Mohon tunggu...
Kuntoro Boga
Kuntoro Boga Mohon Tunggu... -

Pemerhati Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Selanjutnya

Tutup

Money

Catatan dan Harapan Implementasi Metodologi Baru Produksi Beras Nasional

28 November 2018   20:11 Diperbarui: 28 November 2018   20:54 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari hasil pengamatan tersebut setiap bulan dapat diperoleh perhitungan luas tanam padi dan luas panen padi pada periode tertentu. Produktifitas padi diukur dengan pengamatan terhadap hasil panen gabah kering panen (GKP) melalui observasi ubinan. Ubinan dilengkapi peralatan yang sudah terukur keakuratannya sehingga bisa diperkirakan produktivitas GKP per hektar berdasarkan berat hasil pengamatan.

Terkait uraian di atas, satu hal yang menjadi catatan.  Apabila memang maksud penggunaan metode baru ini sebagai penyempurna data produksi beras nasional, mengapa BPS tidak melibatkan kementerian dan lembaga teknis yang terkait langsung dengan hal tersebut yaitu Kementerian Pertanian (Kementan) dan Badan Urusan Logistik (Bulog)?  Mengingat kedua institusi itu merupakan yang paling berkepentingan dan yang memiliki otorisasi tupoksi dalam hal produksi beras nasional.

Selanjutnya, Menteri Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional telah menerbitkan Keputusan No. 399/KEP-23.3/X/2018, Tanggal 8 Oktober 2018, Tentang Penetapan Luas Lahan Baku Sawah Nasional Tahun 2018 yakni seluas 7.11 juta Ha.  

Dengan implementasi perhitungan berdasarkan KSA diperoleh hasil pengamatan dan perhitungan luas panen 10,91 juta Ha, produktivitas 51,87 Ku/Ha dan Indeks Pertanaman (IP) sebesar 1,53.  

Angka produksi yang diperoleh adalah sebanyak 32,42 juta ton beras hingga akhir tahun 2018. Dengan melihat konsumsi beras masyarakat Indonesia melalui angka hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), jumlah konsumsi beras di Indonesia mencapai 29,57 juta ton. Jadi dalam hasil perhitungan tersebut maka Indonesia mengalami surplus beras sebesar 2,85 juta ton.

Sebelumnya, perhitungan Kementan menggunakan data formal BPS memberikan angka untuk luas lahan baku sawah adalah 8,19 juta Ha.  Luas panen adalah 15,99 juta Ha, tingkat produktivitas 51,92 Ku/Ha , dan IP 1,75.  

Angka produksi yang diperoleh adalah sebesar 46.68 juta ton beras.  Perhitungan Kementan untuk konsumsi lebih tinggi yaitu 30,39 juta ton beras (dengan konsumsi per kapita sebesar 114,60 Kg/Kapita/Th.  Menurut perhitungan ini surplus beras di tahun 2018 adalah sebesar 16,29 juta ton. 

Dengan melihat tampilan angka-angka dari kedua kelompok perhitungan tersebut, terlihat bahwa perhitungan Kementan umumnya over-estimated, bila diukur dengan standar perhitungan BPS-metode KSA.  

Bila dilihat lebih detail pada breakdown datanya, tampak bahwa sumber perbedaan itu bermuara pada perbedaan luas lahan baku sawah, perbedaan estimasi luas panen dan perbedaan estimasi IP.  Menjadi pertanyaan saya kemudian adalah, bila di overlay dengan keadaan sebenarnya di lapangan, manakah yang lebih mendekati nilai sebenarnya, apakah Kementan yang over-estimated ataukah justru BPS yang under-estimated?

Kita masih memerlukan konfirmasi, apakah kemampuan satelit canggih penangkap citra dengan resolusi yang sangat tinggi, yang diimplementasikan di metode KSA ini, sudah di program untuk menangkap juga jumlah luasan ladang yang ditanami padi, sebagai bagian dari luas lahan baku sawah untuk menghitung produksi?  Karena bagaimanapun kecanggihan peralatan yang digunakan, tetap menghajatkan sumberdaya manusia yang mampu memprogramnya, mengendalikannya dan membaca hasil yang dibawanya, dengan benar.

Pertimbangan lainnya yang juga memerlukan perhatian adalah terkait kondisi rawa.  Lahan sawah yang berupa rawa banyak yang perangai produksinya berlawanan dengan sawah lazimnya.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun