke dalam radar incaran klub yang memiliki kantong tebal. Katakanlah Salah benar-benar akan meninggalkan Liverpool, lalu tim mana yang menjadi pelabuhan Salah berikutnya? Dua kandidat terkuat sejak awal selalu dikaitkan dengan nama Salah adalah raksasa Spanyol: Barcelona dan Real Madrid.
Tapi Barcelona dirasa yang paling tepat. Apabila musim depan Barcelona benar-benar akan melepaskan Messi. Maka Salah adalah paket komplit yang bisa menutupi lubang yang ditinggalkan Messi. Tapi kita tetap tidak tahu apa yang terjadi hari esok.
Dalam film aksi, pemeran utama tidak selamanya bersih dari luka oleh musuh. Ada waktunya pemeran utama ini mendapat bogem mentah, terkena panah, ditikam atau tertembak. Bahkan ada film diceritakan tokoh utamanya mati. Pada akhirnya, mau tidak mau, suka tidak suka, Liverpool harus siap dengan skenario yang terjadi di waktu yang akan datang mengenai prahara Mohamed Salah.*
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H