Mohon tunggu...
Kupret El-kazhiem
Kupret El-kazhiem Mohon Tunggu... -

Pelarian, Pengangguran, Soliter, Serabutan, Penduduk Bumi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Homoseksual Bukanlah Penyakit dan Ancaman Kemanusiaan

11 Februari 2016   13:44 Diperbarui: 11 Februari 2016   15:54 888
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Savic menemukan bahwa hipotalamus dalam otak gay dirangsang oleh aroma keringat laki-laki lain. Ini tidak terjadi pada hipotalamus laki-laki heteroseksual. Hal ini menyatakan bahwa perbedaan pada sirkuit hipotalamus otak bisa membuat gay terpikat dengan aroma yang dihasilkan kelenjar keringat laki-laki.

Respons hipotalamus dalam menanggapi pheromone laki-laki ini memainkan peranan penting dalam orientasi seksual gay. Reaksi yang kuat dalam talamus dan medial prefrontal cortex laki-laki heteroseksual pada saat melihat wajah perempuan, tidak terjadi pada gay. Sebaliknya, medial prefronal cortex gay justru bereaksi dengan kuat terhadap wajah seorang laki-laki. Penelitian genetika juga menghasilkan sejumlah bukti tentang perbedaan alamiah antara gay dan laki-laki heteroseksual.

Dr. Niklas Langstrom via studi laki-laki kembar, menemukan petunjuk bagian-bagian dalam genome yang berperan membentuk perilaku seksual. Riset Langstrom: sekitar 35% dari faktor-faktor orientasi seksual disebabkan oleh pengaruh genetis, sebelum faktor-faktor lain mulai berpengaruh. Berbagai riset genetis, sirkuit otak dan dampak hormon pada orientasi seksual, masih akan terus berlanjut. Bukti yang ada menunjukkan bahwa beberapa otak manusia berbeda tidak hanya terkait dengan perilaku gender, tapi juga orientasi seksual. Lingkungan hormonal pra-kelahiran inilah yang menimbulkan dampak permanen pada ciri-ciri perilaku, salah satunya adalah ketertarikan seksual. Secara biologis, variasi genetis dan paparan hormonal pada otak laki-laki dan perempuanlah yang menyebabkan ketertarikan sesama jenis. Jadi, seorang laki-laki menjadi gay atau non-gay lebih dikarenakan oleh perbedaan struktur di otak dan genetis. Bukan karena pola pengasuhan.

Dalam hal orientasi seksual, sebagian orang adalah heteroseksual, sebagian lagi homoseksual, sebagian lainnya biseksual. Semuanya normal. Ilmuwan lain berpendapat bahwa homoseksualitas disebabkan karena baik genetis maupun lingkungan saling berperan satu sama lain, dan hal itu membutuhkan penelitian lebih lanjut.

Apakah Homoseksualitas Ancaman bagi Reproduksi Manusia?

Hal lain yang kerap dituduhkan kepada LGBT adalah jika semua orang di dunia berperilaku homoseksulitas maka reproduksi berhenti dan manusia nantinya bisa punah. Pertanyaan yang sama bisa kita ajukan sebaliknya; “Jika homoseksualitas dapat menyebabkan punahnya umat manusia, maka mengapa sampai sekarang, gen yang membawa homoseksualitas tidak kunjung punah?”

Pertanyaan besarnya adalah, apakah homoseksual bertentangan dengan nature?

Dalam jurnal Human Genetics, dikatakan bahwa ‘gay genes’ terbukti eksis. Sven Bocklandt dari University of California, Los Angeles, menjelaskan tentang kromosom.

Kromosom adalah molekul seperti benang besar yang mengandung instruksi genetik organisme. Manusia sendiri memiliki 46 kromosom atau 23 pasang kromosom di dalam setiap sel yang berfungsi untuk menahan sekitar 25.000 gen. Dari 23 pasang kromosom tersebut maka tiap satu setnya berasal dari sel ibu (dari sel telur) sedangkan sisa set yang lain berasal sang ayah (dari sperma).

Dari total 46 kromosom tersebut maka 22 pasangannya (44 kromosom) merupakan kromosom yang sama baik pada pria atau wanita, disebut juga dengan autosom. Sedangkan pasangan yang ke 23 merupakan kromosom kelamin yang berbeda jenisnya untuk pria ataupun wanita. Wanita akan mempunyai 2 kromosom X (XX) sedangkan pria akan mempunyai 1 kromosom X dan 1 kromosom Y (XY).

Meskipun wanita memiliki dua kromosom X, hanya satu yang fungsional karena yang lain tidak aktif melalui proses yang disebut ‘metilasi’ (methylation).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun