Kementan melalui Sekretaris Jenderal Syukur Iwantoro menegaskan, Indonesia sebagai bagian dari warga global akan terus konsisten mengikuti aturan yang berlaku di tingkat internasional seperti WTO. Namun ia memastikan usaha dan upaya untuk kemandirian dan kedaulatan pangan tidak boleh berhenti.
Setelah mengkaji dan menghitung, Pemerintah melalui Rapat Koordinasi Terbatas (Rakortas) di Bidang Perekonomian menentukan impor komoditas strategis tahun 2019. Sejumlah komoditas pangan seperti gula, garam, dan daging kemungkinan akan tetap diimpor, dengan  jumlah yang diperkirakan lebih sedikit.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution memastikan, stok pangan bisa dijaga untuk tahun 2019 sampai akhir tahun dalam jumlah yang cukup. Khusus untuk gula dan garam ia menegaskan impor hanya diperuntukan bagi industri yang membutuhkan bahan baku sesuai dengan spesifikasinya serta untuk kembali diolah.
Sementara untuk beras Darmin mengungkap tidak ada impor beras karena pasokan di gudang Perum Bulog dinilai sudah cukup banyak. Direktur Utama Bulog Budi Waseso bahkan memastikan tidak akan ada lagi gejolak harga beras tahun depan (2019-red), apalagi kekurangan beras.
Lompatan Produksi dan Ekspor Pertanian
Optimisme Pemerintah ini tentu didasari para perkiraan produksi bahan pangan yang menjanjikan. Sepanjang 2018, jejaknya tercatat lengkap pada kontribusi pangan dalam menurunkan angka inflasi bahan pangan. Â
Terkendalinya harga pangan akibat pasokan produksi dalam negeri yang sangat memadai, menyebabkan inflasi bahan makanan pada 2018 sebesar 1,26 persen. Jauh lebih rendah dibandingkan inflasi bahan makanan 2013 (sebelum pemerintahan Jokowi-JK) sebesar 11,35 persen.
Target peningkatan produksi yang dicanangkan Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman sejak Oktober 2014, agaknya menampakkan bukti nyata.
Kementan meyakini ini semua tak lain buah dari kebijakan yang fokus terhadap kepentingan petani, salah satunya melalui _refocusing_ anggaran yang telah dilakukan sejak 2015 hingga kini. Pada tahun anggaran 2018 Kementan mengalokasikan 85 persen dari total anggaran Rp22,65 triliun, untuk memenuhi kebutuhan petani dalam hal peningkatan produksi seperti belanja sarana dan prasarana pertanian ataupun pembangunan infrastruktur pertanian di berbagai daerah.
Catatan gemilang kinerja sektor pangan empat tahun terakhir terus memberikan kabar baik berupa prestasi pembangunan pertanian. Peningkatan produksi diikuti kenaikan ekspor pertanian secara keseluruhan.
Pada 2017, ekspor pertanian meningkat Rp 441 triliun atau 24 persen dibandingkan 2016. Tahun ini hingga September 2018, nilai ekspor pertanian sudah mencapai Rp330 triliun. Jumlah itu merupakan rangkaian dari total target yang dicanangkan Kementan yakni Rp 499,30 triliun.
Peningkatan ekspor ini salah satunya disebabkan oleh banyaknya pengusaha yang mulai melakukan ekspor, terutama di sektor hortikultura. Juga ekspor lain yang berperan besar dalam meningkatkan neraca perdagangan seperti beras, bawang, daging ayam, jagung, buah tropis, dan sejumlah komoditas perkebunan seperti kopi dan sayur mayur.