Diantara pucat hujan/usai dihantam penjarahan/diantara banjir yang menenggelamkan kota/dan menghanyutkan desa-desa/diantara semarak togel/dan ekspor wanita diantara laris sabu-sabu dan ganja/diantara licinnya penyelundupan/mobil-mobil mewah/diantara indahnya sirkus/dimeja-meja persidangan/diantara menggemuknya/saku anggota dewan/diantara gemuruh lagu demonstran/diantara sumpah serapah buruh pabrik/yang kedodoran/diantara begal, maling, rampok, copet/yang diarak dan dibakar/diantara bom yang meledak/di jalan raya, pasar swalayan/dan rumah-rumah tuhan
Inilah negeri/yang tak pernah habis air matanya/ngos-ngosan nafasnya/lantaran pelaku korupsi/ dan orang-orang tercela/selalu luput dari penjara
Meski ditulis enam belas tahun lalu, puisi diatas masih memiliki kontekstual kekinian.
Hadi Sucipto, Hardjono WS, Saiful Bakri memiliki ide dan proses kreatif masing-masing, namun ketiganya sama-sama telah memberi makna pada hidup.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H