Sektor pertanian memerlukan terobosan-terobosan dalam mempercepat kemandirian dan kedaulatan pangan. Hal ini dilakukan melalui  program berbasis pertanian modern dan penyiapkan generasi muda pertanian yang unggul dan inovatif.
Kebijakan strategis yang telah dilakukan dalam beberapa tahun terakhir ini adalah: (1) Penambahan Luas Tambah Tanam dalam rangka peningkatan produktivitas pangan strategis, (2) Optimalisasi pemanfaatan alat mesin  pertanian dalam upaya penambahan luas tambah tanam, (3) Peningkatan produktivitas daging sapi melalui program SIWAB (Sapi Indukan Wajib Bunting), (4) Peningkatan produktivitas dan hasil pertanian dalam upaya memenuhi kebutuhan bahan baku industri dan mengisi peluang ekspor, baik di bidang perkebunan, hortikultura maupun peternakan. (4) Pengentasan kemiskinan melalui Program Padat Karya Pertanian.
Untuk mencapai tujuan kedaulatan pangan diperlukan dukungan kebijakan strategis dan pengaturan teknis agar seluruh sumberdaya, baik sumberdaya manusia maupun sumberdaya alam berfungsi secara harmonis dan optimal. Selain itu, pelibatan berbagai pihak juga sangat dibutuhkan, salah satunya adalah kolaborasi antara lembaga pendidikan yang ada pada Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Kementerian Pertanian dengan Perguruan Tinggi Mitra.
Kolaborasi tersebut berupa pelibatan mahasiswa/alumni Politeknik Pembangunan Pertanian (Politbangtan) dan Perguruan Tinggi Mitra untuk melaksanakan pendampingan dan pengawalan pencapaian peningkatan produktivitas pangan dan daging melalui program pendampingan mahasiswa/alumni dalam upaya pencapaian swasembada pangan strategis.
Kolaborasi ini sebenarnya sudah berlangsung sejak tahun 2015 sd 2018 yang melibatkan 34 Fakultas Pertanian, Perguruan Tinggi Mitra dan 6 Politeknik Pembangunan Pertanian di 17 provinsi se-Indonesia.
Pendampingan oleh dosen dan mahasiswa/ alumni ini diseleng-garakan berkoordinasi dengan instansi terkait di tingkat provinsi dan kabupaten/kota, dan kelembagaan petani yang diharapkan dapat meningkatkan produktivitas lahan dan produksi pangan strategis se-perti padi, jagung, kedelai, tebu, aneka cabai, bawang dan daging.
Awal program kolaborasi fokus pada proses analisa dan inventarisir situasi dan kondisi, serta menggali potensi pertanian yang berada di wilayah pendampingan. Tahap berikutnya, lebih difokus pada target masalah pertanian yang ada di wilayah perbatasan, salah satunya adalah persoalan kesulitan pemasaran.
Sasaran lainnya adalah pencapaian program yaitu meningkatkan pertumbuhan ekonomi, mengatasi ketimpangan (gini ratio), kemiski-nan, dan meningkatkan IPM (Indek Pembangunan Manusia).
"Kami sudah menghimbau kepada Kepala Badan (Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian-red) untuk membangun komunikasi kepada BEM seluruh Indonesia," kata Andi Amran Sulaiman.
Menurut Mentan, komunikasi itu nantinya berfungsi untuk menampung saran dan kritik Mahasiswa dalam mewujudkan kesejahteraan petani. Mahasiswa bisa mangawasi program yang tengah diimplementasikan pemerintah, khususnya bidang pertanian, sekaligus berkontribusi dalam upaya mensejahterakan para petani.
"Jadi ketika ada masalah bisa langsung menyurat dengan tembusan rektor dan dekan ". Negara ini milik bersama, jadi kita harus bangun secara bersama. Tanpa kebersamaan saya yakin mimpi kita tidak akan tercapai. Oleh karena itu, saya sudah sampaikan bahwa adik-adik Mahasiswa bisa langsung memantau," tambahnya.
Amran mengaku bangga sekaligus bahagia karena jumlah remaja yang mendaftarkan diri ke fakultas Pertanian jauh meningkat jika dibandungkan tahun sebelumnya. Dengan demikian, jika anak mudah mulai minati sektor pertanian, harapan realisasi kesejahteraan petani semakin dekat dan bisa tercapai.
"Mahasiswa Politeknik yang dulunya hanya 980 orang pertahun, sekarang meningkat 1200 persen. Maka itu, ini adalah capaian besar yang memberikan harapan dan mimpi besar yang sudah ditetapkan," katanya.
Amran menambahkan, data tersebut ia peroleh dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti) yang mengakumulasi jumlah kenaikan mahasiswa pertanian hingga 64 persen. Menurutnya, banyaknya peminat itu tak terlepas dari adanya sejumlah konglomerat nasional sukses yang berasal dari sektor pertanian.
"Buat saya 64 persen ini kemajuan yang luar biasa. Artinya apa, artinya ada gerakan masif seluruh remaja indonesia yang makin mencintai sektor pertanian. Toh kalau mau jujur, 8 dari 10 konglomerat indonesia juga berasal dari sarjana pertanian," katanya.
Sekedar diketahui, konsolidasi Training of Mapping ini menghasilkan tiga poin penting yang disaksikan langsung oleh Menteri Amran Sulaiman. Poin pertama adalah pembenahan status program pertanian di setiap daerah.
Sedangkan poin kedua, Mahasiswa meminta impian dan kemajuan pembangunan desa maju versi masyarakat segera dihujudkan. Terakhir, mereka memberi rekomendasi tentang apa saja area atau celah perbaikan program yang perlu ditindaklanjuti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H