Mohon tunggu...
Kupret El-kazhiem
Kupret El-kazhiem Mohon Tunggu... -

Pelarian, Pengangguran, Soliter, Serabutan, Penduduk Bumi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Homoseksual Bukanlah Penyakit dan Ancaman Kemanusiaan

11 Februari 2016   13:44 Diperbarui: 11 Februari 2016   15:54 888
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dia mendefinisikan pelecehan seksual anak sebagai ‘kontak seksual yang sebenarnya terjadi antara orang dewasa terhadap seseorang yang belum mencapai usia di atas umur secara legal’. Tidak semua pedofil benar-benar menganiaya anak-anak. Seorang pedofil dapat tertarik ke anak-anak, tapi tidak pernah benar-benar terlibat dalam kontak seksual dengan mereka. Yang cukup sering adalah pedofil tidak mengembangkan orientasi seksual terhadap orang dewasa lainnya.

Herek menunjukkan bahwa penganiayaan anak dan pelecehan seksual anak mengacu pada ‘tindakan’, tanpa menyiratkan ‘psikologis tertentu atau motif apa pun dari pelaku’. Dengan kata lain, tidak semua insiden pelecehan seksual anak dilakukan oleh pedofil. Mereka biasanya tidak mengidentifikasi sebagai homoseksual; mayoritas diidentifikasi sebagai heteroseksual, bahkan mereka yang menyalahgunakan anak-anak dari jenis kelamin yang sama. Mereka terangsang secara seksual oleh anak-anak, bukan berdasarkan gender.

Sebaliknya, penganiaya anak sering mengerahkan kekuasaan dan kontrol atas anak-anak dalam upaya untuk mendominasi mereka. Mereka ingin menikmati pengalaman hasrat seksual untuk orang dewasa, tapi melakukannya pada anak-anak secara episodik untuk alasan selain hasrat seksual, sebagaimana pemerkosa menikmati saat mengendalikan korban mereka yang tengah dipermalukan. Sedangkan beberapa penelitian menunjukkan bahwa untuk pedofilia, jenis kelamin anak tidaklah penting.

Faktor penting terjadinya pedofilia lebih banyak disebabkan aksesibilitas. Dalam situasi ini, dalam kehidupan keseharian, seorang pria dewasa dipercaya oleh orang-orang di sekelilingnya, termasuk keluarga mereka, untuk mendapatkan akses; baik sebagai pengajar, pelatih, mentor dan sebagainya. Oleh karena itu, pedofil laki-laki mungkin memiliki akses lebih mudah. Untuk memahami pelecehan seksual terhadap seorang anak laki-laki, banyak dari kita melabeli itu sebagai tindakan homoseksualitas, sebenarnya tidak demikian.

Kaum feminis berpendapat selama bertahun-tahun bahwa perkosaan bukanlah tindakan seks, tapi tindakan kekerasan menggunakan seks sebagai senjata. Dengan cara yang sama, seorang pedofil menyalahgunakan anak dari jenis kelamin yang sama, bukan untuk melakukan tindakan homoseksual, tapi tindakan kekerasan dan eksploitasi yang menggunakan seksualitas. Ada perbedaan besar antara dua hal itu, tapi diperlukan lebih jauh pemahaman terhadap motivasi pelaku.

Untuk menyebut penganiayaan anak laki-laki oleh seorang pria homoseksual, atau seorang gadis dengan seorang pria heteroseksual, adalah kesalahpahaman atas pedofilia. Tidak ada pedofil yang benar tertarik pada orang dewasa, demikian juga berlakunya homoseksualitas maupun heteroseksualitas. Adapun Anna C. Salter yang menulis buku Predators, Pedophiles, Rapists and other Sex Offenders mengatakan bahwa, ketika seorang pria ‘menggauli’ gadis kecil, kami menyebutnya ‘pedofilia’ dan bukan ‘heteroseksual’. Demikian pula ketika pria ‘menggauli’ anak laki-laki, itu merupakan ‘pedofilia’ dan bukan ‘homoseksual’.

Namun demikian, banyak masyarakat kita yang antipati terhadap homoseksualitas, dan menyangka bahwa orientasi sesama jenis itu membahayakan ‘nilai-nilai keluarga’. Banyak orang di masyarakat kita langsung berpikir bahwa pelecehan terhadap anak laki-laki adalah perilaku homoseksualitas.

Kejahatan seksual bisa dilakukan oleh siapa pun, mau dia hetero ataupun homoseksual. Dan segala profesi apa pun, mau dia polisi, tokoh agama, artis maupun budayawan. Bahkan aktivis. Dan tindakan pelecehan seksual atas alasan apa pun tak bisa dibenarkan.

Bio-Politik terhadap LGBT

Dalam konteks kelompok homoseksual, banyak yang hidup dalam keterkekangan, kemunafikan, ketidakjujuran sebagai homoseksual. Makanya banyak yang menikah secara heteroseksual karena tak sanggup dengan tekanan untuk ikut maunya masyarakat dan negara.

Jika demikian, lantas apa yang disebut normal? Normal merupakan produk dari normalisasi, dan normalisasi dilakukan oleh faktor ekstrinsik di luar individu. Bisa tatanan sosial, sistem hukum, dan lain hal. Mirip seperti apa yang dikatakan Michel Foucault tentang bio-politik, yaitu teknologi kuasa baru yang muncul dalam pelbagai level dan skala, serta situs-lokus tertentu, dengan memakai tubuh sebagai instrumen kekuasaan. Tubuh dilihat, secara lebih parah, sebagai tak hanya instrumen kekuasaan, tapi bahkan mekanisme disiplin sebuah negara. Misalnya; rasio kelahiran-kematian, rasio kesuburan, reproduksi dan populasi, dan lain-lain—yang kemudian dikembangkan lebih jauh oleh para feminis kontemporer bahwa bio-politik juga mencakup politisasi kesehatan reproduksi perempuan untuk tujuan-tujuan demografis tertentu sebuah negara. Contoh paling mutakhir adalah bagaimana Putin merayu perempuan Rusia untuk memiliki lebih banyak anak, dengan pembiayaan dari pengeboran sumur-sumur minyak di kutub utara. Contoh lain adalah bagaimana China memberlakukan kebijakan satu anak sejak 1979 dan sampai dengan sekarang mengalami gender-gap, kekurangan anak-anak perempuan karena tingginya fentisida (pengguguran janin perempuan).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun