Kerap dolan ke rumah Mbak Ratna, akhirnya kenal juga dengan para "asisten" MbakRatna Indraswari Ibrahim yang siap membuatkan minuman untuk para tamu.
Paling tidak saya siap menjawab jika ada pertanyaan dari Mbak Ratna:
Awakmu ngombe opo, kopi ta teh
(kamu minum apa, kopi atau teh)
Sampai akhirnya saya harus pulang ke kampung halaman, Mojokerto.
Saya masih intens berkomunikasi dengan kawan-kawan di Malang, antara lain dengan Jaya Setiawira (Yayak Marsose). Saat itu Yayak adalah Litbang Dewan Kesenian Malang dan bergiat di Teater Tobat (Tondano Barat), sebuah komunitas yang berbasis di JalanTondano Barat Perum Sawojajar.
Saya usul kepada Yayak untuk mengadakan pemutaran fim My Left Foot(sutradara Jim Sheridan, 1989) di rumah Mbak Ratna.
Film ini menarik karena tokoh utama dalam film tersebut seorang difabel yang berjuang keras melawan keterbatasan fisiknya. Sang tokoh, Christy Brown (diperankan dengan bagus oleh Daniel Day-Lewis) akhirnya berhasil menjadi penulisdan pelukis. Saya terharu, akhirnya film tersebut dapat diputar pada hari Kamis tanggal 25 Mei 2006, atas kerja keras Yayak Marsose, Edi Sasono dkk dari Teater Tobat.
Saya masih ingat kalimat Mbak Ratna:
"Terima kasih ya, Lik.Filmnya bagus."
12 Oktober 2006 terbit buku My Life in Art(Hidupku Dalam Seni) karya Konstantin Stanislavsky. Buku tersebut diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh Max Arifin dan diterbitkan oleh Pustaka Kayutangan, sebuah lembaga penerbitan dimana MbakRatna ikut berperan aktif sebagai pendiri. Kantor Pustaka Kayutangan berada di rumah Mbak Ratna. Dari Mojokerto saya membantu Pak Max mengirim soft copy terjemahan lewat email. Pustaka Kayutangan dibantu rekan Shiro untuk layout dan Slatem untuk desain cover. Ketika buku tersebut siap terbit, Bapak dan Ibu Max Arifin menginap di Diponegoro 3. Inilah salah satu momen berkesan, sebuah persahabatan yang tak terlupakan dengan Mbak Ratna.