Mohon tunggu...
Kuntoro Boga
Kuntoro Boga Mohon Tunggu... -

Pemerhati Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Menggali Potensi Rawa, Memantapkan Swasembada Pangan

28 November 2018   15:05 Diperbarui: 30 November 2018   11:05 1120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagi Indonesia, pangan sering diidentikkan dengan beras. Nilai strategis beras juga disebabkan karena beras adalah makanan pokok paling penting.  Dengan pertimbangan itu, Pemerintah selalu berupaya untuk meningkatkan ketahanan pangan terutama yang bersumber dari peningkatan produksi dalam negeri. 

Hal tersebut menjadi semakin strategis bagi Indonesia karena jumlah penduduknya semakin besar dengan sebaran populasi yang luas dan cakupan geografis yang tersebar. Untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduknya, Indonesia memerlukan ketersediaan pangan dalam jumlah mencukupi dan tersebar, yang memenuhi kecukupan konsumsi maupun stok nasional yang cukup sesuai persyaratan operasional logistik yang luas dan tersebar.

Kendala Produksi Pangan

Dari aspek produksi pangan,   paling tidak ada lima hal yang perlu mendapat perhatian. Pertama,  kendala sumber daya alam. Saat ini kompetisi pemanfaatan lahan termasuk perairan dan air akan semakin tajam karena adanya sasaran pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan peningkatan jumlah penduduk yang masih besar.

Kedua, dampak perubahan iklim global. Dalam tiga tahun terakhir ini, kejadian iklim ekstrem di Indonesia terasa lebih nyata. Masyarakat mengalami kejadian fenomena iklim ekstrem yang frekuensinya makin sering. Tahun 2015, terjadi El-Nino yang menyebabkan terjadinya kekeringan ekstrem hampir seluruh wilayah Indonesia, dan tahun 2016 diikuti oleh La-Nina yang menyebabkan curah hujan berlebihan sehingga banyak daerah sentra produksi terkena banjir. Tahun 2018, terjadi lagi musim kemarau yang cukup panjang, tapi tidak separah tahun 2015.

Perubahan iklim ini harus tetap diwaspadai karena kenaikan temperatur udara, banjir dan kekeringan yang semakin sering terjadi, dan intensitas serangan hama serta penyakit akibat perubahan iklim semakin tinggi. Ini merupakan beberapa gejala perubahan iklim yang dapat berdampak pada penurunan produktivitas tanaman pangan.

Ketiga, pertanian Indonesia dicirikan atau didominasi oleh usahatani skala kecil. Berdasarkan data Sensus Pertanian 2013 dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah rumah tangga petani sebanyak 26,14 juta dengan rata-rata penguasaan lahan 0,98 ha dan sekitar 56 persen atau 14, 6 juta rumah tangga rata-rata mengusahakan lahan di bawah 0,5 ha. 

Petani kecil ini dihadapkan pada persoalan klasik yang belum berhasil diatasi dengan baik, seperti keterbatasan akses terhadap pasar, permodalan, informasi, dan teknologi. Bila tidak ada rekayasa sosial untuk mengatasi permasalahan tersebut, akan sangat berat bagi Indonesia untuk mencapai ketahanan pangan berkelanjutan.

Keempat, adanya ketidakseimbangan produksi pangan antar wilayah. Hampir semua komoditas, proporsi produksi pangan berada di Jawa yaitu lebih dari 50 persen dari produksi pangan nasional. Ketidakseimbangan ini akan meningkatkan permasalahan upaya pemerataan pangan dan ongkos distribusi pangan, sehingga mempersulit penyediaan pangan secara spasial merata ke seluruh daerah di Indonesia. 

Bila tidak dilakukan pembangunan infrastuktur dan sistem logistik pangan antar wilayah, akan sulit untuk mengatasi ketidakseimbangan produksi antar wilayah.

Kelima, proporsi kehilangan hasil panen dan pemborosan pangan masih cukup tinggi. Kehilangan pangan (food losses) karena ketidaktepatan penanganan pangan mulai dari saat panen sampai dengan pengolahan dan berlanjut pada pemasaran, dipercayai masih sekitar 10 persen sampai 20 persen, bergantung pada komoditas, musim, dan teknologi yang digunakan.

Saat ini pemerintah telah berupaya menekan kehilangan hasil dengan bantuan alat dan mesin pertanian untuk panen seperti combine harvester. Namun, untuk mengatasi persoalan pemborosan sampai ke meja makan diperlukan pemahaman dan kesadaran akan besarnya nilai ekonomi yang dibuang percuma dari para pelaku pada sistem distribusi dan pemasaran, anggota rumah tangga, maupun aparat pemerintah.

Source: Kuntoro Boga
Source: Kuntoro Boga
Lahan Rawa Menyimpan Potensi

Tahun 2018,  Kementan  melakukan optimalisasi lahan rawa lebak dan pasang surut seluas 51.200 hektar di lima provinsi yakni di Sumatera Selatan, Jambi, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat.

Ke depan, jika saja kita mampu membuka lahan sawah baru di lahan rawa seluas 200.000 hingga 500.000 hektar setiap tahun, maka hal ini akan menjadi terobosan baru bagi penambahan produksi pangan di Indonesia. Dengan demikian, bukan hanya penduduk Indonesia yang tercukupi pangannya, tapi kelak akan dapat menyediakan pangan bagi penduduk di belahan dunia lain, sesuai dengan visi Indonesia menjadi lumbung pangan dunia tahun-2045.

Program utama adalah bagaimana membangun pertanian modern di lahan rawa. Pertanian modern merupakan keniscayaan dalam persaingan global, yang mampu menghasilkan produk berdaya saing tinggi. Hal ini tentu harus dikelola oleh kelembagaan petani yang kuat seperti melalui korporasi pertanian. Juga masalah kelangkaan  tenaga kerja dan keamanan lingkungan merupakan sesuatu yang wajib diperhatikan. Disinilah pentingnya pemanfaatan pertanian moderen dan riset yang mendalam mengenai budidaya yang baik dan benar di lahan rawa terus dilakukan.

Selain itu,  dari awal pembukaan lahan rawa, sudah disiapkan tenaga penyuluh atau pendamping petani yang kompeten dan profesional untuk mulai menata dan melaksanakan tahap-tahap kegiatan menuju pertanian modern. 

Sejalan dengan kegiatan tersebut, BPP (Balai Penyuluhan Pertanian) yang ada di kecamatan mulai melakukan pelatihan-pelatihan kepada pemuda yang berminat di berbagai bidang usaha pertanian lahan rawa. Misalnya pelatihan operator alsintan, pengembangan UPJA (Usaha Pelayanan Jasa Alat dan Mesin Pertanian), pemasaran produk dan teknologi informasi untuk mendukung pemasaran hasil online.

Di Kalimantan Selatan, Proyek pembukaan lahan rawa pasang surut sejak dulu selain diintroduksi melalui kegiatan penyuluhan pertanian, juga diintegrasikan dengan program transmigrasi. Berbagai program pemerintah pada sub sektor tanaman pangan khususnya padi lebih diarahkan pada upaya peningkatan produksi dan pencapaian swasembada beras. Program pembangunan pertanian ini didasarkan pada pengembangan teknologi baru.

Disamping pengelolaan tata air di lahan rawa, kunci keberhasilan pemanfaatan lahan rawa adalah teknologi inovatif yang meliputi mekanisasi, penggunaan varietas unggul baru (VUB), perbenihan, pemupukan, zero waste, teknologi nano, bioproses, dan bio product.

Program ini dirancang sedemikian rupa, sehingga pertanian di lahan rawa berorientasi pada inovasi, prospektif, dan berkelanjutan. Begitu juga di tingkat mikro. riset dan inovasi yang telah dikaji terus diterapkan mulai dari sistem tata air, benih unggul, pemupukan, pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT), sampai pengolahan dan pascapanen harus dijadikan basis atau dasar dalam mengembangkan lahan rawa.

Selain itu, kewirausahaan di bidang pertanian di lahan rawa juga ditumbuh kembangkan sehingga produk yang dihasilkan dari lahan rawa memiliki daya saing tinggi. Ketika produk pertanian tersebut berdaya saing tinggi dan menguntungkan praktis lahan rawa menjadi daya tarik bagi generasi muda untuk berkiprah ke pertanian lahan rawa. Kondisi ini tentu menggairahkan anak-anak muda untuk berbisnis di sektor pertanian, khususnya di lahan rawa.

Membangun pertanian modern di lahan rawa, tentunya sangat memerlukan  adanya koordinasi antar instansi terkait di pusat dan di daerah. Kedepan masalah-masalah yang dihadapi dalam  pengembangan lahan rawa untuk membangun pertanian modern akan dapat ditanggulangi bersama antara pemerintah pusat dan daerah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun