Motivasi Berprestasi dan Keberhasilan BelajarÂ
Ada beberapa penelitian tentang peranan motivasi berprestasi dengan keberhasilan belajar atau pencapaian akademik, diantaranya sebagai berikut. Sabina Koodziej dari Kozminski University, Polandia, dalam penelitiannya yang berjudul The Role of Achievement Motivation in Educational Aspirations and Performance, Koodziej (2010: 47) menyimpulan dan memberikan  rekomendasi sebagai berikut:
- Motivasi berprestasi adalah salah satu faktor psikologis penting yang menentukan kesuksesan akademik dan pekerjaan di masa depan. Oleh karena itu, pendidikan umum dan profesional harus dilengkapi dengan pelatihan yang berfokus pada keterampilan psikologis yang berguna dan diinginkan dalam kehidupan sehari-hari.
- Pembentukan kompetensi siswa tanpa mempraktikkan dan mengembangkan komponen-komponen psikologis yang diperlukan tidak akan membiarkan lulusannya terdidik secara komprehensif dan dapat mengakibatkan kegagalan mereka di pasar tenaga kerja.
Penelitian tentang peranan motivasi dalam keberhasilan belajar yang dilakukan oleh Gupta dan koleganya menghasilkan kesimpulan bahwa  "Adolescents with high achievement motivation showed better academic achievement than the students with low achievement motivation" (Gupta, Devi, dan Pasrija, 2012: 143).  Bahwa peserta didik yang memiliki motivasi berprestasi tinggi menunjukkan pencapaian akademik yang lebih baik dibanding peserta didik yang memiliki motivasi berprestasi yang lemah. Peneliti lainnya, Erhuvwu dan Adeyemi, melaporkan hasil penelitiannya yang berjudul Achievement Motivation As A Predictor Of Academic Achievement Of Senior Secondary School Student In Mathematics (2019). Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi berprestasi secara signifikan memprediksi prestasi akademik siswa sekolah menengah atas,  bahwa motivasi berprestasi terbukti memiliki hubungan yang lebih kuat dengan prestasi belajar matematika siswa (Erhuvwu dan Adeyemi, 2019: 44).
Motivasi berprestasi bukan hanya berpengaruh pada keberhasilan akademik dan pekerjaan tetapi juga pada kehidupan. Berkenaan dengan hal ini Singh (2011: 164) menyatakan sebagai berikut:
- Motivasi berprestasi membentuk dasar bagi kehidupan yang baik. Orang yang berorientasi pada prestasi pada umumnya menikmati hidup dan merasa memegang kendali.
- Menjadi termotivasi membuat orang tetap dinamis dan memberi mereka harga diri. Mereka menetapkan target yang cukup sulit tetapi mudah dicapai, yang membantu mereka mencapai tujuan mereka".
Motivasi Berprestasi dan Harapan
Hubungan motivasi berprestasi dengan kebutuhan dapat dijelaskan berdasarkan teori kebutuhan (Expectancy-Value  Theory) yang dikembangkan oleh Victor H. Vroom.  Dalam menyusun teorinya,Â
Vroom, seperti dikutip oleh Lunenburg (2011: 1-2), mendasari dengan empat asumsi sebagai berikut ini.
- Bahwa orang bergabung dengan organisasi dengan harapan berkaitan dengan kebutuhan, motivasi, dan pengalaman masa lalu mereka.
- Bahwa perilaku individu adalah hasil dari pilihan sadar.
- Bahwa orang menginginkan hal yang berbeda dari organisasi (misalnya, gaji yang baik, keamanan kerja, kemajuan, dan tantangan).
- Bahwa orang akan memilih di antara alternatif untuk mengoptimalkan hasil bagi mereka secara pribadi.
Berdasarkan  asumsi-asumsi tersebut selanjutnya  Vroom mengembangkan teorinya  yang di dalamnya terdapat 3 komponen sebagaimana dinyatakan oleh Lunenburg (2011: 1) sebagai berikut:   The  expectancy  theory  based  on  these  assumptions  has  three  key  elements: expectancy,  instrumentality, and valence. Berkenaan dengan hubungan ketiga elemen tersebut,  Soemanto (2014: 193) menjalaskan hubungan antar ketiga komponen tersebut sebagi berikut.  Expectancy atau harapan adalah kadar kuatnya keyakinan seseorang bahwa  upaya kerja akan menghasilkan penyelesaian tugas.  Instrumentality atau intrumentalitas menunjukkan keyakinan bahwa dirinya akan memperoleh suatu imbalan apabila tugas dapat diselesaikan. Sedangkan valence mengacu kepada kekuatanÂ
preferensi dirinya untuk memperoleh imbalan dan merupakan ungkapan kadar keinginannya untuk mencapai suatu tujuan.
Intisari dari teori harapan menyatakan bahwa jika seseorang mengharapkan sesuatu dan dia yakin bahwa peluang untuk memperolehnya besar maka yang bersangkutan memiliki dorongan yang kuat untuk memperoleh apa yang diinginkannya. Menurut Pace dan Faules (dalam Sabur, 2003: 287),  seseorang termotivasi  untuk melakukan suatu tindakan dengan sungguh-sungguh  jika dirinya percaya bahwa : (1) perilaku  tertentu  akan mengantarkan pada hasil tertentu (expectancy); (2)  hasil tersebut mempunyai nilai positif baginya (valence / value), dan (3) hasil tersebut dapat dicapai melalui suatu usaha (instrumentality).
Daftar Pustaka