Ketegaran Pram dalam bersikap dan bertindak adalah cerminan bagaimana manusia harus mengatasi kehidupan di bumi manusia yang dilanda ketidakadilan dan ketertindasan. Tapi ia tidak percaya takdir, ia tak pernah merengek pada Tuhan. Tapi ia menghargai bumi manusia ini dan menghayatinya dengan tanggung jawab sepenuh-penuhnya. Nasib musti dilawan oleh manusia. Ia terus melatih dirinya dengan apapun agar tidak direndahkan dan dilemahkan. Ia mencintai negeri dan bangsanya dengan tiada henti menelusuri sejarahnya dan mendokumentasikannya. Tak heran, jika karya-karyanya dan pengaruhnya juga mengintrusi banyak kalangan, termasuk pada komunitas punk Marjinal. Mengenai sejarah punk secara global, mungkin tidak terlalu banyak referensi dan hasil riset yang representatif, terutama di Indonesia. Sebagai sekedar rujukan ringan, ada 2 film yang layak ditonton, semisal Sex Pistol dan Romper Stomper yang bercerita tentang tokoh Hando si pengagum buku Mein Kamp-nya Hitler. Tokoh ini dibintangi Russel Crowe. Tapi menurut Mikael, punk masuk ke Indonesia sekitar tahun 90-an.
Komunitas ini dimotori oleh Mikael Isrofil di bidang musiknya, dan Najib Hermani sebagai inspirator dalam kreatifitas lainnya semisal pada penerbitan buletin, majalah, tabloid, hingga penerbitan buku. Sejumlah penerbit pernah njedul dari komunitas ini, seperti Melibas, Heyna, Celetuk, Kepak, dll. Kaum punk ini telah berdiri sejak 22 Desember 1996. Mereka banyak bertebaran di Jakarta dan kota-kota lain. Komunitas ini tak memiliki organisasi. Karena itu secara struktural, di dalamnya tidak ada ketua atau yang dianggap paling berpengaruh. Semuanya menganggap setiap pungker satu sama lain adalah sederajat. Satu untuk semua, semua untuk satu. Egalitarianisme cukup kental dalam pemikiran dan tindakan mereka. Tak pelak, paham kesederajatan, perlawanan, keberanian, dan kebebasan, dapat mereka timba dari sosok Pram.
Keterlibatan mereka yang digandeng komunitas Pasang Surut dalam peringatan seribu harinya Pram ini menunjukkan bahwa spirit yang mereka gotong seucap-sekereta dengan Pram. Mereka hampir mentas saban ada waktu luang, selain agenda mereka sendiri, untuk menyelingi acara-acara yang sudah dijadwalkan panitia. Syair-syair yang mereka nyanyikan antara lain: "Bumi manusia", "Seru-seru Gua Garba", "Hukum Rimba", "Rencong Marencong", "Bebaskan", "Marsinah", "Disunati Dipotong Dicincang-cincang", "Luka Kita", "Alam Raya Sekolahku", "Anak Merdeka".
Menariknya, tak satu pun dari 10 lirik di atas diklaim tercipta dari satu orang. "Semua syair ini adalah dibuat dari dan untuk kita semua. Seluruh personel Marjinal ikut andil dalam pembuatan syair ini," tutur Mikael. Saat itu dengan senang hati Mikael dan kawan-kawannya mendendangkan satu lagu dengan judul:
BUMI MANUSIA
Bangkit dan merdeka
Buka mata hati kita
Menembus segala arah rona-rona
Menyapa seisi dunia
Bersilaturasa