Mohon tunggu...
Abdul Malik
Abdul Malik Mohon Tunggu... Penulis seni - penulis seni budaya

penulis seni. tinggal di malang, ig:adakurakurabirudikebonagung. buku yang sudah terbit: dari ang hien hoo, ratna indraswari ibrahim hingga hikajat kebonagung

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ang Hien Hoo dan Siauw Giok Bie

2 Februari 2018   08:24 Diperbarui: 2 Februari 2018   08:32 735
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siauw Giok Bie, Ketua Ang Hien Hoo, Malang. Periode 4 Desember 1958 sampai 1965. Foto diambil sekitar tahun 1980 di Koln -- Jerman . Dok.Siauw Tiong Djin

Di zaman Orde Baru, Siauw Giok Bie yang bersama sejumlah tokoh-tokoh kemerdekaan Indonesia lainnya yang telah berjuang untuk menegakkan keadilan dan membangun bangsa Indonesia yang bermartabat dan multikultural ditahan oleh penguasa selama 13 tahun tanpa adanya bukti apa-apa maupun melalui proses hukum.

Pada saat itu terjadi pelarangan-pelarangan untuk membangun bangsa Indonesia yang multikultural dan penuh jati diri. Penduduk kota Malang hidup dengan penuh ketakutan. Bisa jadi oleh sebab itu dan karena banyaknya penduduk Malang yang pada zaman itu hidup sibuk menyelamatkan diri sendiri, membuat adanya lembaran-lembaran kosong di dalam sejarah Ang Hien Hoo, sebagaimana halnya di dalam sejarah Indonesia.

Selepas dari penjara, Siauw Giok Bie seperti halnya sejumlah bekas tahanan politik lainnya mendapatkan stempel "ET" atau "Ex Tahanan" dan berstatus tahanan kota tanpa batasan waktu yang jelas. Selaku tahanan kota beliau wajib lapor dan dilarang bekerja. Sebagaimana penahanan yang tidak melalui proses hukum, inipun tidak melalui proses hukum yang jelas. 

Pada saat itu yang berlaku adalah "semau gue" . Siapapun dapat ditahan tanpa bukti melakukan kesalahan, cukup dengan tuduhan termasuk apabila ada orang yang iri hati atau berniat jelek. Demikian pula setelahnya. Dapat dikatakan seluruh bekas tahanan politik dengan stempel "ET" termasuk anak-anaknya dibatasi kemungkinannya untuk mencari sumber pangan.

Ketika Siauw Giok Bie pergi mengunjungi putrinya di Jerman, seseorang yang dimintai bantuan oleh istrinya untuk menjaga rumah kediaman mereka melihat peluang untuk dapat mengambil alih rumah kediamannya.  Hal ini menyebabkan bahwa Siauw Giok Bie dan istrinya, walaupun bukan pilihannya, terpaksa menetap di Jerman.

"Ketika kami mendapat kabar kalau beliau dicari lagi, maka sebagai anak-anaknya, kami sangat khawatir kalau sampai beliau balik, maka akan dipenjarakan lagi. Akhirnya, atas permohonan kami-kami ini mereka akhirnya tinggal bersama saya dan adik saya di Jerman," tulis Siauw Ting Soan via email tertanggal 28 Juli.

Walaupun telah berumur, tidaklah mudah bagi seorang pendatang yang lama mengalami teror dan menginap di penjara untuk membangun kembali kehidupan baru di tempat lain. Siauw Giok Bie bersama istrinya, menetap di Koln, Jerman sampai beliau wafat pada tahun 1993.

Wayang Orang Ang Hien Hoo adalah sebuah penanda bahwa 100 tahun lalu di Malang, sejumlah warga Indonesia keturunan Tionghoa telah bersetia melakukan uri-uri seni budaya. *

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun