Awan hitam berarak di atas langit Pantai Parangkusumo, dan gerimis kecil masih saja turun dari langit. Tepat pukul 13.00 waktu setempat, beberapa orang berpakaian putih berikat kepala batik mulai berdatangan, menaruh sesaji di atas meja yang bederet bibir pantai. Alunan gending Jawa terdengar lembut, seolah menjadi musik pengiring lambain penjor janur yang ditiup angin Pantai Selatan. Tak lama kemudian nampak rombongan dari pura yang ada di DIY mulai memasuki kawasan Parangkusumo diiringi musik gamelan khas bali.
[caption id="attachment_91992" align="aligncenter" width="409" caption="jogja rasa bali"][/caption] Iring-iringan tandu yang berisi ubarampe sesaji, beberapa senjata adat, umbul-umbul dan umat yang membawa sesaji, menjadikan aroma kesakralan Parangkusumo semakin kuat terasa. Rangkaian bunga, tumpeng, buah-buahan dan ubarampe sesaji ditata rapi dibibir pantai, disisi kiri merupakan sesaji dari beberapa pura, sedangkan disisi kanan adalah sesaji dari umat Hindu yang hadir. Berbagai macam tumpeng ada diatas meja saji, mulai dari yang berwarna putih, kuning, kuning putih, merah, bahkan hitam ada disini. Bentuknyapun bermacam-macam. Sesaat saya merasa sedang berada di Pulau Bali bukan di Jogja. [caption id="attachment_91995" align="aligncenter" width="448" caption="menghaturkan persembahan"]
Setelah pagelaran sendratari usai, beberapa sesaji mulai dihantar kebibir pantai oleh para penari dan wasi untuk kemudian dilempar kelaut, diantaranya hewan ternak jenis unggas. Masyarakat sekitarpun dengan semangat berlari bibir laut untuk berebut sesaji, seakan tak mau kalah dengan dewa yang diberi sesaji. Seusai melarung sesaji pembuka, seluruh umat berdoa dengan khidmat dipimpin pendeta yang duduk di meja persembahan, diakhir doa, seluruh umat diberi percikan air suci dan  beras yang telah diberkahi dengan doa. Sebagai pamungkas sekaligus puncak dari acara, seluruh umat menuju ke bibir pantai untuk membasuh diri dengan air laut sebagai sarana untuk membersihkan diri. Pembersihan diri ini dilakukan untuk persiapan Menyepi, membersihkan hati untuk menyambut tahun yang baru. Dan seluruh sesaji dilarung ke samudera, dipersembahkan kepada Dewa Ruci sebagai penjaga lautan yang dipercaya sebagai sumber kehidupan, dengan harapan ditahun depan Dewa tetap melimpahkan rejeki kepada seluruh umat dan memberikan  perlindunganNya. [caption id="attachment_91998" align="aligncenter" width="411" caption="memberkati sesaji"]
Note: Upacara melasti merupakan rangkaian acara perayaan menyambut datangnya Hari raya Nyepi Tahun baru saka 1933. Acara yang sama, sebelumnya juga telah dilaksanakan di Pantai Ngobaran, Gunungkidul pada tanggal 17 Februari 2011. Dan pada tanggal 4 maret yang akan datang, tawur agung akan menutup rangkaian acara untuk menyambut Hari raya Nyepi tahun ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H