"Bisa kulakukan di lain waktu," asap berhambur dari mulutnya, aromanya cukup menyengat. Aku sudah biasa bau rokok dari mulut laki-laki yang datang padaku. "Agaknya kau menyenangi duniamu seperti ini," ia melanjutkan.
"Aku tidak banyak memiliki keahlian lain untuk mendatangkan uang. Duniaku ini adalah kepastian, kendati dipandang hina. Tuhan yang lebih tahu mengapa aku dan perempuan sepertiku masih bertahan sejauh ini." Ia berbalik padaku, tangannya menjangkau selimut awut di dekat kami. Digunakan untuk menutupi tubuhku sambil berkata, "Malam-malam yang akan datang aku pasti menemui lagi."
"Bahkan aku rela menolak kedatangan yang lain demi kau," balasku.
Aku menunggu di malam berikutnya, tapi ia tidak datang. Di malam yang lain pun begitu. Setiap ketukan pintu yang terdengar di hening malam, pembayanganku selalu menjurus padanya. Selalu aku merasakan kekecewaan manakala sosok lain yang hadir kemudian.
Pada malam keempat aku tidak sepenuhnya berharap lagi. Kesadaran barangkali telah bersemayam dalam dirinya. Ia tidak akan pernah bisa kalis jika terus datang padaku. Sampai malam begitu larut tak ada tamu yang datang. Selang beberapa menit kemudian, ketika di dalam kamar lampu telah padam menjadikan suasana remang, aku pun diambang lelap. Semua buyar, manakala telingaku mendengar ketukan.
Aku tidak mampu menyembunyikan perasaan senang. Terlukis di raut wajahku, ketika kutahu ialah yang datang. Langsung kubimbing tangannya masuk ke dalam kamar. "Aku tidak berdaya oleh kesepian. Ia begitu menakutkan. Hanya beberapa malam saja aku bisa bertahan. Lama-lama dicekam olehnya aku bisa membunuh diriku sendiri."Â
Kupeluk ia. Perasaan simpati kepadanya menguasaiku. "Aku menunggumu. Aku selalu bersedia menjadi teman bicaramu."
Sebelum kami saling menyerahkan tubuh di sisa malam yang ada, didahului oleh sebuah kisahnya dibagi kepadaku, seperti yang telah ia janjikan pada kali pertama kedatangannya.
/4/
Â
"Barangkali ada masalah lain yang menjeratnya."
"Yang kutahu hanya hubungannya dengan wanita itu. Sekali lagi yang disampaikan kepadaku alasannya sehingga meninggalkan kehidupannya di kota sadar akan kesalahan bila terus larut dalam hubungan yang terlarang. Yang namanya bangkai akan ada hari sampai pada penciuman orang-orang sekitar. Bisa juga karena pertimbangan hubungan mereka belum diketahui oleh suami wanita itu sehingga ia memutuskan pergi."