Ibu-ibu ini hanya digaji Rp 850.000,- sebulan (baru naik bulan Maret lalu), jauh di bawah UMR regional. Mereka melakukannya semata-mata, karena mereka sangat membutuhkan uang untuk mencukupi kebutuhan keluarganya, BUKAN KARENA KESADARAN YANG TINGGI AKAN KEPEDULIAN TERHADAP LINGKUNGAN!
Maaf ya, pada saat menulis ini aku jadi terpancing emosi, karena keaadaannya sangat menyentuh hatiku. Di sebuah tempat yang nggak jauh dari Kantor Walikota Bogor dan Ibukota negeri ini, masih terjadi suatu keadaan yang sangat memprihatinkan. Ke mana larinya nurani para warga yang aku yakin usianya rata-rata di bawah usia ibu-ibu tersebut, berarti mereka masih tergolong usia produktif. Mengapa mereka begitu tega membiarkan tangan-tangan renta melakukan pekerjaan kotor itu?
Semoga saja dengan adanya tulisan ini, ada orang-orang baik di negeri ini yang tergerak hatinya untuk membantu teman-teman di Cipaku. Kalaulah ada yang punya Piala Kalpataru, mungkin mereka juga layak untuk menerimanya. Tapi aku yakin sekali, bukan itu yang mereka harapkan.Â
Harapannya hanya satu, cara pandang masyarakat tentang pengelolaan sampah harus berubah, harus mengikuti perkembangan jaman dan mengikuti peraturan yang ada. Jadi, kapan ya negeriku ini bisa sebersih Negeri Sakura Jepang? Jawabannya ada di dalam hati kita masing-masing.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H