Mohon tunggu...
kuninggg
kuninggg Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

be yourself

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Diorama Kehidupan Geri

8 Juni 2024   20:25 Diperbarui: 10 Juni 2024   21:06 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ILUSTRASI | by Freepik

"Mas, kamu apa- apan sih! Istighfar, Mas," Lili datang sambil memeluk Geri yang terlihat ketakutan di pelukannya.

Memang Aryo-Bapak Geri mempunyai temperamen yang buruk. Ditambah tekanan perekonomian keluarga yang membuatnya ingin melampiaskan rasa emosinya kepada seseorang. Melihat anaknya, tanpa pikir panjang Aryo langsung melakukan hal tersebut.

Kekerasan yang dialami oleh Geri sebenarnya terus berlangsung dengan Geri yang selalu diancam untuk tutup mulut. Aryo pun tidak memukul anaknya di rumah, akan tetapi di luar rumah. Aryo melakukan kekerasan terutama pada tubuh Geri sehingga tidak banyak orang yang tahu. Geri yang waktu itu masih kecil hanya diam dan menurut, Sampai tidak terasa ternyata hal tersebut telah berlalu hingga Geri kelas 1 SMP. Akhirnya Bapak diterima di salah satu pabrik besar yang ada di kota. 

Walaupun kekerasan tersebut sudah tidak berlangsung, akan tetapi Aryo diam- diam tanpa sepengetahuan Lili selalu mencaci dan menekan Geri untuk menjadi pribadi yang terbaik dalam segala hal. Dia ingin kelak ketika anaknya lulus SMA bisa bekerja dan membantu perekonomian keluarga.

***

Geri berdiri ketika kereta yang ditumpanginya sudah sampai tujuan. Dia berpikir mungkin ini adalah jalan terbaik yang Tuhan berikan kepadanya. Dalam artian, dengan perginya Geri dari rumah, dia sudah tidak mendapatkan tekanan yang tidak beralasan dari bapaknya. Ya, ini adalah jalan terbaik untuknya. Geri terus berpikir hal tersebut. 

Sekarang dia sudah menjadi orang dewasa, merantau ke negeri orang. Mencari pengalaman baru. Ya, mulai sekarang Geri tidak akan dimarahi jika adik-adiknya melakukan kesalahan. Geri merasa sedikit bahagia? Dia tersenyum. Menghela nafas sebentar. Melihat pergelangan tangannya. Ada luka yang masih diperban. Luka yang diberikan bapaknya ketika dia ngotot ingin kuliah. Bapak melemparkan vas bunga ke wajahnya dan Geri langsung menghalangi dengan tangan kirinya, membuat tangan kirinya terluka.

Setelah dipikir-pikir, pilihan Tuhan memang selalu yang terbaik. Setidaknya dia merasa bahagia sekarang. Tanpa ada tekanan di sekitarnya dan yang harus diutamakan sekarang ini adalah kondisi dirinya sendiri. Namun, dia juga akan selalu mengutamakan keluarga. Karena bagaimanapun, keluarga adalah satu- satunya tempat ternyaman ketika dia sedang dalam kondisi terpuruk.

"Ya, bekerja bukanlah sesuatu yang buruk kok," pikir Geri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun