DJANALIS DJANAID, MENCETAK PENDEKAR BANGSA
Seorang intelektual belum tentu seniman
Seorang seniman pasti intelektualÂ
Demikian yang disampaikan Djanalis Djanaid (77) dalam wawancara di rumah Beliau, Jl.Watugong 41 Kota Malang, 24/12/2020.Djanalis Djanaid adalah Ketua Dewan Kesenian Malang tahun 1973 setelah kepemimpinan M.Achmad Ichsan.Â
Walikota Malang dijabat Kolonel Soegiyono (1973-1983) dan sekretariat Dewan Kesenian Malang masih di Radio Senaputra. Lebih lanjut, Djanalis Djanaid menyatakan bahwa seni merupakan perwujudan kehidupan masyarakat. Semakin tinggi masyarakat tersebut akan tercermin pada seni budayanya. Budaya yang tinggi mencerminkan bangsa yang besar.
Pencapaian Djanalis Djanaid sebagai Ketua Dewan Kesenian Malang tercatat dalam buku 70 Tahun Djanalis Djanaid Mencetak Pendekar Bangsa, penulis Djoko Pitono, Indogement, Malang, 2013, Bidang Seni Budaya, hal.66:
Djanalis juga berinisiatif mendirikan Dewan Kesenian Malang. Atas nama MIMBAR Koran Kampus UNIBRAW, ia mengundang seniman dan budayawan Malang di Jl.Guntur 1 (kantor rektor Unibraw). Di tempat itulah berdiri Dewan Kesenian Malang dengan ketua pertamanya, Bapak M.Ichsan (mantan Rektor IKIP Malang).
Djanalis sendiri pernah ditunjuk sebagai Ketua DKM tahun 1973. Waktu dia menjadi ketua, dia pernah mengundang seniman terkemuka Bagong Kussudiardjo dari Yogyakarta untuk melatih seniman-seniman Malang. DKM juga mengirim tim kesenian ke Ujung Pandang untuk mengikuti pertemuan dewan kesenian se-Indonesa.Pengiriman tim dari Malang itu didukung penuh oleh Walikota Malang saat itu, Soegiyono.
Di forum itulah Djanalis bertemu dengan tokoh-tokoh seni budaya nasional seperti Emha Ainun Nadjib, Leon Agusta, Hamid S.Darminto, S.Sinansari Ecip, dsb.
Di bagian lain dalam buku tersebut, tercatat:
Tokoh-tokoh yang banyak berperan dalam pendirian Dewan Kesenian Malang ini diantaranya Henri Suprijanto, Munajad, Kacik, Djati Kusumo, Sulaiman dan beberapa orang lainnya. Dewan Kesenian ini pernah mendapatkan Gedung Cenderawasih sebagai pusat kegiatan dari Walikota Soegiyono. (hal.56, Mencintai Kota Malang dan Jawa Timur).
Riwayat Pendidikan
Djanalis lahir di desa Parit Lintang, Ladang Lawas, Kecamatan Banu Hampa Kabupaten Agam Sumatera Barat, 20 November 1943. Ibunya, Raminan Gani, perempuan pedagang yang gigih dan pekerja keras. Ayahnya, Djanaid Sutan Rangkai Bungsu, pedagang perhiasan yang saleh. Djanalis mengenyam pendidikan Sekolah Rakyat dan SMP kelas 1 di Bukittinggi Sumatera Barat.Â
Tahun 1957 terjadi pergolakan di daerah Sumatera Barat, Djanalis masih di SMP kelas 1. Djanalis pindah ke Surabaya dan masuk SMP IV. Djanalis tekun belajar dan akhirnya lulus dan dapat masuk SMA 5 di Surabaya, sekolah favorit. Setelah lulus SMA, Djanalis diterima sebagai mahasiswa Fakultas Teknik Universiats Brawijaya.Â
Bagi Djanalis, dunia orang-orang teknik tampaknya tidak cocok dengan dirinya. Melalui berbagai pertimbangan, ia akhirnya pindah kuliah ke Fakultas Ketatanegaraan dan Ketataniagaan, yang dikemudian hari berganti nama menjadi Fakultas Ilmu Administrasi. Djanalis aktif dalam berbagai kegiatan mahasiswa. Ia terpilih sebagai Wakil Ketua Dewan Mahasiswa Universitas Brawijaya membantu Agil Haffi Ali, Ketua Dewan Mahasiswa.
Dunia Literasi dan Jurnalistik
Minatnya yang besar dalam tulis menulis mengantarkannya ke dunia pers bersama aktivis lain. Bersama Agil H.Ali, Djanalis menerbitkan tabloid mahasiswa yang terbit mingguan: Mingguan Mahasiswa dan Mimbar Brawijaya. Saat itu tabloid tersebut mendapat sambutan hangat dari dari para mahasiswa karena tulisannya yang sangat kritis pada kekuasaan Orde Baru.
Guna memperluas jangkauan pembaca dan juga mendapatkan iklan yang lebih banyak untuk mendukung penerbitan tersebut, Mingguan Mahasiswa pindah ke Surabaya.Â
Setelah beberapa lama berjalan, Djanalis memutuskan untuk balik ke Malang melanjutkan kuliahnya di tingkat sarjana. Ia tetap mengiimkan tulisan-tulisannya ke Mingguan Mahasiswa. Tahun 1978 Mingguan Mahasiswa berubah menjadi Mingguan Memorandum. Akhir 1981 menjadi Harian Memorandum.
Djanalis aktif menulis di media masa dan menerbitkan buku. Tercatat 560 artikel dan 12 judul buku. Tulisannya mengupas berbagai aspek, mulai politik, ekonomi, sosial, budaya, hankam hingga masalah internasional.
Aktivitasnya di dunia surat kabar mengantarkan Djanalis sebagai Wakil Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Malang, PWI Jatim (Ketua Bidang Pendidikan) dan pengurus Serikat penerbit Suratkabar (SPS) Jatim.
Bersama Suharyono, Farid Atmadiwirya, Djanalis Djanaid mendirikan MIMBAR, Koran Kampus Universitas Brawijaya sejak 1970 yang sampai sekarang masih eksis.
Motivator Handal
Selama 20 tahun Djanalis bergerak dalam pengembangan SDM. Dalam rentang waktu tersebut, ia telah melakukan hampir 3000 kali presentasi sebagai instruktur dalam pelatihan, yang terdiri lebih dari 33 materi. Berbagai materi itu terbagi dalam empat kategori, yakni kepemimpinan, kewirausahaan, public relations, dan teknik mengendalikan opini publik, manajemen konflik dan hati nurani.
Dalam pelatihan itu, dosen senior Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang ini telah mengunjungi lebih dari 50 kota di seluruh Indonesia. Beberapa kali diundang memberi pelatihan di Kedutaan Besar Republik Indonesia di luar negeri, diantaranya London (2004), Cairo (2002), Paris (1997), San Fransisco (1999) dan Bangkok (2003, 2004). Mendirikan  Indopurels dan Indogement, lembaga yang bergerak dibidang SDM dalam training dan konsultan.
Keluarga
Djanalis Djanaid pernah menjadi 'Kepala Suku' Ikatan Pemuda Pelajar Mahasiswa Bundo Kanduang, organisasi pemuda asal Sumatera Barat di Malang.Dalam salah satu kegiatan di Museum Brawijaya, Djanalis berkenalan dengan Meizurni.Â
Tiga bulan kemudian, Djanalis Djanaid menikah dengan Meizurni, B.Sc, SKM, ahli gizi lulusani Akademi Gizi di Jakarta dan S1 bidang kesehatan Universitas Airlangga Surabaya. Dikaruniai 2 anak, Mely Noviryani dan Iyandri Agusta. Dua cucu, Aqila dan Alia, dari pernikahan Mely Noviryani dan Charles. Djanalis Djanaid dan istri menetap di Jl.Watugong 41 Kota Malang.
Abdul Malik
Malang, 27.12.2020
Sumber:
1.Buku 70 Tahun Djanalis Djanaid Mencetak Pendekar Bangsa, penulis Djoko Pitono, Indogement, Malang, 2013.
2.Wawancara dengan Djanalis Djanaid di Jl.Watugong 41 Kota Malang, 24 Desember 2020 pukul 08.18 wib
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H