Mohon tunggu...
kuncung bawuk
kuncung bawuk Mohon Tunggu... -

Cilikanku rambutku dicukur kuncung..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Membersihkan Diri Melalui Melasti [Sebuah Catatan Perjalanan]

2 Maret 2011   06:39 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:08 415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Awan hitam berarak di atas langit Pantai Parangkusumo, dan gerimis kecil masih saja turun dari langit. Tepat pukul 13.00 waktu setempat, beberapa orang berpakaian putih berikat kepala batik mulai berdatangan, menaruh sesaji di atas meja yang bederet bibir pantai. Alunan gending Jawa terdengar lembut, seolah menjadi musik pengiring lambain penjor janur yang ditiup angin Pantai Selatan. Tak lama kemudian nampak rombongan dari pura yang ada di DIY mulai memasuki kawasan Parangkusumo diiringi musik gamelan khas bali.

[caption id="attachment_91992" align="aligncenter" width="409" caption="jogja rasa bali"][/caption] Iring-iringan tandu yang berisi ubarampe sesaji, beberapa senjata adat, umbul-umbul dan umat yang membawa sesaji, menjadikan aroma kesakralan Parangkusumo semakin kuat terasa. Rangkaian bunga, tumpeng, buah-buahan dan ubarampe sesaji ditata rapi dibibir pantai, disisi kiri merupakan sesaji dari beberapa pura, sedangkan disisi kanan adalah sesaji dari umat Hindu yang hadir. Berbagai macam tumpeng ada diatas meja saji, mulai dari yang berwarna putih, kuning, kuning putih, merah, bahkan hitam ada disini. Bentuknyapun bermacam-macam. Sesaat saya merasa sedang berada di Pulau Bali bukan di Jogja. [caption id="attachment_91995" align="aligncenter" width="448" caption="menghaturkan persembahan"]

12990462081416948435
12990462081416948435
[/caption] Beberapa gadis berbusana tradisional melenggak lenggok dengan anggun sambil membawa sesaji dalam nampan, lemah gemulai dan sesekali melirik kekan dan kekiri mengikuti alunan musik khas bali yang terdengar sigrak. Di akhir tarian, semua mengitari meja saji, berputar beberapa kali dan memercikkan air suci. Selang beberapa waktu, musik mengalun lebih rancak, sosok Bima keluar dari samping penabuh gamelan disusul Sang guru Drona menarikan sendratari "Bima Swarga". Drona meminta Bima untuk mencari Tirta Amerta guna membersihkan dunia dari kekotoran yang dibuat manusia. Dalam perjalanannya, Bima dihadang oleh sesosok raksasa yang tak lain adalah Dewa Ruci, sang penguasa lautan yang merupakan penjaga Tirta Amerta. Untuk bisa mendapatkan Tirta Amerta, Bima harus mengalahkan Dewa Ruci.  Bima bertarung dengan Dewa Ruci, namun Bima kalah juga. Lalu Dewa Ruci mengajukan satu syarat lagi agar Bima bisa mendapatkan Tirta Amerta, Bima harus menyatu dalam tubuh Dewa Ruci. Bima pun berhasil menyatu dengan Dewa Ruci. Akhirnya Bima bisa mendapatkan Tirta Amerta untuk dibawa kepada Guru Drona. Begitulah kurang lebih cerita yang disampaikan melalui sendratari singkat dalam rangkaian ritual Melasti minggu lalu (27/2). [caption id="attachment_92001" align="aligncenter" width="312" caption="Sang Penguasa Laut"]
1299047412374506533
1299047412374506533
[/caption]

Setelah pagelaran sendratari usai, beberapa sesaji mulai dihantar kebibir pantai oleh para penari dan wasi untuk kemudian dilempar kelaut, diantaranya hewan ternak jenis unggas. Masyarakat sekitarpun dengan semangat berlari bibir laut untuk berebut sesaji, seakan tak mau kalah dengan dewa yang diberi sesaji. Seusai melarung sesaji pembuka, seluruh umat berdoa dengan khidmat dipimpin pendeta yang duduk di meja persembahan, diakhir doa, seluruh umat diberi percikan air suci dan  beras yang telah diberkahi dengan doa. Sebagai pamungkas sekaligus puncak dari acara, seluruh umat menuju ke bibir pantai untuk membasuh diri dengan air laut sebagai sarana untuk membersihkan diri. Pembersihan diri ini dilakukan untuk persiapan Menyepi, membersihkan hati untuk menyambut tahun yang baru. Dan seluruh sesaji dilarung ke samudera, dipersembahkan kepada Dewa Ruci sebagai penjaga lautan yang dipercaya sebagai sumber kehidupan, dengan harapan ditahun depan Dewa tetap melimpahkan rejeki kepada seluruh umat dan memberikan  perlindunganNya. [caption id="attachment_91998" align="aligncenter" width="411" caption="memberkati sesaji"]

12990463671984282130
12990463671984282130
[/caption] [caption id="attachment_92002" align="aligncenter" width="336" caption="merah dalam putih"]
12990478491785963139
12990478491785963139
[/caption]

Note: Upacara melasti merupakan rangkaian acara perayaan menyambut datangnya Hari raya Nyepi Tahun baru saka 1933. Acara yang sama, sebelumnya juga telah dilaksanakan di Pantai Ngobaran, Gunungkidul pada tanggal 17 Februari 2011. Dan pada tanggal 4 maret yang akan datang, tawur agung akan menutup rangkaian acara untuk menyambut Hari raya Nyepi tahun ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun