Mohon tunggu...
Kundiharto
Kundiharto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Psychology Student

Deep interest in the fields of Information Technology, Psychology, Marketing, Management, and Entrepreneurship

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Ijazah Tidak Bikin Kaya

9 Oktober 2024   10:41 Diperbarui: 9 Oktober 2024   10:43 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apakah kamu pernah mendengar cerita tentang seseorang yang berharap hidupnya bakal berubah 180 derajat hanya karena pegang selembar ijazah? Nggak cuma satu atau dua orang, tapi banyak banget yang punya anggapan begini: "Kalau udah lulus, pasti langsung dapat kerja yang enak, gaji gede, hidup mapan." Seolah-olah ijazah itu semacam tiket emas yang bisa langsung nganterin kita ke pintu kesuksesan. Atau justru itu pikiran kamu sendiri ? 

Coba deh, kita jujur-jujuran aja. Di luar sana, ada ribuan, mungkin ratusan ribu orang yang pegang ijazah, lulus dari universitas terkenal, tapi apa? Mereka masih sibuk ngirim lamaran, ke sana kemari ikut tes ini itu, bahkan nggak sedikit yang akhirnya harus menganggur bertahun-tahun. Kenapa bisa begitu? Karena banyak dari mereka yang hanya mengandalkan selembar ijazah itu, tapi lupa kalau dunia kerja itu nggak sesederhana "punya ijazah, langsung sukses."

Realitanya, ijazah itu nggak banyak membantu kalau kamu nggak punya keterampilan yang bisa dijual. Dunia kerja sekarang butuh lebih dari sekadar nilai bagus di atas kertas. Yang dicari perusahaan adalah orang-orang yang bisa ngasih solusi di dunia nyata. Bukan cuma jago di ujian kampus, tapi gagal paham begitu dihadapkan sama masalah dunia kerja yang kompleks.

Dan ini yang perlu disadari oleh banyak orang: ijazah itu hanya satu alat, satu aspek kecil dari bekal kita untuk hidup. Dia bisa membantu kita buka pintu kesempatan, tapi nggak menjamin apa yang ada di balik pintu itu. Kalau kamu cuma berharap sama ijazah tanpa punya keterampilan praktis, ya siap-siap aja kecewa dan ditolak di mana-mana.

Harapan besar ini yang sering jadi jebakan. Banyak lulusan kampus yang punya ekspektasi tinggi, ngerasa pantas langsung dapat pekerjaan yang bagus, tapi akhirnya harus berhadapan dengan realita pahit. Ijazah itu penting, tapi dia nggak akan bisa menyelamatkan kamu kalau kamu sendiri nggak punya apa-apa selain nilai akademik. Realita di dunia kerja jauh lebih keras dari sekadar lembaran ijazah.

Jadi, mau sampai kapan kamu terus berharap sama ijazah?

Ijazah Tidak Menjamin Kekayaan

Ini dia poin yang sering banget diabaikan: Ijazah hanyalah alat, bukan tujuan akhir. Ijazah memang penting, nggak ada yang meragukan itu. Tapi, yang perlu kamu pahami, ijazah itu cuma pembuka peluang, bukan kunci untuk meraih kekayaan atau hidup sukses. Sering kali, orang terlalu sibuk ngejar gelar, berharap hidupnya otomatis berubah jadi makmur begitu wisuda. Padahal, setelah itu, masih ada jalan panjang yang harus dilalui.

Bayangin aja, berapa banyak lulusan universitas ternama yang keluar dengan gelar mentereng, tapi bingung setelahnya? Mereka mungkin berharap bakal langsung diterima di perusahaan besar, duduk di belakang meja keren, dan mulai mengumpulkan kekayaan. Tapi apa yang terjadi? Mereka tetap harus bersaing dengan ribuan orang lain yang juga punya ijazah. Dan ini nih tamparannya---ijazah nggak otomatis bikin kamu kaya.

Faktanya, nggak sedikit lulusan akademik dengan nilai tinggi yang malah kesulitan dapat kerja. Kenapa? Karena dunia kerja itu butuh lebih dari sekadar titel atau gelar. Kamu bisa punya ijazah paling keren se-Indonesia, tapi kalau kamu nggak bisa beradaptasi, nggak bisa kasih solusi nyata, ya bakal susah untuk maju. Ijazah mungkin bikin HRD ngelirik CV kamu, tapi itu cuma langkah awal. Sisanya, semuanya tergantung kemampuan kamu dalam menghadapi tantangan yang sebenarnya.

Kamu tahu kan, banyak cerita tentang orang-orang yang lulus dengan gelar prestisius tapi akhirnya bekerja di tempat yang jauh dari ekspektasi? Atau lebih parah lagi, mereka yang akhirnya nggak punya pilihan lain selain menganggur. Ini bukti nyata bahwa ijazah itu bukan segalanya. Kamu butuh lebih dari sekadar sertifikat akademis untuk bisa meraih kekayaan atau kesuksesan yang sesungguhnya.

Jadi, kalau kamu masih berpikir bahwa ijazah adalah jaminan hidup enak, bangunlah dari mimpi itu. Ijazah cuma pintu pertama dari banyak pintu yang harus kamu buka untuk mencapai hidup yang lebih baik. Tanpa keterampilan, kemauan untuk terus belajar, dan usaha nyata, ijazah itu nggak akan lebih dari selembar kertas yang perlahan memudar nilainya di dunia nyata.

Fakta Dunia Kerja: Pekerjaan Tidak Selalu Linier dengan Ijazah

Kita sering kali berpikir bahwa setelah lulus kuliah, kita akan langsung bekerja sesuai dengan bidang yang kita pelajari selama bertahun-tahun. Misalnya, lulusan teknik bakal jadi insinyur, lulusan hukum bakal jadi pengacara, atau lulusan ekonomi bakal kerja di bank. Tapi, coba deh lihat realita di luar sana---banyak sekali orang yang bekerja di bidang yang tidak linier sama sekali dengan ijazah mereka.

Ini bukan cerita baru. Di dunia kerja, sering kali apa yang kamu pelajari di bangku kuliah cuma jadi dasar. Begitu kamu masuk ke dunia kerja, apa yang dibutuhkan itu jauh berbeda. Kamu akan ketemu orang yang lulusan IT malah jadi manajer pemasaran, atau seseorang yang belajar sastra Inggris justru sukses sebagai entrepreneur di bidang teknologi. Ini bukti bahwa pekerjaan tidak selalu linier dengan ijazah.

Yang bikin orang-orang ini bisa sukses meski bekerja di luar bidang mereka adalah kemampuan untuk beradaptasi dan terus belajar. Mereka nggak terpaku pada apa yang sudah dipelajari selama kuliah, tapi mereka terbuka untuk menerima tantangan baru dan belajar hal-hal yang benar-benar berbeda dari latar belakang akademis mereka. Dan ini adalah kunci utama yang perlu kamu pegang---kesuksesan nggak melulu soal apa yang kamu pelajari di sekolah, tapi lebih pada seberapa mampu kamu belajar dari kehidupan dan lingkunganmu setelahnya.

Ambil contoh nyata dari kehidupan sehari-hari. Kamu pasti pernah dengar cerita tentang orang-orang yang awalnya nggak tahu apa-apa soal bisnis, tapi sekarang mereka jadi pengusaha sukses. Lulusan sastra yang akhirnya membangun startup teknologi, atau mungkin seseorang yang awalnya sekolah di jurusan kesehatan tapi malah menjadi fotografer profesional. Mereka sukses bukan karena ijazah mereka yang tepat, tapi karena mereka mau mencoba hal baru, terus belajar, dan beradaptasi dengan kebutuhan pasar atau lingkungan yang mereka hadapi.

Kemampuan untuk belajar terus-menerus dan tidak takut keluar dari zona nyaman inilah yang membuat mereka bisa berhasil, meski jalur karier mereka nggak sesuai dengan ijazahnya. Kalau kamu hanya mengandalkan ijazah dan menolak untuk berkembang, kemungkinan besar kamu akan tertinggal. Tapi kalau kamu mau terbuka dengan berbagai peluang, belajar hal-hal baru, dan beradaptasi dengan situasi, maka peluang kesuksesan akan jauh lebih besar---meskipun mungkin tidak sesuai dengan bidang akademik yang kamu pelajari dulu.

Ingat, dunia kerja itu dinamis. Yang penting bukan lagi gelar apa yang kamu punya, tapi seberapa cepat kamu bisa belajar dan beradaptasi dengan perubahan di luar sana.

Kebiasaan Belajar Adalah Kunci

Banyak orang yang salah kaprah dengan mengira bahwa tujuan utama sekolah atau kuliah adalah mendapatkan ijazah. Padahal, ijazah itu cuma output terakhir, selembar kertas yang menyatakan bahwa kamu pernah duduk di bangku sekolah atau kuliah selama bertahun-tahun. Yang lebih penting dari itu adalah kebiasaan belajar yang dibangun selama proses pendidikan.

Kenapa sekolah mengharuskan kita belajar tiap hari, mengerjakan tugas, mengikuti ujian, dan disiplin? Bukan semata-mata untuk mengukur seberapa pintar kamu dibandingkan teman sekelas, tapi lebih dari itu---untuk melatih kamu belajar, disiplin, dan memecahkan masalah. Ketiga hal ini yang jadi fondasi dasar buat menghadapi kehidupan setelah kamu selesai sekolah atau kuliah.

Sekolah dan kuliah mengajarkan kamu untuk berpikir kritis, mencari solusi, dan menyelesaikan tantangan yang diberikan oleh guru atau dosen. Semua tugas yang mungkin sering kamu anggap membosankan atau nggak penting saat itu, sebenarnya sedang melatih otakmu untuk berpikir sistematis dan terstruktur. Di dunia kerja, kemampuan ini akan jauh lebih berharga dibandingkan nilai-nilai yang tertulis di ijazahmu.

Lalu, setelah lulus, apakah kebiasaan belajar ini harus berhenti? Tentu tidak! Justru setelah lulus, kamu akan masuk ke "universitas kehidupan" yang tantangannya jauh lebih kompleks. Di sinilah kamu harus menerapkan kebiasaan belajar yang sudah dibangun selama bertahun-tahun. Setiap hari kamu akan dihadapkan pada masalah nyata---entah dalam pekerjaan, bisnis, atau kehidupan pribadi---dan solusi dari masalah-masalah ini nggak selalu ada di buku atau textbook. Kamu harus mencari, belajar, dan beradaptasi dengan kondisi yang ada.

Kebiasaan belajar ini yang jadi kunci utama dalam mencari rezeki. Banyak orang yang setelah lulus kuliah berhenti belajar, seolah-olah semuanya sudah selesai hanya karena mereka sudah memegang ijazah. Mereka mengira cukup dengan mengandalkan ijazah dan berharap ada perusahaan yang mau menerima mereka begitu saja. Padahal, dunia nyata membutuhkan lebih dari itu. Kemampuan untuk terus belajar, memecahkan masalah, dan beradaptasi dengan situasi baru adalah yang akan menentukan seberapa jauh kamu bisa maju.

Contoh paling sederhana: Lihat para pengusaha sukses. Kebanyakan dari mereka terus belajar meski mereka mungkin tidak memiliki pendidikan formal yang tinggi. Mereka belajar dari pengalaman, dari kegagalan, dari orang-orang di sekitar mereka, dan dari situasi yang selalu berubah. Mereka tahu bahwa belajar adalah proses seumur hidup, bukan sesuatu yang berhenti begitu kamu menerima ijazah.

Jadi, kebiasaan belajar yang sudah dibangun selama bertahun-tahun di sekolah atau kuliah itulah yang harus kamu bawa ke kehidupan nyata. Setiap masalah adalah peluang untuk belajar, setiap tantangan adalah kesempatan untuk tumbuh, dan setiap hari adalah waktu untuk mengasah kemampuan baru. Kebiasaan belajar inilah yang akan membuat kamu siap menghadapi segala tantangan hidup---bukan ijazah semata.

Belajar dari Kehidupan, Bukan Sekadar Teori

Selama sekolah atau kuliah, kita sering kali diajarkan berbagai macam teori. Dari teori ekonomi, hukum, teknik, sampai teori psikologi. Semua teori itu memang penting sebagai dasar pengetahuan. Tapi, di dunia nyata, teori aja nggak cukup. Kesuksesan jarang banget datang hanya karena seseorang hafal teori di kepala. Kesuksesan lebih sering datang dari kemampuan beradaptasi, belajar dari pengalaman, dan berani mengambil langkah nyata.

Di dunia kerja atau bisnis, realita jauh lebih kompleks dari apa yang kamu pelajari di buku teks. Banyak variabel yang nggak pernah disebutkan di teori, mulai dari perubahan pasar, perilaku konsumen, sampai dinamika tim di tempat kerja. Di sinilah pentingnya kemampuan untuk belajar dari kehidupan. Kamu harus terus menyesuaikan diri dengan situasi yang selalu berubah, belajar dari setiap kesalahan, dan yang paling penting, mengambil pelajaran dari pengalaman nyata.

Aku punya beberapa teman yang secara akademik mungkin bisa dibilang tidak menonjol. Di sekolah, mereka sering kesulitan mengikuti pelajaran, nilai mereka biasa-biasa saja, dan nggak jarang mereka dianggap "kurang pintar" oleh lingkungannya. Tapi coba tebak? Sekarang mereka justru sukses besar di bidang yang sama sekali nggak ada hubungannya dengan teori-teori akademik yang mereka pelajari di sekolah.

Apa rahasia mereka? Sederhana, mereka terbuka untuk belajar dari kehidupan. Justru karena ada label "bodoh" yang disematkan pada mereka sejak dulu, hal itu membuat mereka sadar diri. Mereka tahu kalau mereka nggak bisa hanya mengandalkan ijazah atau prestasi akademik, jadi mereka lebih terbuka untuk belajar dari siapa pun dan dari mana pun. Label "bodoh" ini malah jadi pemicu buat mereka untuk nggak malu bertanya, nggak takut gagal, dan terus mencari cara baru untuk berkembang. Mereka nggak punya gengsi untuk belajar dari pengalaman, karena mereka tahu bahwa itulah cara satu-satunya untuk maju.

Ini berbeda banget dengan orang-orang yang selama ini punya label "pintar". Mereka yang dulu sering dibilang pintar justru sering kali terjebak dalam ego mereka sendiri. Label "pintar" membuat mereka merasa punya standar tertentu, dan akhirnya mereka jadi malu untuk belajar dari orang lain. Ada perasaan bahwa, sebagai orang yang "pintar," mereka seharusnya tahu segalanya, dan karena itulah rasa gengsi sering kali menghalangi mereka untuk berkembang. Alih-alih terus belajar dan bertanya, mereka lebih memilih mempertahankan image "pintar" itu, meskipun sebenarnya mereka butuh bantuan.

Inilah perbedaan besar antara mereka yang sukses karena kerendahan hati dan keinginan untuk terus belajar, dengan mereka yang terhambat oleh ego karena label "pintar" yang melekat sejak dulu. Di dunia nyata, keberhasilan tidak ditentukan oleh siapa yang "pintar" atau "bodoh" secara akademik, tapi oleh siapa yang paling terbuka untuk belajar dan beradaptasi dengan kehidupan.

Misalnya, ada satu teman yang dulunya nilainya selalu pas-pasan. Di sekolah, dia sering dicap sebagai orang yang "gak bakat" secara akademik. Tapi sekarang, dia sukses menjalankan bisnisnya sendiri. Kunci keberhasilannya? Dia belajar dari pengalaman langsung. Dia memulai usaha kecil-kecilan, jatuh bangun berkali-kali, tapi dia selalu mencari pelajaran dari setiap kegagalan. Bagi dia, kegagalan bukan akhir, tapi justru kesempatan untuk belajar hal baru.

Dan begitulah kenyataannya. Sukses itu sering kali nggak datang dari seberapa jago kamu dalam teori. Kemampuan beradaptasi, keberanian untuk mencoba hal baru, dan ketangguhan dalam menghadapi kegagalan jauh lebih penting. Orang yang terbuka dengan pengalaman, yang terus belajar dari setiap langkah yang mereka ambil, biasanya lebih cepat sukses daripada mereka yang cuma terjebak dalam teori tanpa pernah berani mengambil tindakan nyata.

Jadi, jangan takut kalau kamu merasa nggak jago dalam teori. Hidup ini bukan soal teori akademik semata. Pengalaman hidup adalah guru yang paling berharga, dan kemampuan kamu untuk belajar dari pengalaman itu adalah kunci sebenarnya untuk meraih kesuksesan.

Rezeki Bisa Datang dari Mana Saja

Salah satu kesalahan besar yang sering terjadi adalah keyakinan bahwa rezeki hanya bisa datang dari jalur formal. Banyak orang berpikir, "Kalau lulus kuliah, ya harus dapat kerja yang sesuai dengan ijazah," seolah-olah itulah satu-satunya jalan untuk mendapatkan penghasilan yang layak. Padahal, kenyataannya rezeki bisa datang dari mana saja.

Nggak harus terjebak dalam pola pikir bahwa pekerjaan impian harus sesuai dengan jurusan yang kamu ambil. Faktanya, banyak sekali orang sukses yang rezekinya datang dari hal-hal yang nggak ada hubungannya sama sekali dengan ijazah mereka. Mungkin mereka lulusan ekonomi, tapi suksesnya justru di bidang kuliner. Atau mungkin dulu kuliah di jurusan teknik, tapi sekarang mereka punya bisnis di bidang kreatif. Peluang di luar jalur formal itu jauh lebih banyak dari yang kamu bayangkan.

Rezeki bisa datang dari mana saja: usaha kecil-kecilan, keterampilan yang kamu pelajari sendiri, atau bahkan dari jaringan dan relasi yang kamu bangun. Di dunia yang semakin dinamis ini, kreativitas dan keterampilan praktis jauh lebih dihargai daripada sekadar selembar ijazah. Kalau kamu cuma fokus pada mencari pekerjaan yang "sesuai dengan ijazah," kamu mungkin bakal melewatkan banyak peluang besar yang sebenarnya bisa menjadi sumber rezeki yang melimpah.

Yang paling penting adalah kebiasaan belajar yang sudah kamu bangun selama sekolah. Kebiasaan ini bisa menjadi modal berharga untuk menghadapi berbagai tantangan dalam hidup, termasuk mencari rezeki. Ingat, kehidupan adalah proses belajar terus-menerus. Setiap hari kita dihadapkan pada masalah dan tantangan yang membutuhkan solusi. Dan di sinilah kemampuan untuk memecahkan masalah menjadi sangat penting. Setiap masalah yang kamu hadapi adalah kesempatan untuk belajar dan menemukan cara baru dalam mencari rezeki.

Lihat para pengusaha sukses. Mereka mungkin memulai usaha tanpa latar belakang akademik yang relevan, tapi mereka punya satu kesamaan: mereka terus belajar dari setiap langkah yang diambil. Mereka nggak takut untuk mencoba hal-hal baru, beradaptasi, dan menemukan solusi kreatif untuk setiap masalah yang muncul. Mereka mengandalkan keterampilan problem-solving yang dibentuk dari pengalaman, bukan dari teori di kelas.

Jadi, jangan berpikir bahwa rezeki hanya bisa datang dari pekerjaan formal atau jalur yang sesuai dengan ijazah. Rezeki bisa datang dari mana saja, selama kamu terus belajar, beradaptasi, dan memecahkan masalah. Mulailah dari hal-hal kecil, eksplorasi kreativitasmu, bangun jaringan, dan gunakan semua keterampilan yang kamu miliki. Dunia ini penuh dengan peluang bagi mereka yang nggak takut untuk keluar dari jalur formal dan mencari jalan mereka sendiri.

Eksekusi dan Disiplin yang Dibangun di Sekolah

Pernah nggak kamu mikir, kenapa selama sekolah kita selalu dituntut untuk datang tepat waktu, mengerjakan PR, ikut ujian, dan seabrek tugas lainnya? Mungkin dulu kita sering ngeluh, ngerasa terbebani, bahkan mikir "buat apa sih semua ini?". Tapi sebenarnya, tanpa kita sadari, sekolah sedang membentuk disiplin dan tanggung jawab dalam diri kita.

Disiplin dan tanggung jawab itu adalah bekal utama yang harus kita bawa ke kehidupan nyata. Di sekolah, kita belajar bagaimana mengeksekusi tugas dengan baik---mulai dari mengatur waktu, memprioritaskan pekerjaan, hingga menyelesaikan tugas tepat waktu. Ini bukan sekadar tentang mendapatkan nilai bagus atau pujian dari guru, tapi tentang membangun karakter yang nantinya akan sangat berguna saat kita menghadapi dunia kerja atau bisnis.

Nah, masalahnya, banyak orang yang setelah lulus sekolah atau kuliah, lupa dengan disiplin yang sudah dibangun bertahun-tahun itu. Mereka berpikir bahwa dunia nyata akan memberi mereka kelonggaran, padahal justru sebaliknya. Di luar sana, kompetisi jauh lebih ketat, dan tanpa disiplin serta kemampuan untuk mengeksekusi rencana dengan baik, kita akan mudah tergilas.

Ingat, kesuksesan berasal dari tindakan nyata, bukan hanya teori. Kamu bisa punya sejuta ide brilian di kepala, hafal semua teori dari buku teks, dan pegang ijazah dengan nilai cum laude. Tapi kalau nggak ada eksekusi, semua itu cuma jadi angan-angan kosong. Dunia nggak akan peduli seberapa pintar kamu dalam teori kalau kamu nggak bisa mengaplikasikannya dalam tindakan nyata.

Aku pernah kenal seseorang yang selalu punya ide cemerlang. Setiap kali ngobrol, dia bisa menjabarkan rencana bisnis yang luar biasa, lengkap dengan strategi pemasaran dan analisis pasar. Tapi sayangnya, semua itu cuma berhenti di pembicaraan. Nol eksekusi. Dia selalu menunda-nunda, mencari alasan, atau takut gagal. Dan hasilnya? Sampai sekarang, nggak ada satupun ide itu yang terwujud.

Sebaliknya, ada orang lain yang mungkin nggak terlalu banyak teori, tapi punya keberanian untuk bertindak. Dia mungkin nggak punya rencana serinci orang pertama, tapi dia mulai dari langkah kecil, belajar sambil jalan, dan terus memperbaiki diri. Disiplin yang dia dapat dari kebiasaan mengerjakan tugas dan tanggung jawab di sekolah diterapkan langsung dalam usahanya. Dan sekarang, dia sudah mencapai kesuksesan yang nyata.

Jadi, poinnya adalah: jangan hanya terjebak dalam teori atau berpuas diri dengan ijazah. Gunakan disiplin dan tanggung jawab yang sudah kamu bangun selama ini untuk mengeksekusi rencana-rencana kamu. Mulailah bertindak, meskipun dari langkah kecil. Karena pada akhirnya, tindakan nyata lah yang akan membawa kamu menuju kesuksesan, bukan sekadar wacana atau nilai akademik.

Akhir Kata

Jadi, apa yang bisa kita simpulkan dari semua ini? Ijazah itu bukanlah akhir dari perjalananmu, melainkan awal dari langkah-langkah yang lebih besar. Ijazah adalah alat, sebuah modal awal yang bisa membantu kamu membuka beberapa pintu, tapi jangan salah mengira kalau ijazah itu otomatis akan membawa kamu ke puncak kesuksesan. Setelah mendapatkan ijazah, perjalanan sebenarnya justru baru dimulai. Di sinilah kamu perlu menjalankan semua kebiasaan baik yang sudah dibangun selama pendidikan formal---belajar, disiplin, eksekusi, dan pemecahan masalah.

Kesuksesan sejati datang dari proses pembelajaran yang berkelanjutan. Di dunia yang terus berubah, yang dibutuhkan bukan hanya pengetahuan akademis, tetapi juga mentalitas pembelajar seumur hidup. Kamu harus terus belajar, beradaptasi, dan berusaha menghadapi berbagai tantangan yang akan datang. Dunia kerja, bisnis, atau apapun yang kamu geluti nanti, semuanya menuntut kemampuan untuk terus berkembang dan menghadapi hal-hal baru dengan keterbukaan.

Dan yang paling penting, jangan hanya mengandalkan ijazah. Ijazah hanyalah salah satu bagian kecil dari modalmu untuk meraih kesuksesan. Gunakan keterampilan yang kamu miliki, kembangkan keinginan belajar, dan jadilah seseorang yang siap beradaptasi dengan berbagai perubahan yang akan datang. Rezeki bisa datang dari mana saja, dan dunia ini penuh dengan peluang yang bisa kamu raih, asal kamu mau belajar dan berani bertindak.

Pesan akhirnya sederhana: Lakukan lebih dari sekadar menunggu kesempatan datang karena ijazah. Carilah rezeki di berbagai jalur, gunakan apa yang sudah kamu pelajari di sekolah sebagai fondasi, tapi jangan berhenti di sana. Karena pada akhirnya, yang membuat kamu sukses bukanlah ijazah, tapi bagaimana kamu menjalani proses belajar dari kehidupan dan beradaptasi dengan tantangan yang ada di depannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun