Mohon tunggu...
KUNTJOJO
KUNTJOJO Mohon Tunggu... Lainnya - Saya menikmati menulis karena saya senang bisa mengekspresikan diri dan ide-ide saya.

"Menulis sesuatu yang layak dibaca atau melakukan sesuatu yang layak ditulis."

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teori Belajar Kognitif

29 Desember 2022   10:10 Diperbarui: 29 Desember 2022   10:19 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berdasarkan hasil penelitiannya, Piaget menarik kesimpulan bahwa  seiring dengan perkembangan otak dan pengalaman anak yang semakin luas, anak-anak berkembang melalui empat tahapan yang masing-masing memiliki kualitas kemampuan berpikir yang berbeda. Pola operasi yang dapat dilakukan anak-anak dapat dianggap sebagai level atau tahapan perkembangan. Setiap level atau tahapan ditentukan oleh bagaimana anak-anak memandang dunia.

Menurut Piaget, perkembangan kognitif dimulai dari tahap sensorimotor (sensorimotor stage) saat bayi menggunakan indra dan kemampuan motoriknya untuk mengenal realitas. Perkembangan kognitif berlanjut ke tahap praoperasional (preoperational stage): anak-anak mampu berpikir simbolis tetapi belum mampu mengembangkan pemikiran logis. Tahap perkembangan kognitif selanjutnya adalah tahap operasional konkrit (concrete-operational stage). Pada tahap ini anak-anak mampu berpikir logis dan teratur. Tahap terakhir perkembangan kognitif adalah tahap operasional formal (formal-operational stage). Pada tahap terakhir ini aanak-anak dan orang dewasa mampu berpikir abstrak dan hipotesis.   

3. Lev Vygotsky (1896-1934):  Teori Sosiokultural

Lev Vygotsky adalah seorang ahli asal Rusia yang dikenal atas kontribusinya dalam teori perkembangan anak. Jika Piaget berpandangan bahwa perkembangan kognitif berlangsung melalui tahapan tertentu, Vygotsky, sebaliknya, percaya bahwa belajar adalah proses sosial yang aktif terlepas dari tahapan-tahapan perkembangan. Dia percaya bahwa ketika anak-anak mulai memperoleh kompetensi bahasa, maka bahasa merangsang perkembangan kognitif. Ada dua elemen penting dalam pandangan Vygotsky tentang perkembangan kognitif. Yang pertama adalah zona perkembangan proksimal (zone proximal development) dan yang kedua adalah scaffolding.

Karya Vygotsky telah menjadi dasar dari banyak penelitian dan teori dalam perkembangan kognitif selama beberapa dekade terakhir, terutama dari apa yang kemudian dikenal sebagai teori sosiokultural. Teori sosiokultural Vygotsky memandang perkembangan manusia sebagai proses yang dimediasi secara sosial di mana anak-anak memperoleh nilai-nilai budaya, keyakinan, dan strategi pemecahan masalah mereka melalui dialog kolaboratif dengan anggota masyarakat.

Seperti halnya Piaget, Vygotsky menyatakan bahwa anak-anak secara aktif membentuk pengetahuan mereka. Perbedaan pandangan Vygotsky dengan Piaget adalah bahwa Vygotsky memberi perhatian lebih besar akan pentingnya interaksi sosial dan budaya terhadap perkembangan kognitif. Dia menyatakan bahwa perkembangan anak merupakan aspek yang tidak terpisahkan dari faktor sosial dan budayanya. Menurut Vygotsky, pada mulanya anak-anak berkembang melalui contoh dari orang dewasa, kemudian secara bertahap mereka melakukan tugas-tugas tanpa bantuan (Upton, 2012: 25).  Menurut Vygotsky jarak antara tingkat perkembangan aktual sebagaimana ditentukan oleh pemecahan masalah secara mandiri dan tingkat pengembangan potensial sebagaimana ditentukan melalui pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau bekerja sama dengan peserta didik lainnya  yang lebih mampu disebut sebagai zona perkembangan proksimal. Lebih lanjut Vygotsky menyatakan bahwa zona perkembangan proksimal mendefinisikan fungsi-fungsi yang belum matang tetapi dalam proses pematangan, fungsi yang akan matang besok tetapi saat ini dalam keadaan embrio, fungsi-fungsi ini bisa disebut tunas atau bunga perkembangan dan bukan buah perkembangan (Bredikyte, 2011: 36). 

Elemen penting kedua dalam pandangan Vygotsky tentang perkembangan kognitif adalah scaffolding. Scaffolding, menurut Vygotsky, merupakan proses interaktif dimana anak dibantu dalam memperoleh pengetahuan atau keterampilan (Semmar & Al-Thani, 2017: 104). Scaffolding adalah pemberian bantuan atau bimbingan yang oleh guru, orang tua, atau anak-anak lainnya yang lebih cakap.  Scaffolding adalah cara mengajar di mana instruktur membantu pembelajar dalam perolehan keterampilan atau pengetahuan mereka (Zurek, at al., 2014: 28).

Vygotsky berpandangan bahwa bahasa adalah landasan untuk belajar. Bahwa bahasa mendukung aktivitas lain seperti membaca dan menulis. Selain itu, ia mengklaim bahwa logika, penalaran, dan pemikiran reflektif semuanya dimungkinkan sebagai hasil dari bahasa. Hal ini mengarah pada pengembangan strategi pembelajaran untuk mendukung perkembangan literasi. Vygotsky memandang peran guru sangat penting, mengambil peran sentral dalam proses belajar siswa. Melalui penggunaan pemodelan, dan strategi lain yang sesuai, guru dapat menjelaskan tentang materi pembelajaran ketika anak bingung. Potongan informasi dijalin ke dalam konsep anak yang sudah ada. Vygotsky memandang guru itu secara luas; teman atau bahkan alat dapat berperan sebagai guru (Semmar & Al-Thani, 2017: 104).

C. Belajar Menurut Perspektif Kognitif 

Perspektif kognitif tentang belajar, sebagaimana dikemukakan Woolfolk (2016: 316) adalah sebagai berikut.

  • Para ahli psikologi kognitif berasumsi bahwa proses mental itu ada, dapat dipelajari secara ilmiah, dan bahwa manusia adalah pengolah informasi yang aktif.
  • Menurut pandangan kognitif, pengetahuan dan strategi dipelajari, kemudian perubahan dalam pengetahuan dan strategi memungkinkan perubahan perilaku.
  • Dalam pandangan kognitif, belajar memperluas dan mengubah pemahaman yang sudah dimiliki. Alih-alih dipengaruhi secara pasif oleh peristiwa lingkungan, orang secara aktif memilih, mempraktikkan, memperhatikan, mengabaikan, merefleksikan, dan membuat banyak keputusan lain saat mereka mengejar tujuan.
  • Otak terlibat setiap kali proses belajar berlangsung. Otak membentuk dan dibentuk oleh aktivitas pemrosesan kognitif.
  • Menurut paradigma kognitif bahwa salah satu elemen penting dalam proses belajar adalah apa yang dibawa pembelajar ke dalam situasi belajar baru. Apa yang sudah diketahui adalah fondasi dan kerangka untuk membangun semua belajar di masa depan. Pengetahuan sangat menentukan apa yang akan diperhatikan, rasakan, pelajari, ingat, dan lupakan.

Menurut perspektif kognitif  akuisisi pengetahuan sebagai aktivitas mental atau proses kognitif yang melibatkan kemampuan internal yang tidak bisa langsung diamati. Psikolog kognitif lebih menekankan pada apa yang pembelajar ketahui dan bagaimana mereka mendapatkannya daripada apa yang mereka lakukan (Yilmaz, 2011: 205). Psikologi kognitif mempelajari tentang cara manusia menerima, mempersepsi, mempelajari, menalar, mengingat dan berpikir tentang suatu informasi. Proses ini meliputi bagaimana informasi diperoleh, dipresentasikan dan ditransfermasikan sebagai pengetahuan. Pengetahuan itu dimunculkan kembali sebagai petunjuk dalam sikap dan perilaku manusia. Para ahli psikologi kognitif memandang bahwa perilaku manusia tidak ditentukan oleh stimulus yang berada diluar dirinya, melainkan oleh faktor yang ada pada dirinya sendiri. Faktor-faktor internal itu berupa kemampuan untuk mengenal dunia luar, dan dengan pengenalan itu manusia mampu memberikan respon terhadap stimulus. Belajar, menurut teori kognitif sebagai proses pemfungsian unsur-unsur kognisi terutama pikiran, untuk dapat mengenal dan memahami stimulus yang datang dari luar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun