Mohon tunggu...
Mawan Sastra
Mawan Sastra Mohon Tunggu... Koki - Koki Nasi Goreng

penggemar fanatik Liverpool sekaligus penggemar berat Raisa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cara Membunuh Sakit Hati

15 Maret 2019   07:00 Diperbarui: 15 Maret 2019   07:17 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Iustrasi theodysseyonline.com

Bunga yang tumbuh adalah bukan sembarang bunga, melainkan bunga abadi, ditebas seribu kali pun tetap akan tumbuh menyeruak. Dan itu menjadi kelemahan saya, begitu sukar menghilangkan sosok Non dalam hidup saya. Di suatu keadaan dia kerap datang mengusik pikiran saya. 

Memang konyol, dan kalian mungkin bertanya-tanya apa hubungannya hati yang sakit dengan mencuri buku? Sayalah yang lebih memahami betapa dengan kesibukan itu, perlahan-lahan saya tidak lagi memikirkan tentangnya. Itu adalah cara saya, dan setiap yang sakit punya cara masing-masing.


Wanita yang duduk di hadapan saya ini, juga sakit. Setelah saya menjelaskan tentang sakit saya, dia mengambil alih pembicaraan. Dia pun punya cara yang berbeda, yakni membaca banyak buku. Kunjungan di toko kemarin, tak lain untuk menambah stok bukunya. Menyibukkan diri dengan membaca, pikirannya terseret ke dalam dunia yang ada di dalam buku. Membuat dia tak lagi dihantui bayang-bayang mantan suaminya.


Sudah satu tahun sakit itu menjamur dalam dirinya. Sebuah skandal memalukan dilakukan oleh mantan suaminya. Telibat kasus penggelapan dana sebuah proyek infrastruktur untuk rakyat. Kasusnya terkuak oleh publik, mantan suaminya salah satu dari beberapa orang yang ditetapkan tersangka dan menerima hukuman. Kejadian itu membuatnya mendapat sanksi sosial dari masyarakat, takdir tak bisa dia hindari sebagai istri koruptor. 

Terlebih-lebih anak semata wayangnya bunuh diri, tertekan oleh bullying yang diterima di lingkungan sekolahnya. Sakit menjangkiti dirinya, dalam taraf yang keterlaluan menggiringnya ke rumah sakit jiwa.


Berkali-kali dia mencoba membuat saya untuk tidak khawatir, menengaskan pada saya bahwa kejiwaannya sedang baik-baik saja, akibat banyak membaca. Diajaklah saya ke ruang tengah, duduk di sebuah sofa. Ada rak besar berdiri di dekat kami. "Di sini saya suka menghabiskan waktu membaca, suasananya nyaman bukan," tuturnya. Saya mengangguk membuatnya senang.

"Oya, saya hampir lupa. Alangkah lebih baik selanjutnya kita harus minum kopi. Setelah itu akan saya beritahu salah satu cara ampuh untuk membunuh sakit hati. Ini saya dapat dari teman saya yang gila." Dia kembali ke ruang dapur, saya menunggu sambil meraih buku yang tergeletak di meja, buku yang sedang dia baca.


Beberapa menit saya tenggelam dalam untaian kalimat di dalam buku, saya menghentikan bacaan ketika mendengar langkahnya di atas lantai. Dia membawa dua cangkir kopi, diletakkan di hadapan saya. "Kita bersulang, mulai hari kita berteman." Saya menurutinya, kami bersulang. "Minumlah! Sepertinya kau sudah sangat penasaran cara lain membunuh sakit hati." 

Tepi cangkir saya tempelkan ke bibir. Sejenak menghirup aroma kopi hitam yang wangi. "Ini enak sekali," dia tersenyum mendengar saya. Beberapa kali saya melakukan seruput baru mengembalikan cangkir di atas meja.


"Sekarang beritahulah saya cara membunuh sakit hati yang kau maksud!" desak saya. "Selesaikan dulu minummu, pasti kau akan tahu." Kembali saya meraih cangkir, kami meneguknya bersamaan. Tiada kata-kata, kami larut dalam kenikmatan kopi. 

Tiba-tiba saya merasakan sesuatu yang lain seiring lenyapnya kenikmatan kopi, wanita itu juga tampak merasakan hal yang sama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun