Karena bentuk kesenian yang disajikan beragam maka berpengaruh pada jumlah penonton yang hadir. Semisal jumlah penonton jaran kepang berbeda dengan jumlah penonton saat musikalisasi puisi. Artinya jumlah penonton bukan acuan utama sukses dan tidaknya pelaksanaan Festival  Gambuh Condro Purnomo.
Ada catatan khusus?
Dengan keterbatasan wilayah yang hanya 2 kecamatan dan beberapa kelompok seni yang keseluruhannya sudah pernah kami pentaskan. Kalau tahun-tahun sebelumnya kami mencari mereka untuk pentas namun kali ini mereka yang bertanya: kapan giliran kami pentas lagi diFestival GambuhCondroPurnomo?
Pembelajaran penonton untuk mengapresai seni budaya, pendewasaan penonton. Kalau 4 tahun lalu kita obrak-obrak penonton antara lain dengan membuat undangan, kini penonton sudah mencari informasi jadwal pentas Festival Gambuh Condro Purnomo. Saat pentas jaran kepang misalnya banyak penjual makanan minuman yang membuka lapak di sekitaran sekretariat Dewan Kesenian Kota Mojokerto. Saya bertanya ke salah satu penjual, dari mana  mendapatkan informasi pelaksanaan Festival Gambuh Condro Purnomo? Beliau menjawab: dari radio GEMA FM yang merupakan radio milik Pemkot Mojokerto dan salah satu pendukung Festival Gambuh Condro Purnomo. Panitia membuat undangan namun hanya ditujukan ke SKPD, DPRD, sekolah, seluruh kelurahan di Kota Mojokerto. Kami membuat banner yang kami pasang di depan halaman sekretariat Dewan Kesenian Kota Mojokerto yang kebetulan berada di Jalan Gajah Mada 149,  salah satu jalan utama di Kota Mojokerto.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H