Pada akhirnya Salmiah dijodohkan dengan seorang laki-laki konglomerat. Salmiah sudah tak kuasa menolak lagi. Walaupun sepenuh hatinya ada pada Muliadi. Ia masih mencintai Muliadi, laki-laki biasa namun amat luar biasa di matanya. Karena keadaanlah yang membuatnya tidak mungkin terus-terusan bertahan. Sehingga Salmiah harus rela dan ikhlas meninggalkannya.Â
Mendengar kabar itu, Muliadi hanya bisa berlapang dada. Mau membrontak bagaimana lagi? Ia sadar dirinya yang salah. Lantaran terlalu mengulur-ulur waktu untuk menikahi Salmiah. Tidak sadar terlalu lama mengulur. Sehingga kekasihnya dimiliki laki-laki lain. Muliadi tidak sepenuhnya salah dalam tragedi itu. Andaikan sedari dulu nasib baik menghampirinya. Dengan hal ini jeritan hatinya sebagai tenaga honorer terdengar oleh mereka yang pura-pura tuli dan selalu menutup telinga. Bisa saja dari dulu Muliadi akan menikahi Salmiah. Namun persoalan takdir siapa yang tahu pada akhirnya.Â
Entahlah, berapa purnama lagi Muliadi harus menunggu kabar baik soal pengangkatan dirinya sebagai pegawai negeri. Dan berapa lama lagi dirinya akan membujang seperti itu. Apakah memang honorer ditakdirkan tak cepat menikah?*** Â Â