Menggabungkan puisi dengan aktivitas menggambar juga memberikan hasil yang menggembirakan. Setelah mendengarkan sebuah puisi, anak-anak dapat menuangkan interpretasi mereka dalam bentuk gambar. Kegiatan ini tidak hanya mengembangkan kreativitas, tetapi juga membantu mereka memvisualisasikan dan menginternalisasi pesan empati yang terkandung dalam puisi. Pameran mini dari hasil karya mereka kemudian dapat menjadi ajang untuk saling mengapresiasi dan memahami perspektif teman-teman mereka.
Diskusi santai setelah membaca puisi menjadi momen berharga untuk memperdalam pemahaman dan penerapan nilai-nilai empati. Dengan membentuk lingkaran kecil dan menciptakan suasana yang nyaman, anak-anak dapat berbagi pengalaman dan perasaan mereka terkait tema puisi yang dibaca. Pertanyaan-pertanyaan sederhana seperti "Apa yang kamu rasakan setelah mendengar puisi ini?" atau "Pernahkah kamu mengalami hal serupa?" dapat memancing diskusi yang bermakna.
Dampak Positif yang Terlihat
Studi longitudinal yang dilakukan Dr. Hadi Susanto (2023) mengungkapkan bahwa pembelajaran empati melalui puisi memberikan manfaat yang jauh melampaui masa kanak-kanak. Anak-anak yang terpapar secara rutin dengan puisi yang mengandung nilai-nilai empati menunjukkan perkembangan sosial-emosional yang lebih baik. Mereka lebih mudah mengelola emosi, membentuk pertemanan yang sehat, dan menunjukkan penurunan signifikan dalam kasus perundungan.
Berdasarkan penelitian Wulandari (2021), implementasi pembelajaran berbasis puisi anak menunjukkan peningkatan signifikan dalam:
1. Kemampuan siswa mengidentifikasi emosi orang lain
2. Kesediaan untuk membantu teman yang kesulitan
3. Kepekaan terhadap situasi sosial
4. Kemampuan berkomunikasi dengan empati
Yang lebih mengejutkan, pengaruh positif ini tidak terbatas pada aspek sosial-emosional saja. Prestasi akademik anak-anak tersebut juga menunjukkan peningkatan yang menggembirakan. Kemampuan bahasa mereka berkembang pesat, daya ingat menjadi lebih baik, dan kreativitas mereka meningkat. Lebih dari itu, motivasi belajar mereka juga terpelihara dengan baik. Para peneliti menduga hal ini terkait dengan rasa aman dan nyaman yang tercipta dari lingkungan sosial yang empatik. Seperti lebih peka terhadap perasaan teman, lebih suka berbagi, berani membela teman yang diganggu, dan mudah mengungkapkan perasaan.
Â