[caption id="attachment_377509" align="alignnone" width="737" caption="Bekas stasiun kereta api Tanjung Pura (dokumen pribadi)"]
Rumah berarsitektur Belanda juga masih tersisa di sekitar pusat kota, meskipun sudah tidak berpenghuni dan dengan kondisi yang tidak terawat dan terbengkalai. Keadaan ini semakin menunjukkan Tanjung Pura sebagai kota 'mati' yang dulunya pernah berjaya dan sekarang yang tersisa hanya bekas-bekasnya saja. Keberadaan sebagai kota 'mati' terlihat dari suasana kota dan sekitarnya yang terasa sepi. Keramaian hanya terpusat di dekat pasar. Satu keunikan lagi, di pusat kota terutama di sekitar pasar terdapat deretan bangunan lama bergaya Cina, sebagian di cat, sebagian lagi dibiarkan saja sehingga kesan vintage tetap terasa. Lokasi bangunan bergaya Cina ini tidak jauh dari Mesjid Azizi dan Pasar Tanjung Pura.
[caption id="attachment_377549" align="alignnone" width="619" caption="Rumah bergaya Belanda yang terbengkalai (dokumen pribadi)"]
[caption id="attachment_377546" align="alignnone" width="1335" caption="Deretan bangunan bergaya Cina di pusat kota (dokumen pribadi)"]
Untuk berkeliling kota melihat-lihat keunikan yang masih tersisa bisa dilakukan dengan menaiki becak motor dengan tarif yang lebih bersahabat daripada tarif becak motor di Medan. Karena kota kecil, tidak perlu memakan waktu lama untuk berkeliling. Namun sayangnya, jika ingin menginap disini, belum ada penginapan yang tersedia. Mungkin Tanjung Pura lebih pas diposisikan sebagai tempat mampir sejenak disela perjalanan menuju Aceh, untuk melihat-lihat keunikan yang tersisa, tanpa harus menginap.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H