Di level paling dasar, ada kebutuhan fisiologis, seperti makanan, air, dan tempat tinggal. Ini adalah hal-hal yang kita butuhkan untuk bertahan hidup. Lalu ada kebutuhan akan keamanan, seperti keamanan pekerjaan dan finansial. Di atasnya ada kebutuhan akan cinta dan afeksi, rasa penghargaan, dan yang tertinggi adalah aktualisasi diri---dimana seseorang merasa sudah mencapai potensi penuh dalam hidupnya.
Bicara soal karyawan dalam sebuah bisnis, kebutuhan fisiologis dan keamanan adalah yang paling mendesak. Ketika bisnis saya mulai goyah dan keterlambatan gaji terjadi, harus disadari bahwa ini bukan sekadar soal uang. Ini tentang kebutuhan dasar mereka.Â
Ketika gaji terlambat, karyawan saya tidak hanya melihat uang yang mereka butuhkan untuk membayar tagihan, tetapi juga ancaman langsung terhadap kemampuan mereka untuk makan, membayar sewa rumah, atau mendukung keluarga.
Hal ini sangat berkaitan dengan Piramida Maslow. Ketika kebutuhan dasar seperti itu terganggu, otomatis fokus mereka berpindah dari pekerjaan atau loyalitas kepada perusahaan ke "Bagaimana saya bisa memenuhi kebutuhan saya sekarang?"Â
Dalam kondisi seperti ini, sangat sulit mengharapkan mereka tetap bekerja dengan produktif atau memberikan dedikasi yang sama seperti saat keadaan normal. Pikiran mereka akan dipenuhi oleh kecemasan mengenai apakah mereka bisa memenuhi kebutuhan hidup mereka dan keluarga mereka.
Dan ini memberikan saya pemahaman baru. Dalam bisnis, jika kita tidak bisa memenuhi kebutuhan dasar karyawan, seperti gaji yang tepat waktu, maka kita juga tidak bisa berharap mereka bekerja dengan semangat atau loyal. Bahkan jika kita menjanjikan mereka bahwa gaji akan dibayarkan nanti, ancaman terhadap kebutuhan mereka yang mendasar sudah cukup untuk memicu rasa tidak aman dan kecemasan yang besar.
Saya pernah berpikir bahwa karyawan yang setia akan memahami situasi sulit ini dan tetap bekerja dengan baik meski ada keterlambatan. Namun, pada kenyataannya, ketika kebutuhan dasar mereka tersentuh, sangat sedikit dari mereka yang bisa melakukannya. Dan ini bukan karena mereka tidak peduli, tapi karena secara psikologis, kebutuhan tersebut mendominasi perhatian mereka. Loyalitas dan dedikasi terhadap perusahaan akan memudar ketika kebutuhan dasar mereka tidak terpenuhi.
Dampak Keterlambatan Gaji terhadap Kinerja
Satu hal yang pasti saya sadari setelah melewati berbagai dinamika bisnis adalah bahwa keterlambatan gaji memiliki dampak yang jauh lebih besar daripada sekadar masalah finansial. Ketika hak-hak dasar karyawan seperti gaji tertunda, hal ini berdampak langsung pada motivasi dan kinerja mereka. Tidak hanya karena mereka bergantung pada penghasilan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, tetapi juga karena keterlambatan tersebut menimbulkan ketidakpastian yang besar dalam hidup mereka.
Karyawan yang sebelumnya penuh semangat dan termotivasi perlahan mulai kehilangan fokus. Saya pernah melihat bagaimana performa beberapa karyawan yang biasanya sangat andal menurun drastis hanya karena ketidakpastian finansial yang dihadapi.Â
Saat gaji mereka tertunda, karyawan tidak lagi memiliki rasa aman. Kecemasan tentang cara membayar tagihan, membeli bahan makanan, atau membiayai pendidikan anak mulai mengambil alih pikiran mereka, yang tentunya menggeser fokus dari pekerjaan.