Mohon tunggu...
Mawan Sastra
Mawan Sastra Mohon Tunggu... Koki - Koki Nasi Goreng

penggemar fanatik Liverpool sekaligus penggemar berat Raisa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Pulangnya Aristoteles Muda

11 November 2017   19:06 Diperbarui: 12 November 2017   19:24 2317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika Dinal laki-laki aneh penuh dengan misteri namun selalu memberikan kenyamanan pada Elika, maka Marwan adalah laki-laki tampan lulusan akuntansi yang akan memiliki Elika. Kedua laki-laki itu yang membuat hidup Elika lebih berwarna. Kehilangan Dinal dalam hidupnya, mendatangkan Marwan yang  memupuk bunga yang mulai layu.

"Memang beginilah kehidupan, Lik. Terkadang kita menginginkan di sana, tapi Tuhan menakdirkan kita di sini. Kadang kita  ingin A, tapi Tuhan memberi kita B. Tapi percayalah apa yang diberikan Tuhan adalah yang terbaik." Itu adalah satu dari sekian ucapan Dinal yang selalu ia ingat. Tampaknya ucapan itu terjadi pada dirinya sekarang. Bukan ia tidak mencintai Marwan, malahan ia sangat mencintainya. Tapi hatinya tidak akan pernah bohong kalau dari dulu Elika ingin Dinal yang menjadi pendamping hidupnya kelak. Apalah daya skenario Tuhan tidak selamanya sama dengan keinginannya.

Minggu pagi, dari luar rumahnya terdengar suara ketukan pintu. Elika berjalan pelan dan membuka pintu. Laki-laki jangkung berdiri di hadapannya, dengan kameja kotak-kotak berwarna merah maron. Wajah laki-laki itu tidak asing baginya, hanya saja brewok dan rambut ikal sebahu yang ada pada laki-laki itu membuatnya rada-rada lupa.

"Pesona Cleopatra di matamu belum pudar," ucap laki-laki itu tersenyum hingga giginya terlihat. Mendengar kalimat itu, Elika seketika teringat. Elika tak bisa menahan dirinya untuk menjatuhkan pelukannya pada Dinal.  Sekaligus melepaskan segudang rasa rindu yang menjamur dalam dirinya.

"Kamu ke mana saja dua tahun lebih?" Tanya Elika tidak bosan-bosannya memandangi wajah Dinal yang duduk di sampingnya.

"Bagimu dua tahun lebih saya tak ada, tapi bagiku hanya beberapa jam saja. Tidak kah kau ingat terkhir kali saya kesini adalah malam minggu, dan saya kembali minggu pagi. Saya tidak kemana-mana, Lik. hanya mencari kepingan puzzle hidupku. Memang benar dugaanku kalau di luar sana kita akan menemukan banyak hal. Aku ingin mengajakmu..." Belum selesai Dinal berucap, Elika langsung memotong.

"Aku sangat merindukanmu, percayalah! Apa kamu tidak merindukanku?"

"Laki-laki mana yang tidak akan merindukan pesona Cleopatra yang tak akan pudar oleh zaman."

Elika tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya, jika dirayu dengan kata-kata seperti itu.  Bagaimana tidak laki-laki aneh yang selalu mengklaim dirinya Aristoteles muda kini kembali pulang.

"Oya Lik, saya ingin membaca puisiku untukmu. Maukah kau mendengarnya?" Elika mengangguk. Tangan mereka berpegangan Lalu ia tenggelam dalam suara Dinal yang membacakan puisi. Ia tidak bisa berbohong lagi. Kalau puisi yang didengarnya memang bagus, tidak seperti puisi-puisi yang dibaca sebelumnya.

"Dalam puisi ini ada tiga hal yang harus kamu tahu. Yang pertama, kalau aku bukanlah Aristoteles. Di dunia ini hanya ada satu Aristoteles yaitu itu Aristoteles itu sendiri. Betapa berdosanya saya jika terus-terusan mengklaim sebagai Aristoteles muda."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun