Mohon tunggu...
KUNTJOJO
KUNTJOJO Mohon Tunggu... Lainnya - Saya menikmati menulis karena saya senang bisa mengekspresikan diri dan ide-ide saya.

"Menulis sesuatu yang layak dibaca atau melakukan sesuatu yang layak ditulis."

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kesiapan Bayi Neonatal dalam Menghadapi Kehidupan

11 Februari 2023   08:00 Diperbarui: 28 Februari 2023   20:03 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bayi baru lahir juga menunjukkan pola aktivitas harian yang teratur (states of aurosal) yang dapat diprediksi dan mendorong hasil perkembangan yang sehat. Bayi baru lahir menunjukkan pola aktivitas secara bergantian berupa pola aktivitas harian yang terdiri dari lima macam. Selama 1 bulan, pola aktivitas harian bayi bisa berganti dengan cepat dari satu keadaan ke keadaan lain. Menurut Berg dan koleganya, bayi baru lahir menggunakan sekitar 70 persen dari waktu mereka (16 hingga 18 jam sehari) untuk tidur dan hanya 2 hingga 3 jam keadaan waspada, tidak aktif (tapi perhatian), ketika mereka paling menerima rangsangan eksternal (Shaffer & Kipp, 2014: 134).

Pola aktivitas harian bayi baru lahir berupa: (1) tidur teratur, (2) tidur tidak teratur, (3) mengantuk, (4) terjaga tenang, dan (5) aktivitas terjaga dan menangis (Berk, 2012: 139). Siklus tidur bayi biasanya singkat, berlangsung dari 45 menit sampai 2 jam. Sering tidur siang bayi dipisahkan oleh periode kantuk, waspada atau tidak aktif, dan menangis.. Hasil penelitian bayi yang baru lahir menunjukkan adanya individualitas dalam pola aktivitas harian (Shaffer & Kipp, 2014: 132).  Misalnya, ada bayi baru lahir tidur teraturnya lebih lama dibanding bayi-bayi yang lain. Demikian pula, ada bayi yang lebih sering menangis dibanding bayi-bayi yang lain.  Perbedaan ini memiliki implikasi yang jelas bagi orang tua, yang mungkin merasa jauh lebih menyenangkan menghadapi bayi yang tidurnya lebih lama dan tidak sering menangis.

Berkenaan dengan tangisan bayi, Kail dan Cavanaugh (2016: 82) menyatakan bahwa para ilmuwan dan orang tua dapat mengidentifikasi tiga jenis tangisan yang berbeda: tangisan dasar (a basic cry), tangisan marah (a mad cry), dan tangisan rasa sakit (a pain cry). Tangisan dasar dimulai dengan lembut dan secara bertahap menjadi lebih intens; biasanya terjadi ketika bayi lapar atau lelah. Tangisan marah adalah versi yang lebih intens dari tangisan dasar; tangisan rasa sakit dimulai dengan tangisan yang tiba-tiba dan lama diikuti dengan jeda yang lama dan terengah-engah. Menangis merupakan cara pertama bayi baru lahir dalam komunikasi interpersonal. Melalui tangisan, bayi memberi tahu orang tuanya bahwa mereka lapar atau lelah, marah atau terluka. 

DAFTAR PUSTAKA

Berger, K. S. (2015). The Developing Person: Through Childhood and Adolescence. New York: Worth Publisher.

Berk, L.E. (2012). Development Through the Lifespan: Dari Prenatal Sampai Remaja. (Alih Bahasa: Daryatno). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ciccarelli, S.K. & White, J.N. (2015). Psychology. Boston: Pearson.

Kail, R.V. & Cavanaugh, J.C. (2016). Human Development: A Life-Span View. Boston: Cengage Learning.

Santrock, J. (2011). Life-Span Development. New York: McGraw-Hill,

Shaffer, D.R., & Kipp, K. (2014). Developmental Psychology: Childhood & Adolescence Ninth Edition. Belmont: Jon -- David Hague.

Siegelman, C.K. & Rides, E.A. (2018). Life-Span Human Development. Bonston: Cengage Learning.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun