Saat ini pemerintah telah berupaya menekan kehilangan hasil dengan bantuan alat dan mesin pertanian untuk panen seperti combine harvester. Namun, untuk mengatasi persoalan pemborosan sampai ke meja makan diperlukan pemahaman dan kesadaran akan besarnya nilai ekonomi yang dibuang percuma dari para pelaku pada sistem distribusi dan pemasaran, anggota rumah tangga, maupun aparat pemerintah.
Tahun 2018,  Kementan  melakukan optimalisasi lahan rawa lebak dan pasang surut seluas 51.200 hektar di lima provinsi yakni di Sumatera Selatan, Jambi, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat.
Ke depan, jika saja kita mampu membuka lahan sawah baru di lahan rawa seluas 200.000 hingga 500.000 hektar setiap tahun, maka hal ini akan menjadi terobosan baru bagi penambahan produksi pangan di Indonesia. Dengan demikian, bukan hanya penduduk Indonesia yang tercukupi pangannya, tapi kelak akan dapat menyediakan pangan bagi penduduk di belahan dunia lain, sesuai dengan visi Indonesia menjadi lumbung pangan dunia tahun-2045.
Program utama adalah bagaimana membangun pertanian modern di lahan rawa. Pertanian modern merupakan keniscayaan dalam persaingan global, yang mampu menghasilkan produk berdaya saing tinggi. Hal ini tentu harus dikelola oleh kelembagaan petani yang kuat seperti melalui korporasi pertanian. Juga masalah kelangkaan  tenaga kerja dan keamanan lingkungan merupakan sesuatu yang wajib diperhatikan. Disinilah pentingnya pemanfaatan pertanian moderen dan riset yang mendalam mengenai budidaya yang baik dan benar di lahan rawa terus dilakukan.
Selain itu, Â dari awal pembukaan lahan rawa, sudah disiapkan tenaga penyuluh atau pendamping petani yang kompeten dan profesional untuk mulai menata dan melaksanakan tahap-tahap kegiatan menuju pertanian modern.Â
Sejalan dengan kegiatan tersebut, BPP (Balai Penyuluhan Pertanian) yang ada di kecamatan mulai melakukan pelatihan-pelatihan kepada pemuda yang berminat di berbagai bidang usaha pertanian lahan rawa. Misalnya pelatihan operator alsintan, pengembangan UPJA (Usaha Pelayanan Jasa Alat dan Mesin Pertanian), pemasaran produk dan teknologi informasi untuk mendukung pemasaran hasil online.
Di Kalimantan Selatan, Proyek pembukaan lahan rawa pasang surut sejak dulu selain diintroduksi melalui kegiatan penyuluhan pertanian, juga diintegrasikan dengan program transmigrasi. Berbagai program pemerintah pada sub sektor tanaman pangan khususnya padi lebih diarahkan pada upaya peningkatan produksi dan pencapaian swasembada beras. Program pembangunan pertanian ini didasarkan pada pengembangan teknologi baru.
Disamping pengelolaan tata air di lahan rawa, kunci keberhasilan pemanfaatan lahan rawa adalah teknologi inovatif yang meliputi mekanisasi, penggunaan varietas unggul baru (VUB), perbenihan, pemupukan, zero waste, teknologi nano, bioproses, dan bio product.
Program ini dirancang sedemikian rupa, sehingga pertanian di lahan rawa berorientasi pada inovasi, prospektif, dan berkelanjutan. Begitu juga di tingkat mikro. riset dan inovasi yang telah dikaji terus diterapkan mulai dari sistem tata air, benih unggul, pemupukan, pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT), sampai pengolahan dan pascapanen harus dijadikan basis atau dasar dalam mengembangkan lahan rawa.
Selain itu, kewirausahaan di bidang pertanian di lahan rawa juga ditumbuh kembangkan sehingga produk yang dihasilkan dari lahan rawa memiliki daya saing tinggi. Ketika produk pertanian tersebut berdaya saing tinggi dan menguntungkan praktis lahan rawa menjadi daya tarik bagi generasi muda untuk berkiprah ke pertanian lahan rawa. Kondisi ini tentu menggairahkan anak-anak muda untuk berbisnis di sektor pertanian, khususnya di lahan rawa.