Mohon tunggu...
Mawan Sastra
Mawan Sastra Mohon Tunggu... Koki - Koki Nasi Goreng

penggemar fanatik Liverpool sekaligus penggemar berat Raisa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Apakah Honorer Memang Ditakdirkan Tak Cepat Menikah?

30 November 2017   06:31 Diperbarui: 30 November 2017   08:51 1365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bukan main lamanya, bayangkan sudah delapan tahun Muliadi menjadi tenaga honorer di salah satu sekolah menengah pertama negeri. Sampai sekarang, saat usianya sudah menjelang 32 tahun. Kabar baik yang selama ini ia dambakan belum juga sampai padanya. Mengenai pengangkatan dirinya sebagai pegawai negeri. Pengabdian apa lagi yang kurang dari seorang Muliadi? Dedikasi bagaimana lagi yang harus ditunjukkan seorang Muliadi. 

Totalitas seperti apa yang belum diperlihatkan seorang Muliadi? Dasar hidup di negeri yang kurang peduli pada kesejahteraan honorer. Beginilah jadinya. Muliadi menjadi salah satu dari sekian banyaknya tumbal kurang pedulinya pemerintah terhadap kesejahteraan honorer.  Katanya negara memajukan kesejahteraan umum? Omong kosong! 

"Enam ratus ribu perbulan mana cukup, Mul. Harga kasur yang dibeli mamaku saja lebih mahal dari gajimu sebulan. Mendinglah kau cari kerjaan lain saja. Tidak akan bisa kau mapan kalau hanya mengandalkan gaji honorer," ketus Faisal kerabatnya. Mereka berdua sedari kecil sudah menjadi sahabat. Hanya saja persoalan nasib pada akhirnya yang membedakan mereka. 

Muliadi tetap konstan sebagai tenaga honorer. Sedangkan Faisal sukses menjadi pengusaha. Jika Muliadi masih hidup membujang di usia kepala tiga, Faisal sudah punya istri cantik dan dikarunia dua orang anak. Omset yang diperoleh Faisal dalam tiga hari dua kali lebih banyak daripada penghasilan Muliadi dalam sebulan sebagai tenaga honorer.

"Menjadi seorang guru adalah cita-citaku sedari kecil, Bung. Aku tidak akan meninggalkannya. Persoalan aku honorer dan minimnya gaji yang kuperoleh. Aku hanya bisa bersabar. Dan menyerahkan semuanya pada Tuhan. Bukankah Dia lebih tahu mana yang terbaik untuk hamba-Nya?"

"Iya aku tahu, Mul. Tapi sudah delapan tahun lho kamu mengabdi. Tapi nasib baik sampai sekarang tidak datang-datang juga. Kau mau menunggu sampai berapa tahun lagi? Hah?" sedari dulu Faisal memang kerap kali menggoda Muliadi untuk tidak menjadi honorer lagi. Hanya saja Muliadi tetap bertahan pada komitmennya untuk tetap menjadi guru. Sudah banyak tawaran pekerjaan yang diberikan Faisal pada kerabatnya itu. Pernah ia meminta pada Muliadi untuk mengurusi salah satu tokonya. Dasar Muliadi yang tetap ingin bertahan menjadi guru. Tawaran itu ia tolak mentah-mentah.

"Yang terpenting kenyamanan, Bung. Aku nyaman jadi seorang guru...."

"Juga nyaman menjadi honorer? Enam ratus ribu perbulan? Pegawai di tokoku saja aku gaji dua jutaan sebulan. Enam ratus perbulan, kamu pikir akan bisa menikahi Salmiah?"

"Urusan menikah dan honorer tidak ada kaitannya, Bung. Jadi jangan sangkut pautkan itu!"

"Dimana-mana kalau menikah itu butuh duit, Mul. Kalau kau hanya mengandalkan penghasilanmu sebagai honorer. Menunggu sepuluh tahun pun kau tidak bisa mempersunting kekasihmu yang notabene perempuan terpandang dari keluarga yang tajir."

Muliadi hanya bungkam mendengar penuturan kerabatnya. Faisal selalu saja seperti itu tatkala Muliadi berkunjung ke rumahnya. Bukan apanya, Faisal sebenarnya sangat kasihan pada Muliadi kerabatnya itu. Lantaran nasibnya menjadi guru honorer tak tentu arah sampai sekarang. Enam ratus perbulan, upah yang sangat minim, jauh dari angka UMR bagi seorang guru seperti Muliadi. Guru yang totalitas pada tugas yang ia jalani. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun