Mohon tunggu...
Kundiharto
Kundiharto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Psychology Student

Deep interest in the fields of Information Technology, Psychology, Marketing, Management, and Entrepreneurship

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Dinamika Hubungan Mahasiswa-Dosen dalam Pembelajaran Online

13 Desember 2023   09:55 Diperbarui: 14 Desember 2023   02:02 808
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam Zoom, kita kehilangan banyak petunjuk nonverbal yang biasanya membantu kita menginterpretasikan pesan. Mimik wajah yang kurang terlihat, intonasi yang terpotong-potong, atau bahkan delay sedetik dua detik bisa mengubah keseluruhan makna sebuah pesan.

Dan tentu saja, ini juga mempengaruhi bagaimana kita sebagai penerima pesan bereaksi. Kita mungkin merasa tersinggung, sedih, atau bahkan marah karena misinterpretasi ini. Itu sebabnya, penting banget untuk kita, baik sebagai dosen maupun mahasiswa, untuk lebih sabar dan berusaha memahami konteks di balik setiap komunikasi.

Dalam konteks akademik online, hal ini jadi tantangan tersendiri. Kita harus lebih aktif memastikan bahwa pesan kita terkirim dengan jelas dan diterima dengan benar. Dan di sisi lain, sebagai penerima, kita juga perlu membuka diri lebih lebar untuk menginterpretasikan pesan dengan berbagai kemungkinan konteks yang ada.

Jadi, pelajaran dari sini, Sobat Pembaca: komunikasi online itu nggak cuma soal ngomong dan dengerin. Ada seni di dalamnya, yang perlu kita pelajari dan praktikkan, supaya kita bisa menghindari salah paham dan membangun lingkungan pembelajaran yang lebih kondusif dan menyenangkan.

Teori Dissonansi Kognitif

Sobat Pembaca, sekarang kita akan menyelam lebih dalam ke dalam teori psikologi yang bisa membantu kita memahami situasi ini. Salah satunya adalah 'Teori Dissonansi Kognitif'. Pernah dengar tentang ini? Kalau belum, tenang saja, kita akan bahas bersama.

Teori Dissonansi Kognitif, yang pertama kali diperkenalkan oleh Leon Festinger pada tahun 1957, menjelaskan tentang konflik internal yang kita alami ketika ada ketidaksesuaian antara apa yang kita percayai dengan apa yang kita lakukan. Dalam konteks situasi kita, ini bisa menjelaskan reaksi dosen saat dihadapkan pada kesalahan mereka sendiri.

Bayangkan, Sobat. Seorang dosen yang mungkin sudah bertahun-tahun mengajar, dengan segudang pengetahuan dan pengalaman, tiba-tiba diingatkan oleh mahasiswa tentang sesuatu yang mendasar seperti manajemen waktu. Di satu sisi, sebagai akademisi, mereka tentu tahu pentingnya menghormati waktu dan keberlangsungan kelas. Namun, di sisi lain, mereka juga manusia yang bisa melakukan kesalahan, seperti terlambat dalam situasi ini.

Saat dissonansi ini terjadi, yaitu antara pemahaman mereka tentang profesionalisme dan realita di mana mereka terlambat, ini menciptakan konflik internal. Dalam usaha untuk mengurangi ketidaknyamanan dari dissonansi ini, mereka mungkin bereaksi dengan cara yang defensif. Mereka mungkin mencari pembenaran, seperti mengatakan mereka terlambat karena alasan yang valid, atau bahkan merespons negatif terhadap mahasiswa yang mengingatkan mereka.

Ini bukan berarti dosen tersebut 'jelek' atau 'tidak kompeten'. Justru, ini menunjukkan sisi manusiawi mereka yang berusaha mengatasi konflik internal. Dalam psikologi, ini adalah mekanisme pertahanan diri yang normal.

Untuk kita, sebagai mahasiswa, memahami teori ini bisa membantu kita dalam berinteraksi dengan dosen. Kita jadi bisa lebih empati, memahami bahwa terkadang reaksi yang kita dapat bukan soal kita, tapi lebih tentang bagaimana mereka menghadapi dissonansi internal mereka sendiri.

Dengan memahami ini, kita bisa belajar bagaimana mengkomunikasikan hal-hal yang sensitif dengan cara yang lebih mempertimbangkan perasaan dan situasi orang lain. Dan untuk dosen, ini juga bisa jadi pengingat bahwa merespons dengan terbuka dan reflektif terhadap masukan, meski mungkin menantang, adalah bagian penting dari proses belajar dan mengajar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun