Jauh-jauh hari bahkan sebelum jendela bursa transfer musim panas resmi dibuka, banyak kalangan menganggap perlu kiranya Liverpool mendatangkan pemain-pemain baru, yang nantinya akan menempati pos-pos yang dianggap menjadi kelemahan Liverpool sepanjang musim lalu, yang bisa-bisa dieksploitasi oleh tim lawan jika tak ada pemebanahan.
Sekalipun di skuad Liverpool dapat dikatakan bejibun pemain yang mengisi pos lini tengah, tetapi berapa sih yang bermain baik dan konsisten dari laga ke laga? Masalahnya para pemain pelapis gagal menjawab ekspektasi. Makanya sadarlah manajemen tim perlu penyegaran di lini tengah.Â
Didatanganlah Thiago Alcantara dari Bayern Munchen. Sejauh ini sekalipun baru bermain di dua kesempatan: pertama, bermain sebagai pemain pengganti. Dan kesempatan lain diturunkan sebagai starter.
Terbuktilah, performa yang ditunjukkan Thiago Alcantara cukup gemilang, dapat menjawab dengan baik kepercayaan yang diberikan pelatih. Sentuhan-sentuhannya membawa kesegeran baru di lini tengah Liverpool. Jika Thiago bermain konsisten, tak perlulah kiranya diragukan lagi lini tengah yang dimiliki Liverpool, apalagi sang kapten, Jordan Henderson telah kembali bermain setelah sempat menepi dalam jangka waktu yang agak lama.
Untuk lini serang, kemungkinan besar Jurgen Klop tetap bakal mengandalkan kombinasi Mane-Firminho-Salah. Untuk Firminho sendiri, sekarang berada di situasi yang agak sulit. Dari setiap pertandingan yang dilakoni ia sulit menciptakan gol.Â
Dalam kampanye liga Inggris musim 2020/2021, Liverpool telah memainkan 5 pertandingan, Firimnho bermain reguler dan masih majal, tak mampu menjebol walau sebiji gol ke jala gawang lawan. Berbanding terbalik dengan dua kompatriotnya yang sedang on fire. Salah sudah mencatatkan 6 gol dan Mane 4 gol. Paceklik gol Firminho sebenarnya bukanlah masalah serius untuk tim sepanjang Salah dan Mane tampil subur.
Tetapi namanya pemain, tidak selamanya selalu bisa tampil heroik. Ada masa di mana pemain itu drop, sulit berkreasi di atas lapangan, gagal memanfaatkan peluang dan tampak frustrasi menjalani laga.
Katakanlah Salah dan Mane sedang ada di posisi itu, dan di saat yang bersamaan Firminho masih terus melempem. Ini sungguh adalah situasi yang gawat. Sementara pemain cadangan yang bisa bermain di lini depan masih belum cukup untuk diandalkan.
Shaqiri, Minamino, Origi atau bahkan Chamberlain yang kadang-kadang ditempatkan sebagai winger, kerap gagal menjadi supersub untuk memecah kebuntuan. Bahkan pemain anyar Liverpool, Diogo Jota pun tetap belum cukup. Masih butuh waktu untuk bisa berkembang dengan baik agar dapat menjadi suksesor di lini depan yang diharapkan mampu memberikan sentuhan magis.
Masalah ini sebenarnya sudah terlihat saat Liverpool dibantai Aston Villa 7-2. Tanpa Mane, Liverpool kurang taji di barisan pertahanan lawan. Bahkan saat bertandang ke Everton baru-baru ini, bisa dibilang Liverpool turun dengan full team, kecuali Alisson Backer cedera sehingga kiper dipercayakan kepada Adrian. Liverpool hanya mampu bermain imbang 2-2 dengan Everton.
Apakah Liverpool bermain jelek? Tentu saja tidak. Kemenangan sulit didapatkan murni karena lini depan kesulitan mengonversi peluang demi peluang menjadi gol. Di saat seperti itu sebenarnya diharapkan supersub yang menjadi pembeda, sayangnya kita tahulah bagaimana kedalaman skuad Liverpool saat ini.