Mohon tunggu...
Abdul Malik
Abdul Malik Mohon Tunggu... Penulis seni - penulis seni budaya

penulis seni. tinggal di malang, ig:adakurakurabirudikebonagung. buku yang sudah terbit: dari ang hien hoo, ratna indraswari ibrahim hingga hikajat kebonagung

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mbak Ratna

17 Januari 2018   09:34 Diperbarui: 17 Januari 2018   09:57 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kerap dolan ke rumah Mbak Ratna, akhirnya kenal juga dengan para "asisten" MbakRatna Indraswari Ibrahim yang siap membuatkan minuman untuk para tamu.

Paling tidak saya siap menjawab jika ada pertanyaan dari Mbak Ratna:

Awakmu ngombe opo, kopi ta teh

(kamu minum apa, kopi atau teh)

Sampai akhirnya saya harus pulang ke kampung halaman, Mojokerto.

Saya masih intens berkomunikasi dengan kawan-kawan di Malang, antara lain dengan Jaya Setiawira (Yayak Marsose). Saat itu Yayak adalah Litbang Dewan Kesenian Malang dan bergiat di Teater Tobat (Tondano Barat), sebuah komunitas yang berbasis di JalanTondano Barat Perum Sawojajar.

Saya usul kepada Yayak untuk mengadakan pemutaran fim My Left Foot(sutradara Jim Sheridan, 1989) di rumah Mbak Ratna.

Film ini menarik karena tokoh utama dalam film tersebut seorang difabel yang berjuang keras melawan keterbatasan fisiknya. Sang tokoh, Christy Brown (diperankan dengan bagus oleh Daniel Day-Lewis) akhirnya berhasil menjadi penulisdan pelukis. Saya terharu, akhirnya film tersebut dapat diputar pada hari Kamis tanggal 25 Mei 2006, atas kerja keras Yayak Marsose, Edi Sasono dkk dari Teater Tobat.

Saya masih ingat kalimat Mbak Ratna:

"Terima kasih ya, Lik.Filmnya bagus."

12 Oktober 2006 terbit buku My Life in Art(Hidupku Dalam Seni) karya Konstantin Stanislavsky. Buku tersebut diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh Max Arifin dan diterbitkan oleh Pustaka Kayutangan, sebuah lembaga penerbitan dimana MbakRatna ikut berperan aktif sebagai pendiri. Kantor Pustaka Kayutangan berada di rumah Mbak Ratna. Dari Mojokerto saya membantu Pak Max mengirim soft copy terjemahan lewat email. Pustaka Kayutangan dibantu rekan Shiro untuk layout dan Slatem untuk desain cover. Ketika buku tersebut siap terbit, Bapak dan Ibu Max Arifin menginap di Diponegoro 3. Inilah salah satu momen berkesan, sebuah persahabatan yang tak terlupakan dengan Mbak Ratna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun